Share

Bab 3

Author: Irma Dewi
"Bagaimana? Apa kamu merasakannya?" tanya pria itu.

Aku tiba-tiba mendongakkan kepala untuk menatap ke arah Theo yang menyunggingkan senyum di sudut mulutnya.

Dalam benakku, aku merasa dia sepertinya sedang memberi isyarat padaku. Ketika melihat ekspresinya yang licik, aku pun mengangguk sedikit.

"Baguslah …."

Tangan Theo masih menempel di pangkal pahaku. Setelah membelai beberapa kali, tangan itu langsung masuk ke dalam celana dalamku.

Aku langsung tersentak dengan gerakan tanpa peringatan dari Theo. Bulu kuduk di seluruh tubuhku pun langsung meremang.

Setelah menyelipkan tangan ke balik celana dalamku dengan cepat, Theo meraih dan mencubit pantatku. Kemudian, dia menarik tangannya kembali, bangkit berdiri seolah-olah tidak ada yang terjadi. Dia terus memberikan instruksi pada siswa lainnya.

Gerakan tiba-tiba ini membuatku terpaku di tempat.

Sekarang, aku merasa makin yakin bahwa Theo memiliki pemikiran yang tidak seharusnya padaku.

Setelah melakukan pemanasan selama sepuluh menit, Theo menyuruh kami semua masuk ke dalam air untuk mulai berlatih.

Mungkin karena aku sudah berlatih gerakan-gerakan itu dengan sangat terampil, aku jelas lebih terampil daripada siswa lainnya begitu masuk ke dalam air.

Aku bahkan bisa mencoba beberapa gerakan renang lainnya sendirian.

Theo yang berdiri di pinggir menyaksikan semua ini.

Theo berujar, "Kalian semua sudah berlatih dengan baik hari ini. Terutama Serena, yang pantas mendapatkan pujian khusus!"

"Serena cukup berbakat dalam berenang. Kamu bisa tinggal sebentar, aku akan memberikan beberapa pelajaran tambahan untukmu," lanjut Theo.

Ketika mendengar ini, aku langsung merasa terkejut.

Ditambah dengan "perhatian khusus" dari Theo padaku sebelumnya, aku memahami dengan sangat jelas bahwa "pelajaran tambahan" ini bukan dengan niat baik.

Murid-murid yang lain juga sepertinya bisa menyadari hal ini. Ketika mereka pergi, mereka semua melemparkan pandangan iri ke arahku. Bahkan ada sedikit kilat rasa cemburu di mata mereka.

Setelah kelas selesai, kolam renang akhirnya kosong. Hanya ada aku dan Theo saja di sana.

Pria itu sepertinya sudah tidak sabaran. Dia menarik tanganku, mengajakku masuk ke dalam air.

Kali ini, Theo menuntunku langsung ke bagian kolam yang dalam.

Namun, perasaan hampir tenggelam di area kolam yang dalam tadi masih membekas di benakku, membuatku merasa sedikit takut. Jadi, seluruh tubuhku bersandar erat pada tubuh Theo.

"Nggak apa-apa. Serena, kamu nggak perlu gugup. Sebenarnya, kolam yang dalam dan yang dangkal itu sama saja. Kamu bisa belajar lebih cepat di kolam yang dalam," jelas Theo.

Aku mencoba mengatasi rasa takut di hatiku, perlahan-lahan berenang ke kolam yang dalam.

"Ya, benar begitu. Rilekskan saja tubuhmu, lalu ayunkan kedua kakimu secara perlahan," ucap Theo.

Di bawah kata-kata bimbingan dari Theo, aku mendapati diriku bisa mengambang di dalam air.

Perasaan ini membuatku merasa terkejut sekaligus senang. Theo juga berada di sampingku setiap saat untuk melindungiku, agar tidak terjadi apa-apa padaku.

Tanpa aku sadari, Theo sudah meletakkan salah satu tangannya di pinggang dan perutku, sementara tangan lainnya menopang pahaku.

Ketika aku menatapnya, aku menyadari bahwa mata pria itu menatap lurus ke arah dadaku.

Karena aku mengenakan pakaian renang yang terbuka, serta karena bentuk tubuhku yang cukup indah, lekukan di depan dadaku bisa terlihat dengan sangat jelas.

Meskipun sudah ketahuan olehku, Theo masih tidak memalingkan pandangannya. Tingkahnya bahkan makin tidak terkendali. Matanya yang membara seakan menusuk ke dalam diriku.

Meskipun aku berada di dalam air yang sejuk, aku masih merasakan hawa panas di sekujur tubuhku.

