Share

Bab 2

Author: Sali
Setelah mendapatkan persetujuanku.

Henry mengeluarkan satu per satu barang dari kotak kecil seperti alas sekali pakai, handuk kecil, minyak esensial, dan sebagainya.

Dia juga mengeluarkan sebatang lilin.

Setelah lilin dinyalakan, aroma segar dan wangi segera memenuhi ruangan.

"Silakan gunakan handuk ini untuk menutupi tubuh Anda, lalu panggil saya."

Melihat wajahku yang tampak canggung, Henry tersenyum dan berkata, "Kami sebagai terapis sudah melihat terlalu banyak tubuh, nggak akan timbul pikiran macam-macam. Di mata kami semua sama saja, seperti sebuah model anatomi."

Usai berkata begitu, dia pun berbalik keluar dari kamar.

Melihat sikapnya yang tenang, aku pun menghapus keraguan di hati.

"Tenang saja, kami semua profesional."

Henry yang menyadari kecemasanku kembali menenangkanku sambil tersenyum.

"Yang perlu Anda lakukan hanya rileks dan menikmatinya."

Setelah mengatakannya, Henry menyingkap handuk yang menutupi tubuhku, lalu naik ke ranjang. Dengan posisi duduk di samping kakiku, dia menuangkan minyak esensial ke punggungku.

Rasanya dingin dan licin.

Belum sempat bereaksi, begitu tangannya menyentuh kulitku, tubuhku refleks bergetar.

Aku menggertakkan gigiku dan menenggelamkan wajahku ke bantal.

"Nggak disangka, Nona Sarah bukan hanya cantik, tapi juga punya tubuh yang sangat indah."

Ucapan yang tiba-tiba itu membuat wajahku memerah.

Tubuhku memang nyaris sempurna.

Tinggi 165 sentimeter, wajah cantik, kulit putih, payudara proporsional, dan kaki jenjang.

Sejak menikah, suamiku sering dinas ke luar kota dan jarang di rumah.

Sepertinya, dia juga tidak terlalu berminat pada hal-hal seperti itu.

Kalaupun ingat, dia selalu melakukannya dengan terburu-buru, sehingga aku kerap merasa tidak pernah terpuaskan.

Sekarang, mendengar perkataannya, aku hanya bisa tersenyum pahit dalam hati.

Aku tidak sengaja menoleh dan menyadari bahwa Henry sudah bertelanjang dada.

Henry jelas terlihat sering berolahraga. Otot dadanya bidang, ditambah delapan otot perut yang sempurna.

"Kenapa kamu melepas bajumu?"

Dia dengan lembut menekan tubuhku yang semula kutopang dengan tangan, membuatku perlahan kembali terbaring.

"Baju terlalu membatasi gerakan saya saat memijat. Jangan khawatir, cukup pejamkan mata dan nikmati saja."

Sambil berkata begitu, tangannya tetap lincah bergerak.

Setiap gerakan penuh dengan godaan.

Hembusan napasnya mengenai kulitku, menimbulkan rasa kesemutan yang menjalar.

"Belum pernah saya lihat pinggang seramping ini di usia Nona Sarah, sungguh sempurna." Henry memegang pinggangku, lalu meremasnya pelan sambil berbicara.

Belum sempat aku bereaksi, tangannya sudah meluncur dari pinggang ke pangkal paha.

Aku sontak menegang, otakku seakan kosong. Aku hanya berbaring di ranjang tanpa berani bergerak.

Aku tidak bisa menahan diri, tubuhku merinding dan kedua kakiku bergetar pelan.

Saat aku hendak marah, tangannya kembali ke punggung, sambil mengucap pujian tanpa ragu.

Melihat dia tidak melangkah lebih jauh, aku menghela napas lega, tubuhku pun mulai rileks.

Anehnya, meskipun tadi Henry sempat menyentuh pahaku, aku tidak terlalu marah. Justru setelah tangannya kembali, ada rasa kehilangan yang sulit dijelaskan.

