Share

BAB 110. LEBIH DALAM

Author: Rich Mama
last update Last Updated: 2025-10-15 20:52:17
Max tersenyum nakal. “Tidak ada. Ciumanmu adalah macaron paling manis yang pernah ada dan aku selalu ingin lebih.”

Max menunduk dan di tengah hamparan rumput yang ramai itu, ia mencium Laura dengan lembut dan penuh cinta. Itu adalah ciuman yang menjanjikan, ciuman yang menolak segala bentuk ketakutan dan ancaman. Di bawah Menara Eiffel yang baru saja berkilauan, mereka merayakan kemenangan cinta mereka.

Mereka menghabiskan waktu hingga sore, berdua saja, tanpa ponsel, tanpa berita, hanya mereka dan Paris.

Langit berubah menjadi oranye, merah muda, dan ungu, melukis pemandangan Paris yang membentang. Di saat senja itu, Max berjanji akan selalu menjadi fondasi yang kokoh, tempat Laura bisa berlindung dari badai apa pun.

Akhirnya Max memutuskan untuk membawa Laura kembali.

“Sudah cukup, Chérie. Kita harus kembali ke hotel.”

Max dan Laura kembali ke suite mereka setelah hari yang indah di Paris. Pintu kaca kamar mandi telah menjadi pemisah singkat yang memicu kerinduan baru.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Terjerat Pesona Sahabat Suamiku   BAB 114. Di Bawah Langit Senja

    Setelah Laura dan Max menghabiskan beberapa minggu yang ajaib di villa terpencil di tepi Danau Como, Italia. Kini akhirnya mereka kembali ke Valmerra, tapi bukan ke penthouse mewah mereka, melainkan ke rumah yang jauh lebih besar dan hangat yaitu kediaman keluarga besar Max, yang dipimpin oleh Kakek Max—ayah dari Papanya. Ini adalah langkah yang disengaja Max, menempatkan Laura di bawah perlindungan benteng keluarga terkuat mereka, di mana siapapun itu tidak akan berani mendekat. Pagi itu di rumah keluarga besar terasa damai. Max sudah bangun lebih dulu, bersiap untuk hari pertamanya kembali di kantor setelah honeymoon panjang. Ia mengenakan kemeja dan dasi, lalu kembali ke ranjang untuk membangunkan Laura. Max membungkuk, mencium kening Laura lembut. “Bangun, Sweet Heart. Sudah pagi. Hari ini adalah hari pertama kembalinya Max si Raja Bisnis.” Laura mengerang, menarik selimut menutupi kepalanya. “Lima menit lagi, Max. Aku merasa sedikit pusing.” “Pusing?” Max menarik selimut i

  • Terjerat Pesona Sahabat Suamiku   BAB 113. MENANAM BENIH

    Dengan perlahan ia menunduk, bibirnya menyapu garis rahang Laura, turun ke leher, lalu berhenti tepat di bahu. Ia tidak terburu-buru. Justru kesabaran itu yang membuat Laura hampir kehilangan akal. Tiap gigitan lembut, tiap kecupan yang dibiarkan berlama-lama, membuatnya bergetar tak karuan. Lalu, dengan gerakan tak terduga, Max menggulingkan tubuh Laura hingga kini ia berada di atas, namun tetap menahan tangannya di sisi kepala. Laura menatapnya dengan mata terbelalak sebentar, lalu tersenyum malu, tubuhnya memanas karena posisi baru itu membuatnya benar-benar tak berdaya. “Max ….” Suaranya nyaris berupa erangan pelan, bergetar di antara rasa ingin dan rasa malu. Max hanya menunduk, bibirnya kembali melahap bibir Laura, kali ini dengan ciuman yang lebih dalam, lebih menuntut. Lidah mereka bertemu lagi, saling menekan, saling mengisi, hingga Laura merasa paru-parunya seolah kehilangan udara. Namun Max belum puas. Tangannya yang bebas menyusuri sisi tubuh Laura, turun perlaha

  • Terjerat Pesona Sahabat Suamiku   BAB 112. MAU GAYA LAIN?

