Share

Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda
Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda
Author: Clavita SA

Bab 1 Hari Pernikahan

Author: Clavita SA
last update Last Updated: 2023-08-30 13:17:21

"Aku sudah menjadi seorang istri ...."

Nara terlihat begitu terpukul sekali atas perjodohan yang terjadi, dirinya tidak pernah menyangka bahwa ia akan menjadi jaminan dari hutang yang dimiliki keluarganya.

"Apa yang harus aku lakukan setelah menjadi istrinya nanti? Aku takut ...."

Mengingat sikap Ardhan yang dingin, Nara merasa ketakutan jika dirinya tidak mendapatkan perlakuan yang baik sebagai seorang istri.

Siang ini mentari sedang panas-panasnya. Pesta pernikahan pun di gelar, walau tidak begitu mewah dan hanya dihadiri beberapa tamu undangan yang berasal dari keluarga saja. Tetapi, jamuan di meja begitu banyak.

Kala itu, Nara mengenakan gaun putih yang menjuntai dengan bagian dada yang agak terbuka. Sedangkan Ardhan, ia hanya mengenakan setelan jas hitam dengan kemeja putih dan dasi pita. Mereka duduk berdampingan dengan perasaan terpaksa.

"Saya tidak tahu apa yang kamu pikirkan. Tapi, saya harap sikapmu tidak mengecewakan Kakek. Jadi, tersenyumlah. Kalau tidak, saya akan membatalkan bantuan terhadap keluargamu," pinta Ardhan dengan nada berbisik.

Nara menoleh. "Baik, Pak. Saya paham!" jawab Nara. Lalu, wanita itu tersenyum, walau merasa terpaksa. Berusaha memberikan senyuman terbaiknya.

Nara melirik ke arah Ardhan, ia sadar jika pernikahan ini terjadi atas dasar permintaan Kakek Heraldo. Ia juga melihat Ardhan yang tampak menyayangi pria tua itu. Walaupun sikapnya terbilang dingin, tetapi ia begitu perhatian terhadap orang yang disayanginya.

"Bicaralah dengan nada rendah dan menyenangkan."

"Baiklah."

Mereka memang mengobrol, tetapi tidak lebih dari kepentingan yang berhubungan dengan perjanjian diantara keduanya.

Hingga, Kakek Heraldo mendatangi Ardhan, matanya memberi isyarat agar ikut pergi bersamanya.

"Kakek mau bicara sebentar!" ajaknya.

"Baik, Kek!" sahut Ardhan.

Ardhan melangkahkan kakinya mengikuti Kakek Heraldo, tetapi ia menoleh sebentar ke arah Nara. " Saya mau pergi dulu sebentar!"

"Mereka mau bicarakan soal apa?"

Nara tidak menyahut, tetapi rasa penasaran terus bergelayut di pikirannya.

Namun, saat Ardhan sudah tidak ada di sana seorang wanita dengan kebaya merah muda tiba-tiba menarik pergelangan tangan Nara dan membawanya pergi ke tempat yang sepi. Wanita itu tampak sangat marah dengan bola mata membelalak yang seakan nyaris keluar.

"Lepaskan, Ma! Lepaskan saya!" ujar Nara kepada Sarah -- wanita yang sudah menjadi mertuanya tersebut.

Alih-alih melepaskan, Sarah malah semakin mencengkeram kuat pergelangan tangannya. "Katakan kepada saya sekarang! Pelet apa yang kamu berikan sampai membuat anak saya mau menikahi kamu?!"

Sarah jika mengetahui jika pernikahan ini terjadi atas dasar perjodohan yang dilakukan oleh Kakek Helardo. Ia hanya diberitahu bahwa hari ini pernikahan Ardhan dan Nara digelar.

"Lepaskan, Ma! Saya mohon. Ini sakit sekali!" lirih Nara sembari berusaha melepaskan diri dari wanita itu. "Saya tidak mungkin melakukan cara licik itu! Kenapa tiba-tiba Anda menuduh saya!"

Belum sehari menikah, ia sudah mendapat perlakuan yang sangat buruk dari Sarah. Tetapi, saat itu dirinya berusaha untuk tidak banyak melawan. Yang ia lakukan hanya berusaha melepaskan diri dari cengkramannya yang begitu ganas dan menyakitkan.

"Dengar ya, sampai kapanpun aku tidak akan pernah menganggap kamu sebagai menantu! Cihh!" ucapnya sambil meludah di depan Nara.

"Saya tidak peduli Anda mau atau tidak menerima saya, karena pernikahan ini bukan atas izin Anda. Ini karena ....!"

Nyaris saja Nara mengungkap semuanya kepada mertua angkuh itu. Untungnya, dengan cepat ia menutup mulutnya.

"Hampir saja!" batin Nara.

