“Baby?”
Adelia tak bergeming. Tetap pada posisinya sejak 20 menit yang lalu. Tidur memunggungi Alexander.
“Maafkan aku, Baby,” ucap Alex dengan nada memelas.
Adelia tak tersentuh sama sekali. Yang ia lakukan hanya memejamkan mata dengan harapan cepat tertidur. Tapi entah mengapa matanya sulit terpejam.Mungkin karena ucapan Alex yang spontan tanpa sadar atau karena hal lain. Perasaannya tak menentu akhir-akhir ini.
Alex memberanikan diri mengulurkan tangannya seraya merapatkan diri. Memeluk sang istri dari belakang.
Tak ada respon yang diberikan Adelia membuat dirinya semakin merasa bersalah.
“Maafkan aku, Baby. Aku ...” Ucapan Alex menggantung di udara tatkala Adelia beranjak bangun. Berjalan menuju kamar mandi.
Alex terduduk di atas tempat tidur dan mengacak-acak rambutnya.“Sial!” umpatnya.Lima menit, sepuluh menit, Adelia tak kunjung keluar. Membuat Alex menjadi resah.
“Buka pintunya, Bab
Alex meneguk ludahnya kasar. Bisikan manja istrinya beberapa menit yang lalu sukses menyihirnya masuk ke dunia lain.Terbang melayang ke angkasa tanpa sayap. Hingga tanpa sadar, tubuhnya sudah terlentang di atas tempat tidur berukuran king size.Untuk beberapa menit lamanya, pria itu linglung. Tak tahu jika yang dia alami saat ini adalah sebuah kenyataan. Apalagi saat ini, tubuh indah Adelia yang hanya terbalut lingerie merah sudah berada di atasnya. Memberitahu bahwa dialah satu-satunya wanita yang akan memiliki dirinya. Selamanya. Alex membuka matanya, mendapati bagaimana Adelia mulai bergerak meraih kancing jas beserta kemejanya. Menyingkirkan tanpa mau melepaskan. Tangan lentik Adelia mulai menari di atas dada polos Alex. Bermain-main, mengirimkan getaran tak kasat mata yang menuntun gairah dalam diri pria itu bergejolak. Namun sialnya, Alex tak mempunyai kuasa untuk membalikkan keadaan. Ia hanya bisa pasrah, menerima hukuman ata
“Kenapa Baby?” Alex yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan sehelai handuk di pinggangnya, menghampiri Adelia yang termenung di depan meja rias. Pria itu memberikan kecupan di puncak kepala Adelia. Kecupannya turun menuju leher dan memberikan sedikit isapan di sana. “Felix?” lirihnya. Alex menghentikan pergerakannya. “Kenapa? Ada yang mengganggumu, hm?” tanyanya seraya memandang wajah ayu sang istri di dalam pantulan cermin. “Aku gugup, Hubby,” jawabnya pelan. Helaan nafasnya menandakan wanita itu tidak dalam keadaan baik-baik saja. “Tidak usah gugup, Baby. Semuanya akan baik-baik saja,” hiburnya. “Tetap saja aku gugup. Bagaimana mungkin aku bertemu dengan orang-orang yang sudah mencelakaiku. Membuatku melupakanmu dan kenangan kita,” desah Adelia pelan. Alex tahu ini akan menyakiti hati Adelia. Yang bisa ia lakukan adalah memeluk tubuh sang istri erat. Menyalurkan kepercayaan diri dan kehangatan. Mengu
William Johnson mengklarifikasi kejelasan tentang keluarganya yang tertangkap kamera, sedang mengunjungi pengadilan, kemarin. Pria itu menjelaskan rentetan kejadian yang sebenarnya, berikut dengan keputusan pengadilan. Tak hanya itu, dirinya juga membahas mengenai pernikahan Alexander dan Jenny yang akan digelar minggu depan, di salah satu ballroom ‘Glory Hotel’. Tepatnya di akhir pekan. Klarifikasi tersebut tak hanya dari William saja. Di bawah unit Alex tinggal, ada beberapa awak media yang sengaja menunggu untuk mendapatkan kebenaran mengenai berita, kemarin. Hingga siang ini, judul berita diberbagai media sosial dipenuhi oleh klarifikasi dari Keluarga Johnson. Berikut dengan rencana pernikahan yang mengejutkan berbagai pihak. “Aku tak tahan melihat senyum ini,” gumam Alex lirih. Adelia memutar bola mata malas. Alasan saja suaminya ini. “Kalau begitu aku akan memasang muka cemberut dari sekarang!” “Kenapa begitu?” “K
Hari yang telah ditunggu tiba, di mana akan ada dua pasangan pengantin yang akan mengucapkan janji suci bersama, di sebuah ballroom Glory Hotel. Adelia yang sudah selesai mengenakan gaun pilihan Maria berdiri di depan cermin, menatap takjub pada pantulan cermin di depannya. Menampilkan sosok anggun yang terbalut gaun putih dengan ekor memanjang hingga dua meter. “Kakak cantik sekali,” puji Jenny yang sejak tadi tak henti-hentinya memuji kakak iparnya. Gadis itu pun tampak selesai dengan riasan dan gaunnya sendiri. “Kamu juga cantik, Sayang.” Jenny tersenyum mendengarnya. Ia bertahan untuk tidak berhambur untuk memeluk kakak ipar yang kini memujinya. Mereka menjadi dekat setelah Adelia hilang ingatan beberapa minggu yang lalu. “Nona bisa istirahat sebentar. Acaranya mungkin akan mundur 20 menit.” “Terima kasih,” ucap mereka bersamaan. Adelia dan Jenny saling melemparkan senyum, sebelum saling meraih tangan dan menggengga
