Home / Romansa / Terjerat Obsesi Kakak Ipar / Rasa Indah Yang Terlarang

Share

Rasa Indah Yang Terlarang

Author: Strawberry
last update Last Updated: 2025-07-13 13:13:20

Dapur yang semula berantakan itu tiba-tiba terasa lebih sempit ketika langkah-langkah berat Leonardo bergema di lantai marmer. Aroma minyak zaitun yang tumpah bercampur dengan wangi parfum Santal 33 milik Leonardo - bau yang terlalu familiar bagi Isabella, mengingatkan pada malam-malam terlarang mereka.

"Belle..."

Suara itu, serak dan penuh emosi terpendam, membuat Isabella mengangkat wajahnya dari tumpukan sayuran yang hancur di lantai. Matanya yang bengkak melihat sepasang sepatu Oxford Berluti hitam yang terpercik jus delima. Perlahan, pandangannya naik menyusuri celana linen khaki, jaket linen blazer warna gading, hingga bertemu dengan mata hijau Leonardo yang menggelap - seperti badai di tengah lautan yang bisa menenggelamkan dirinya kapan saja.

"Jangan...lihat aku seperti ini," bisik Isabella, suaranya pecah. Tapi Leonardo sudah membungkuk, tangannya yang besar dengan cincin platinum di jari manis menyentuh pundaknya yang gemetar.

"Sudah, sayangku..." Desisannya hangat di antar
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Terjerat Obsesi Kakak Ipar   Masa Lalu Leonardo

    "Apa kau pernah menikah?"Pertanyaan itu tiba-tiba melintas di benak Isabella.Isabella ingin tahu bukan karena status duda. Tapi lebih pada perasan di masa lalu. Dia ingin tahu. Jika memang perasaan Leonardo padanya hanya sisa-sisa dari masa lalu, maka Isabella akan membalasnya dengan hal yang sama.Tidak ada pengorbanan lagi untuk pria. Cukup Matteo."Matteo yang mengatakannya?" balas Leonardo waktu itu, matanya berkedip dalam kegelapan.Isabella sekarang menghela napas, bangkit dari tempat tidur dan meraih piyama Leonardo yang tergantung di kursi. Kain hitam yang terlalu besar untuknya itu membungkus tubuhnya dengan nyaman saat dia berjalan ke jendela, memandangi Milan yang masih terlelap."Jawab saja," pinta Isabella, jarinya menggambar lingkaran di dada Leonardo.Leonardo menarik napas panjang. "Saat aku berusia dua puluh satu tahun, aku sangat mencintai seorang gadis. Namanya Bianca." Suaranya retak. "Tapi pernikahan kami hanya berlangsung sebentar... karena Bianca meninggal."I

  • Terjerat Obsesi Kakak Ipar   Berlian Diantara Sampah

    Selimut sutra yang menutupi tubuh mereka berdua berkerut seperti lautan perak di bawah cahaya bulan yang menyelinap lewat jendela studio. Isabella berbaring dengan kepala di dada Leonardo, jarinya tanpa sadar menggambar pola-pola abstrak di kulitnya yang hangat, mengikuti detak jantungnya yang mantap."Leo," bisiknya tiba-tiba, suaranya hampir tenggelam dalam keheningan malam. "Jika aku hamil... apa yang akan kau lakukan?"Leonardo tidak langsung menjawab. Tangannya yang besar membelai rambut Isabella dengan lembut, seolah mencoba menenangkan kegelisahan yang tidak terucap."Apa pun yang kau inginkan, Belle," jawabnya akhirnya, suaranya dalam dan jujur.Isabella mengangkat wajahnya, matanya mencari kepastian dalam sorot Leonardo. "Bisakah aku percaya padamu, Leo?"Leonardo tersenyum, lalu mengecup ubun-ubun kepalanya dengan lembut. "Dengan apa yang sudah kulakukan, apa kau masih tidak percaya?"Isabella membenamkan wajahnya kembali ke dada Leonardo, mencium aroma khasnya—sandalwood da