Sarah memicingkan mata penasaran. "Sepertinya ada yang tidak beres! Aku harus segera mencari tahu!" batin Sarah.

Wanita itu melepaskan tangan Nara dan melayangkan tangannya yang lain untuk menampar. Tetapi, dari samping Ardhan datang dan menahan tangan Sarah.

"Anak kurang ajar!" umpat Sarah, kesal. "Lepaskan tanganku!"

"Maaf, Ma. Saya mohon agar jangan membuat keributan di sini!"

"Nak, ayo kita pergi ke paranormal. Sepertinya kamu sudah terkena pelet yang membuat kamu menjadi pembangkang!" celetuk Sarah sembari mencoba membawa Ardhan pergi.

"Tidak ada yang menggunakan pelet, Ma. Jadi, tolong jangan berprasangka buruk pada menantumu!"

Nara yang berada di sana pun sungguh tidak menyangka jika Ardhan datang dan membelanya. Sangat di luar dugaan. Padahal, sebelumnya ia melihat Ardhan pergi bersama Kakeknya.

"Pokoknya, aku tidak boleh terbuai dengan apa yang dilakukannya untukku. Tujuanku menikah dengannya adalah untuk membalaskan dendamku terhadap keluarga ini!" batin Nara, berusaha mengingatkan hal itu kepada dirinya sendiri.

Ardhan melepaskan tangan Sarah dan kemudian menarik Nara pergi dari tempat yang sepi itu.

"Terima kasih," ucap Nara.

Setelah jauh dari jangkauan Sarah, Ardhan pun melepaskan tangan Nara. Ia pergi begitu saja tanpa menyahut ucapan Nara.

"Aneh sekali. Dia malah pergi begitu saja. Tapi, kenapa dia membelaku?" batin Nara merasa heran.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda   Bab 162 Pengungkapan Rasa (TAMAT)

    "Papa mau ketemu dengan istriku. Apa dia ada di sini?" tanya Rivanto."Ada, Pa. Tunggu sebentar biar saya panggilkan dulu!" sahut Ardhan sembari bangkit dari duduknya.Ardhan pun melangkahkan kakinya keluar dari ruangan itu. Ia membuka pintu itu perlahan. Rupanya, di depan pintu sana sudah ada Nara yang tampak khawatir sekaligus penasaran dengan pembicaraan antara Ardhan dengan Rivanto -- Ayahnya."Bagaimana kondisinya sekarang, Nak?" tanya Verra dengan antusias."Dia bicarakan soal apa sama kamu, Mas?" tanya Nara dengan serius.Ardhan pun perlahan menjawabnya satu persatu."Ma, katanya Papa mau ketemu."Tanpa mendengarkan kalimat lanjutan dari Ardhan, Verra pun bergegas masuk untuk melihatnya.Nara menarik tangan Ardhan dan mengajaknya untuk bicara sambil duduk di kursi tunggu itu."Mas, ceritakan sama saya, apa yang Papa katakan sama kamu. Dia tidak mengatakan hal yang aneh-aneh, 'kan?"Ardhan tersenyum senang. Ia menatap lekat-lekat sepasang mata Nara."Papamu sepertinya sudah sanga

  • Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda   Bab 161 Indahnya Perdamaian

    Kakek Roland yang yang menyaksikan Verra terduduk lemas di lantai pun bergegas menghampiri."Ada apa? Kenapa?" tanyanya dengan santai. Verra merasa kesal. Dalam hati ia menggerutu sembari menatap wajah Kakek Roland yang penuh ambisi itu.'Kalau bukan karenamu, dia pasti tidak akan mengalami ini? Kenapa dia memiliki Ayah seperti dirimu?' Hidungnya berkerut dengan tangan mengepal di lantai.Air mata itu disekanya dengan tangan. Ia memegang ujung meja dan berusaja bangkit dari duduknya. Walaupun tubuhnya masih terasa lemas, tetapi ia berusaha bangkit untuk pergi menemuinya suaminya yang terbaring di rumah sakit."Kenapa malah diam saja? Beritahu aku kenapa? Ada apa ini?"Verra menoleh. "Suamiku mengalami kecelakaan!" jawabnya ketus.Alih-alih peduli dengan Rivanto, Kakek Heraldo yang mengetahui musibah ini malah menyalahkan Ardhan atas apa yang terjadi."Ini semua karena pria itu! Kalau saja tidak membawa Nara pergi, pasti suamimu tidak akan menyusul mereka sampai mengalami kecelakaan

  • Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda   Bab 160 Cinta Suami Yang Tulus