Dua bulan kemudian …. Adelia yang baru saja mengantar Alex untuk pergi bekerja, kembali masuk ke dalam toilet yang berada di lantai dasar, dekat dapur. Wanita dengan dres rumahnya bermotif bunga itu, mengeluarkan semua isi perutnya. Huek … huek … Tiba-tiba kepala Adelia pusing, terasa berputar dan hampir terjatuh jika dirinya tak berpegangan pada wastafel di dekatnya. ‘Kenapa pusing sekali?’ gerutu Adelia dalam hati. Wanita itu buru-buru membasuh mulutnya setelah ada kecurigaan yang melintas di benaknya. Ada sesuatu yang harus ia pastikan sebelum suaminya pulang ke rumah. * Seorang pria yang sedang duduk mendengarkan presentasi sang sekretaris yang tak lain adalah adik iparnya, menghela nafas gusar, menahan rasa mual yang tiba-tiba menyerang. “Apa sudah bisa dimengerti?” tanya Tommy seraya mengedarkan pandangan matanya ke arah peserta meeting, pagi ini. Semua mata yang tadinya focus de
Kehamilan Trimester pertama menjadi hal yang tidak mudah dilewati oleh wanita. Banyak hal-hal baru yang akan membuat perubahan hormon dan emosi. Hal itu dialami oleh Adelia. Wanita itu mengalami morning sickness yang tergolong cukup parah. Bahkan tak bisa mencium aroma yang sedikit menyengat. Entah itu aroma keringat, makanan ataupun bunga segar. Yang paling parah, wanita itu tak mau didekati oleh suaminya. Tak hanya itu, Adelia juga merasakan perubahan di beberapa bagian tubuhnya. Terutama di bagian perut yang tampak sedikit menonjol dari sebelumnya. Wanita itu juga merasakan perubahan di bagian payudara disertai rasa nyeri dan menjadi lebih sensitif. Perubahan sikap Adelia adalah wajar bagi wanita hamil. Apalagi ini adalah kehamilan pertama, yang mana pasti ada banyak drama yang menyertainya. Beruntung, calon ibu mud aitu mempunyai mertua dan suami yang begitu pengertian. Bahkan Alex tidak akan berangkat ke kantor jika istrinya tidak mengizink
“Ini terlihat buruk sekali,” gumam Adelia sendirian di depan cermin yang berada dalam kamarnya. Sejak lima belas menit yang lalu, wanita dengan perut membuncit itu memerhatikan pantulan dirinya di depan cermin. Kehamilan ini membuat perubahan drastis di seluruh tubuhnya. Pipi yang menggembung, tangan bergelambir, perut yang membesar diikuti organ intim lainnya yang terlihat berbeda dari sebelumnya. “Aku tidak bisa seperti ini. Bisa saja Felix akan berpaling jika aku menjadi segemuk ini,” gumamnya lagi. Dengan tekad yang menggebu, wanita itu menyusul suaminya yang berada di ruang kerja, tepat di samping kamar yang mereka tempati, di lantai dasar. Ya, semenjak kehamilan Adelia memasuki usia tujuh bulan, Alex memindahkan kamarnya ke lantai bawah. Berikut dengan ruang kerja yang berada di sebelahnya. Ruang kerja Alexander pun sengaja didesain dengan kaca agar bisa melihat sang istri yang suka duduk bersantai di ruang m
Seorang pria dengan wajah kusut mondar-mandir di depan pintu ruang operasi. Ya, setelah dirinya tiba di rumah sakit, dokter menyarankan untuk segera mengambil tindakan operasi caesar, karena pasien telah banyak kehilangan air ketuban dan mengeluarkan banyak darah. Mendapati itu, dunia Alex seketika runtuh. Ia terus menyalahkan dirinya sendiri karena lalai menjaga sang istri dan bayi mereka. “Oh Tuhan! Tolong selamatkan istri dan anakku,” gumamnya dengan air mata yang mengalir deras. Tak lama kemudian, suara tangisan bayi menggema dari dalam ruang operasi, di mana Adelia berada. Alex yang semula terduduk di lantai, seketika berdiri dengan seutas harapan. Berharap bahwa istri dan bayinya akan baik-baik saja. “Bagaimana dokter?” tanya Alex tak sabaran setelah dokter Priscilla keluar dengan seulas senyum di bibirnya. “Selamat ya, Tuan Alexander. Bayinya laki-laki. Keadaannya normal dan saat ini sedang dibersihkan oleh perawat. Nant