Terdengar tawa kecil di belakang, diiringi hembusan hangat yang menyapu kulitku. "Jangan tegang, saat pijat wajar kalau ada reaksi, itu normal.

Saat Henry menebak isi hatiku, napasku tersengal dan jantungku berdegup kencang. Kedua kakiku tanpa sadar menegang.

Dalam keheningan kamar, suara napasku yang terengah dan dentuman jantung terdengar begitu jelas.

Tiba-tiba, ponselku berdering. Itu telepon dari suamiku.

Suamiku hanya menanyakan di mana letak pisau cukurnya, belum sempat aku berkata lebih banyak, dia sudah buru-buru menutup telepon.

Melihat itu, Henry pura-pura berkata santai, "Sepertinya hubungan Anda dengan suami nggak begitu baik. Maaf kalau lancang, apa kehidupan di ranjang juga nggak terlalu memuaskan?"

Begitu kata-katanya terucap, pipiku langsung merona merah.

"Anda salah paham. Maksud saya, hal itu terkadang juga memengaruhi kualitas tidur. Sebagai hipnoterapis, memahami kondisi pasien secara menyeluruh adalah prosedur dasar."

"Terkadang, ketika masalah itu teratasi, gejala insomnia pun menghilang. Pernahkah Nona Sarah terpikir untuk mencoba dengan orang lain?"

Nada suaranya entah kenapa memunculkan kesan ambigu, yang terus-menerus membangkitkan hasratku.

Aku mencintai suamiku, aku tidak boleh melakukan hal seperti itu. Itu pengkhianatan terhadap pernikahan.

"Sudahlah, aku nggak mau pijat lagi."

Aku menundukkan kepala dengan panik, berusaha diam-diam menyingkirkan tangannya.

Begitu hendak turun dari ranjang dengan berselimut kain, aku kehilangan keseimbangan dan jatuh menimpa Henry, yang membuatnya ikut terjatuh ke lantai.

Seluruh tubuhku menimpanya, aroma hormon maskulinnya memenuhi indraku, membuat pipiku memerah hebat.

Aku buru-buru hendak bangkit, tetapi aku malah terpeleset lagi dan hampir terjatuh dari ranjang.

Aku menjerit pelan dan refleks melingkarkan tanganku ke lehernya. Seketika kepalaku terasa berputar dan napasku tersengal-sengal.

Henry merangkul pinggangku, menahan tubuhku agar berdiri. Jari-jarinya yang lain kembali menyentuh pahaku. Seketika tubuhku seperti tersengat listrik, lemas tidak bertenaga.

Malu dan marah bercampur jadi satu, aku menatapnya tajam.

Suara Henry terdengar menggoda, "Nona Sarah, sikap Anda yang menolak, tapi seolah mengundang ini... Apa Anda sengaja memancing hasrat saya?”

Seluruh dirinya memancarkan daya tarik seksual. Baik otot-otot yang berisi maupun sorot mata yang menggoda, cukup membuat wajahku memanas seketika.

Aku menarik napas dalam-dalam, benakku dipenuhi bayangan-bayangan yang tidak pantas, sementara hatiku diliputi rasa yang campur aduk.

Begitu pikiran itu muncul, wajahku mendadak memerah. Aku buru-buru mengibaskan tangan sambil berkata, "Nggak... bukan begitu."

Meskipun Henry tampan dan berkarisma, aku sudah menikah, jadi tidak boleh berbuat yang melampaui batas.

Melihatku seperti ini, senyum di sudut bibirnya makin lebar, suaranya terdengar ambigu dan menggoda.

"Apa Rosie pernah memberitahu Anda kalau saya punya cara ketiga untuk hipnotis?"

Aku begitu tegang hingga gigiku gemeretak. Jemariku mencengkeram ujung kain, aku sama sekali tidak berani bergerak.

Henry terkekeh pelan, lalu menekan tubuhku ke ranjang. Otot perutnya yang hangat menempel erat.