  • Terjerat Obsesi Kakak Ipar   Kanvas Tubuh

    "Dasar Leonardo...!"Dia cepat-cepat menutup kotak itu, tapi bayangan isinya sudah terpatri di pikirannya. Garis-garis renda, kain yang nyaris tak ada, dan warna yang—Brengsek.Suara langkah kaki berat mendadak terdengar dari belakang."Sudah dibuka?"Suara Leonardo yang dalam, menggema di telinganya. Isabella tak perlu menengok untuk tahu—dia tersenyum. Senyum yang tahu persis apa yang baru saja dilihatnya.Isabella menghela napas, berusaha tenang. Tapi ketika dia akhirnya berbalik, matanya langsung bertabrakan dengan sorot Leonardo yang terlalu mengerti."Kau benar-benar tak tahu malu," gerutnya, berusaha keras terdengar marah.Leonardo hanya tersenyum lebih lebar, langkahnya mendekat seperti predator yang tahu mangsanya sudah terjebak."Tapi kau suka."Dan Isabella—Tidak bisa menyangkal.Udara di studio Leonardo terasa hangat, tercemar oleh aroma cat minyak dan sesuatu yang lebih liar—nafsu yang tidak terucapkan. Isabella berdiri di tengah ruangan, jantungnya berdegup kencang sep

  • Terjerat Obsesi Kakak Ipar   Siapa Yang Berpihak Padaku?

    Udara di dalam lift terasa begitu berat, seolah setiap tarikan napas Isabella dipenuhi oleh bau wewangian manis dan kemunafikan yang mengingatkan Isabella dengan aroma Naomi. Matteo berdiri di sampingnya, tubuhnya yang tinggi membayangi seperti bayangan yang tak pernah benar-benar pergi."Apa pesan Papaku?" tanya Matteo tiba-tiba, suaranya rendah tapi menusuk. Tangannya menarik Isabella lebih dekat, cengkeramannya di pinggang terasa seperti belenggu.Isabella menahan godaan untuk mendorongnya. "Segera memberimu keturunan," jawabnya datar, sambil melepaskan diri dari genggamannya.Matteo membenarkan jasnya dengan gerakan angkuh, senyum sinisnya semakin lebar. "Sebaiknya begitu! Jangan terlalu lama. Atau jangan-jangan benih Leonardo tak sekuat nafsunya?"Dia menyindir, dan kali ini, Isabella tak membiarkannya menang."Kita lihat saja," balasnya, matanya berkilat dengan tantangan.Matteo mengangkat alis. "Kedengarannya kamu sangat yakin bakal cepat hamil, Belle!""Aku tidak mau buru-buru

  • Terjerat Obsesi Kakak Ipar   Pertemuan Dengan Sang Raja

    Udara di dalam mobil Rolls-Royce Phantom yang mewah terasa pengap meski AC bekerja maksimal. Isabella duduk kaku di samping Ivy, jari-jarinya menggenggam erat tas Chanel-nya hingga buku-buku putihnya menonjol. Pemandangan luar jendela berlalu begitu cepat—seperti hidupnya yang terus berputar di luar kendalinya."Kamu terlihat tegang, Belle," ucap Ivy tiba-tiba, suaranya manis seperti sirup yang beracun.Isabella menelan ludah. "Aku hanya memikirkan proyek Vogue besok."Ivy tersenyum, matanya tajam seperti elang yang mengincar mangsa. "Ah, tentu. Tapi hari ini, kita punya urusan lebih penting."Isabella ingin bertanya, tapi lidahnya terasa kaku.“Ingat, Belle! Untuk bisa bertahan di sini kamu harus menjadi lebih kuat dan tidak selalu membawa perasaan” tambah Ivy.“Begitu?” jawab Isabella dalam hati. “Pantas saja kalian tidak ada yang bisa harga ketulusan” tambahnya dan masih dalam hati. Tak lama mereka sampai di tempat yang mereka tuju.Kantor Riccardo Ruzzo terletak di lantai paling

  • Terjerat Obsesi Kakak Ipar   Enggan Pulang

    Udara di butik La Belle terasa mendadak berat ketika Isabella melangkah masuk. Matanya langsung menangkap dua sosok yang sedang duduk di area lounge—Matteo, dengan wajah masam yang sudah terlalu familiar, dan Ivy, sang mertua, yang duduk tegak dengan elegan seolah tak ada satu pun debu yang berani menempel pada gaun Chanel-nya."Dari mana kamu?" Matteo langsung menyerang dengan pertanyaan itu, suaranya datar tapi mata menyala dengan emosi yang dipendam.Isabella hampir tertawa. Tujuh hari. Tujuh hari dia menghilang, dan ini yang pertama kali ditanyakan suaminya.Sebelum sempat menjawab, Ivy sudah menyela dengan senyum manis yang membuat Isabella merinding."Matt... tidakkah kamu rindu dengan istrimu?" Nada Ivy seperti madu, tapi ada duri halus di baliknya.Matteo terlihat salah tingkah, wajahnya berkerut dalam ekspresi yang aneh antara kesal dan bersalah. "Ya... pelayan bilang, kamu satu minggu tidak pulang. Kamu ke mana?" Kali ini suaranya lebih rendah, seperti anak kecil yang dimara

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status