    Setelah suara kecelakaan itu terdengar sangat nyaring, orang-orang yang berseliweran di sana pun langsung terhenti dan menghampiri korban kecelakaan. Terutama mereka berkerumun hingga membentuk lingkaran sembari melihat kondisi Rivanto yang jauh lebih parah dibanding yang mengemudikan mobil.Darah bercucuran dengan banyak robekan pada kulitnya yang membuat orang-orang bersimpati. Tetapi, untungnya dengan gesit ada salah seorang di antara mereka yang langsung menghubungi ambulance."Mas, ayo kita lihat!" ajak Nara dengan antusias.Tanpa menyahut, Ardhan keluar dari mobil itu untuk mengikuti keinginan Nara. Dirinya akan mengusahakan apapun yang Nara inginkan, asalkan itu masih dalam batas wajar.Nara dengan cepat langsung berjalan memasuki kerumunan untuk melihat korbannya. Begitu melihatnya dengan jelas di depan mata. Sontak, tubuh Nara lemas dengan air mata mengalir deras melihat Ayahnya yang dalam keadaan tak berdaya.Ardhan yang mendengar suara tangisan Nara itu segera menghampiri

  • Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda   Bab 159 Entah Karma atau Apa?

    Tanpa mempedulikan apapun lagi, Nara berlari keluar dari rumah itu. Di susul oleh Ardhan yang melihat istrinya tengah dilanda kekecewaan yang mendalam.Rivanto yang tidak mau Nara benar-benar pergi sampai tidak bisa lagi ia temui pun membuatnya bergegas menyusul. Nara sudah memasuki mobil, begitu juga dengan Ardhan yang terus mengikuti istrinya, karena dirinya tidak mau jika sampai terjadi sesuatu kepada Nara tanpa sepengetahuan dari dirinya."Mas, tolong cepat jalankan mobilnya! Saya tidak mau kalau mereka mengejar saya dan tidak membiarkan saya menemui Mas lagi!" pinta Nara dengan gelisah.Rasa yang semakin tidak karuan membuat Nara seakan ingin menyalakan mobil itu sendiri. Tetapi, sayangnya yang saat itu menyetir adalah Ardhan.Begitu selesai menyalakan mesin mobil, Ardhan langsung tancap gas pergi. Bukan maksud Ardhan membuat Nara durhaka kepada orang tuanya, hanya saja ia juga tidak rela jika melihat Nara tersiksa. Terlebih lagi keadaan istrinya sedang hamil muda."Saya tahu ka

  • Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda   Bab 158 Bersama Melawan Badai

    Rico yang ada di luar rumah itu hanya menyimak. Dirinya sama sekali tidak berani ikut campur atas masalah keluarga majikannya."Pokoknya aku tidak setuju! Aku cuma mau Nara menikah dengan pilihanku!" Kakek Heraldo tetap menentang pilihan Nara. "Kamu tahu 'kan Kendra itu seperti apa orangnya? Dia itu anak yang baik dan lebih terpandang! Berasal dari lulusan ternama di luar negeri! Lalu, suamimu apa kelebihannya? Dia belum tentu sehebat Kendra!" sanjung Kakek Roland untuk Kendra di depan Nara, Rivanto dan Verra.Verra yang merasa hanya seorang wanita tidak berani membantah ataupun angkat bicara. Ia hanya terdiam ketika Ayah mertuanya cukup membuatnya geram."Kek! Kenapa Kakek ikut campur dengan urusan pernikahan aku? Tidak bisalah membiarkan aku bahagia dengan pilihanku? Aku mencintai Mas Ardhan, aku juga tidak mau kehilangan dia! Apapun keputusan Kakek, Kakek tidak bisa semena-mena mengatur hidupku! Aku ini juga manusia, bukan piala bergilir yang dapat dengan bebas diperebutkan oleh

  • Terjerat Pernikahan Dadakan dengan CEO Duda   Bab 157 Manusia Pengacau

    Nara memegang perutnya, lalu ia mengelus-elusnya secara perlahan. Rivanto terdiam, ia terus memperhatikan anaknya yang bertingkah aneh baginya."Kamu .... Jangan hilang kamu ....?" Rivanto mulai menduganya. Tetapi, ia belum berani untuk mengatakan hal tersebut."Benar, Pa. Papa tidak salah lagi kalau mengira aku lagi hamil. Sekarang ini aku memang lagi mengandung janin dari Mas Ardhan. Setelah tahu ini, aku harap Papa tidak lagi memikirkan dendam lama Papa. Aku hanya ingin keluarga kita tenang dan damai!" tutur Nara dengan lirih. Nada bicaranya sudah terdengar pasrah. Nara hanya mengusahakan, agar dirinya menjadi tenang. "Tidak Nara! Papa 'kan sudah memperingatkanmu supaya jangan sampai hamil anaknya!"Verra yang tak sengaja mendengar kabar kehamilan Nara itu langsung mendekat dan duduk di samping Nara. "Benarkah, Nak?" Berbeda dengan Rivanto yang kecewa karena Nara mengandung anak Ardhan, Verra malah tampak senang karena dirinya akan memiliki cucu. Sudah sekian lama ia menantikan k

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status