Dalam sekejap, udara dipenuhi aroma hormon yang menggetarkan.

Mataku terbelalak dan pikiranku kosong. Aku hanya bisa pasrah ketika kedua kakiku perlahan dipisahkan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjebak dalam Tipu Daya   Bab 6

    Begitu aku terbangun di pertengahan, aku langsung memanfaatkan kesempatan itu untuk menekan tombol di samping tempat tidur yang terhubung dengan sistem alarm pemantauan.Selama tombol itu ditekan tiga kali berturut-turut, polisi akan segera datang berdasarkan lokasi.Waktu yang dibutuhkan kebetulan tepat saat mereka tiba di rumahku.Setelah aku menjelaskan secara singkat kepada petugas polisi dan menyerahkan rekaman kamera pengawas yang kusimpan di rumah, wajah Henry dan Rosie seketika memucat."Bukankah di rumahmu nggak ada kamera pengawas?!" tanya Rosie panik.Aku menatapnya dingin. "Masih ada banyak hal yang nggak kamu ketahui."Di sisi lain, setelah diperiksa polisi, rekaman itu memang memperlihatkan seluruh proses mereka menaruh obat ke dalam minumanku.Polisi wanita memberikanku air penghilang mabuk dan menenangkanku cukup lama.Kami semua dipanggil ke ruang interogasi untuk dimintai keterangan, aku juga meminta polisi untuk memanggil suamiku.Begitu mendengar bahwa aku menuduhny

  • Terjebak dalam Tipu Daya   Bab 5

    Mendengar ucapannya, aku tiba-tiba mendongak, mataku seketika membelalak.Detik berikutnya, aku melihat Rosie mengeluarkan ponselnya, membuka jendela obrolannya dengan suamiku, lalu memutar pesan suara terakhir yang dikirim suamiku padanya."Rosie, bagaimana? Apa urusannya sudah selesai? Apa sudah berhasil merekam bukti perselingkuhannya?"Mendengar suara suamiku pada saat itu, jantungku serasa diremas. Ingatan pahit seketika menyerbu bagai gelombang yang menghantam.Beberapa waktu lalu, Rosie memiliki pacar baru, katanya anak orang kaya, dan hubungan mereka sangat mesra.Biasanya, dia selalu tidak sabar memperkenalkan pacar barunya padaku.Namun, kali ini, Rosie hanya memamerkan betapa pacar barunya memanjakan dan memperlakukannya dengan baik, dia tidak pernah sekalipun menunjukkan fotonya kepadaku.Kepalaku berdengung, amarah menyesakkan dadaku.Ternyata dari awal, mereka bertiga memang bersekongkol.Ternyata parfum yang kupakai kemarin mengandung zat perangsang, yang membuat pikiran

  • Terjebak dalam Tipu Daya   Bab 4

    Malam itu, kami bertiga makan sambil minum alkohol.Setelah minum beberapa gelas, aku tiba-tiba merasa tubuhku mulai limbung, kepalaku terasa pening, bahkan melihat orang pun sudah berbayang.Ada apa ini? Biasanya aku cukup kuat minum, mengapa hari ini baru beberapa gelas saja sudah mabuk?Sambil diam-diam mencela diriku yang tidak berdaya, aku masih harus berusaha menjaga kesadaran untuk menanggapi pertanyaan mereka berdua.Tiba-tiba, sebuah pikiran melintas begitu saja di benakku.Ada yang tidak beres dengan minuman ini! Minuman ini dibawa oleh Henry!Merasa hatiku gemetar ketakutan, aku buru-buru masuk ke kamar mandi. Dengan kepala pening, aku menunduk di wastafel, berusaha memuntahkannya.Namun, tiba-tiba, suara Henry terdengar di telingaku. "Kenapa? Perlu aku bantu?"Aku tersentak dan refleks ingin menjauh, tetapi tanganku langsung ditangkap Henry. "Kamu sebegitu takut sama aku?""Pergi, jangan sentuh aku..." kataku lemah.Tangan yang tadinya hendak terlepas, begitu aku mengatakan