    Hari ketiga di Paris, saat mereka berjalan di taman yang tenang di dekat Jardin du Luxembourg, di tengah hamparan bunga tulip yang bermekaran, Laura dan Max berhenti sejenak di dekat sebuah air mancur. Keduanya memperhatikan sekelompok anak kecil bermain kejar-kejaran. Tiba-tiba, seorang anak laki-laki kecil, mungkin berusia sekitar lima tahun menangis tersedu-sedu. Balon heliumnya, berbentuk astronot biru, tersangkut tinggi di dahan pohon yang rindang. “Astaga, kasihan sekali,” bisik Laura. Insting keibuannya langsung muncul. Ia bergegas mendekat, menenangkan si anak laki-laki. “Tidak apa-apa, Mon Chérie. Bibi akan ambilkan,” kata Laura dengan senyum lembut, meski ia harus berjinjit dan melompat sedikit. Laura berhasil meraih ujung tali balon itu, menariknya turun, dan memberikannya kembali kepada si anak. Wajah anak itu seketika bersinar. Ia memeluk balonnya erat-erat. “Merci, Madame! Merci!” seru anak tersebut riang. Tepat saat itu, datang anak laki-laki lain yang p

  • Terjerat Pesona Sahabat Suamiku   BAB 111. RONDE BERIKUTNYA

    Max kemudian mengangkat Laura. Kali ini ia membaringkan sang istri perlahan di atas meja marmer panjang di kamar mandi. Meja itu dingin, memberikan kontras yang sensasional pada kulit Laura yang kini terasa semakin panas. Max berdiri di antara kaki Laura, menatapnya dengan hasrat yang membakar. “Aku ingin kau mengingat setiap sentuhanku,” bisik Max, suaranya pelan dan mengancam. “Aku ingin kau tahu bahwa tubuhmu hanya merespons padaku.” “Hanya padamu, Max. Selalu padamu,” desah Laura, tangannya meraih rambut Max, menariknya ke bawah untuk sebuah ciuman yang dalam. Max menerima ciuman itu dengan rakus. Ciuman mereka adalah ledakan dari penahanan diri sepanjang hari, penuh hasrat, dan gairah yang jujur. Max tidak lagi ragu. Ia menggerakkan tangannya dengan berani dan penuh kepemilikan. Laura melengkung di atas meja marmer yang dingin. Ia bisa merasakan Max mengambil alih segalanya. Desahannya kini bukan lagi godaan, tetapi pelepasan murni. Max mengangkat kepala sedikit, memu

  • Terjerat Pesona Sahabat Suamiku   BAB 110. LEBIH DALAM

    Max tersenyum nakal. “Tidak ada. Ciumanmu adalah macaron paling manis yang pernah ada dan aku selalu ingin lebih.” Max menunduk dan di tengah hamparan rumput yang ramai itu, ia mencium Laura dengan lembut dan penuh cinta. Itu adalah ciuman yang menjanjikan, ciuman yang menolak segala bentuk ketakutan dan ancaman. Di bawah Menara Eiffel yang baru saja berkilauan, mereka merayakan kemenangan cinta mereka. Mereka menghabiskan waktu hingga sore, berdua saja, tanpa ponsel, tanpa berita, hanya mereka dan Paris. Langit berubah menjadi oranye, merah muda, dan ungu, melukis pemandangan Paris yang membentang. Di saat senja itu, Max berjanji akan selalu menjadi fondasi yang kokoh, tempat Laura bisa berlindung dari badai apa pun. Akhirnya Max memutuskan untuk membawa Laura kembali. “Sudah cukup, Chérie. Kita harus kembali ke hotel.” Max dan Laura kembali ke suite mereka setelah hari yang indah di Paris. Pintu kaca kamar mandi telah menjadi pemisah singkat yang memicu kerinduan baru.

  • Terjerat Pesona Sahabat Suamiku   BAB 109. DI RUMPUT

    Setelah siap, Max dan Laura meninggalkan suite. Mereka siap menaklukkan Paris. Pria itu menggandeng tangan Laura erat. Laura tampak memukau dalam gaun sundress sederhana yang ia kenakan dan kalung cameo vintage yang dibelikan Max bersinar lembut di lehernya. Tujuan pertama mereka adalah Montmartre. Saat tiba di bukit ikonik itu, mereka langsung disambut oleh keramaian dan aroma cat minyak yang khas. Para seniman jalanan sibuk melukis, musisi memainkan akordeon, dan turis berdesakan di tangga menuju Basilika Sacré-Cœur. Max dan Laura berjalan perlahan, menikmati suasana. Pria itu sengaja membiarkan Laura menentukan arah, ingin melihat apa yang menarik perhatian istrinya. “Aku suka tempat ini, Max,” bisik Laura, matanya berbinar melihat seorang pelukis tua yang fokus pada kanvasnya. “Semuanya terasa jujur di sini. Tidak ada kepalsuan.” “Seperti yang aku lihat di matamu,” balas Max, berhenti sejenak, membalikkan tubuh Laura, dan mengecupnya di dahi. “Kau adalah keindahan pali

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status