  • Terjebak dalam Tipu Daya   Bab 3

    Tepat saat seluruh tubuhku lemas dan hampir kehilangan kendali, bunyi alarm yang nyaring tiba-tiba berbunyi.Suara itu seketika membuatku tersadar dari suasana yang dipenuhi hasrat.Aku ini istri orang, tidak boleh melanggar batas.Kalau sembarangan berselingkuh dengan pria lain, pantaskah aku disebut wanita yang setia?Ini tidak bisa dibiarkan berlanjut, kalau tidak cepat atau lambat akan menimbulkan bencana.Jantungku berdegup kencang. Aku menahan gejolak dalam hati, lalu mengerahkan tenaga untuk mendorong Henry yang hendak menindihku.Pandanganku seketika kembali jernih, aku berkata dengan nada tegas, "Berhenti! Kalau terus begini, aku akan lapor polisi."Henry menatap mataku dengan sorot rumit dan dalam. Melihat sikapku yang tegas, dia pun tidak berkata apa-apa lagi.Beberapa saat kemudian, dia bangkit dengan canggung.Saat lepas dari kendalinya, aku buru-buru masuk ke kamar mandi, meraih sebuah gaun tidur dan mengenakannya. Lalu, aku berteriak ke arah pintu, "Tolong segera pergi,

  • Terjebak dalam Tipu Daya   Bab 2

    Setelah mendapatkan persetujuanku.Henry mengeluarkan satu per satu barang dari kotak kecil seperti alas sekali pakai, handuk kecil, minyak esensial, dan sebagainya.Dia juga mengeluarkan sebatang lilin.Setelah lilin dinyalakan, aroma segar dan wangi segera memenuhi ruangan."Silakan gunakan handuk ini untuk menutupi tubuh Anda, lalu panggil saya."Melihat wajahku yang tampak canggung, Henry tersenyum dan berkata, "Kami sebagai terapis sudah melihat terlalu banyak tubuh, nggak akan timbul pikiran macam-macam. Di mata kami semua sama saja, seperti sebuah model anatomi."Usai berkata begitu, dia pun berbalik keluar dari kamar.Melihat sikapnya yang tenang, aku pun menghapus keraguan di hati."Tenang saja, kami semua profesional."Henry yang menyadari kecemasanku kembali menenangkanku sambil tersenyum."Yang perlu Anda lakukan hanya rileks dan menikmatinya."Setelah mengatakannya, Henry menyingkap handuk yang menutupi tubuhku, lalu naik ke ranjang. Dengan posisi duduk di samping kakiku,

  • Terjebak dalam Tipu Daya   Bab 1

    Baru saja aku selesai mandi dan keluar dari kamar mandi, terdengar suara bel pintu dari luar.Setengah jam sebelumnya, aku menerima kabar dari adik sepupuku, Rosie Cox bahwa dia akan datang menemuiku. Tanpa pikir panjang, aku segera mengenakan handuk dan buru-buru membuka pintu.Tidak disangka, begitu pintu terbuka, yang kulihat adalah seorang pria tinggi dan tampan berusia sekitar 27 atau 28 tahun.Dia mengenakan pakaian santai dan di tangannya membawa sebuah koper kecil."Apa Anda Nona Sarah? Saya hipnoterapis yang diperkenalkan oleh Nona Rosie, sepupu Anda. Nama saya Henry Mason."Dia menyapaku sambil tersenyum, suaranya lembut dan penuh daya tarik.Tubuhnya tegap dan gagah, parasnya tampan dengan garis wajah tegas. Lengan kemeja yang digulung memperlihatkan otot yang proporsional dan indah.Melihat tatapannya yang sedikit menghindar, aku refleks menunduk dan menatap diriku sendiri.Saat itu, aku baru menyadari handuk yang kupakai sedikit melorot beberapa sentimeter. Bagian yang seb

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status