Entah sejak kapan, sepasang tangan besar Theo menyentuh pusarku, bergerak ke bawah di sepanjang perutku.

Theo tiba-tiba bertanya, "Serena, kamu nggak punya pacar, ya? Kamu pasti sangat menginginkannya …."

Theo mencondongkan tubuh ke telingaku sambil berbisik. Pada detik berikutnya, dia langsung menggigit daun telingaku.

Pada saat yang sama, tali baju renangku terlepas. Sementara itu, ada sepasang tangan yang mencoba bergerak maju mundur beberapa kali sebelum mengusap dadaku.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ternyata Jatuh Keperangkap Pelatihku   Bab 10

    Sosok Theo muncul di hadapanku. Di bawahnya, ada sosok yang tidak asing.Itu adalah Alina.Theo meletakkannya di atas meja yang tepat menghadap cermin, sementara baju Alina sedang dirobek dengan ganas."Pak Theo, jangan lakukan ini …. Ini nggak boleh …."Tak peduli seberapa keras Alina melawan, Theo sama sekali tidak memedulikannya.Beberapa tetes air mata mengalir dari sudut mata Alina.Aku seolah melihat diriku sendiri pada malam itu.Baru setelah Theo mengeluarkan ponsel dari sakunya, lalu mengarahkannya pada Alina, aku akhirnya sadar bahwa Alina adalah korban berikutnya setelah aku.Ketika melihat ekspresi putus asa Alina saat ini, aku sangat ingin berlari masuk ke kamar mandi untuk membantunya.Namun, aku juga mengetahui satu hal dengan baik. Meskipun kekuatanku dan Alina digabungkan, kami berdua sama sekali bukan tandingan Theo.Aku menyandarkan kepalaku pada kusen pintu, menutup mulutku sambil terisak.Semua ini karena kelemahanku. Jika saja aku bisa lebih berani sedikit pada sa

  • Ternyata Jatuh Keperangkap Pelatihku   Bab 9

    Tempat tidurku berantakan, sementara selimutku tampak kusut, seperti telah dibolak-balik beberapa kali.Kulitku dibasahi keringat dingin, sementara seprai di bawahku sudah sepenuhnya basah.Aku meraba-raba, mencoba menemukan ponsel yang aku letakkan di samping tempat tidur. Aku meminum beberapa teguk air, hingga rasa haus yang kuat itu pun perlahan mereda.Baju tidurku tertarik tinggi ke atas, dengan ujungnya yang terlipat di bawah leher, hampir memperlihatkan seluruh tubuhku.Setelah menyalakan layar ponsel, aku baru menyadari bahwa aku baru tidur kurang dari tiga puluh menit.Di dalam kamar, dering ponsel yang mendesak masih terus bergema.Itu adalah telepon dari Theo.Hatiku yang hampir tenang kembali dilanda gelombang besar ketakutan.'Untuk apa dia menelepon pada saat seperti ini?' pikirku.Aku teringat kembali akan tuntutan Theo padaku, untuk melakukan semua sesuai yang dia katakan.Waktu sudah tidak memungkinkanku untuk berpikir lebih banyak.Setelah menjawab telepon, suara Theo

  • Ternyata Jatuh Keperangkap Pelatihku   Bab 8

    Waktu sudah hampir menunjukkan tengah malam. Jalanan benar-benar sepi tanpa ada seorang pun, sulit bagiku mencari taksi untuk pulang.Akhirnya aku hanya bisa berjalan pulang sendirian.Sepanjang perjalanan, kata-kata Theo terus berputar di dalam kepalaku.Sesampainya di rumah, tubuhku yang sakit dan lelah sudah tidak mampu melangkah lebih jauh lagi.Meskipun begitu, aku tetap mengambil baju tidur, lalu masuk ke kamar mandi.Di dalam kamar mandi, aku membiarkan air dingin mengalir di tubuhku. Bahkan aku mulai menggosok tubuhku berulang kali dengan handuk mandi, berusaha menghapus semua bekas sentuhan Theo di tubuhku.Baru pada saat kulit tubuhku tergores dan mulai mengeluarkan darah, aku akhirnya berhenti.Akhirnya, emosi yang telah lama aku tekan meledak sepenuhnya. Aku merosot ke sudut kamar mandi. Di tengah suara gemericik air, aku menangis dengan keras.'Aku nggak bisa melapor ke polisi .... Kalau nggak, video-video itu pasti akan disebarkan oleh Theo. Hidupku akan hancur selamanya

  • Ternyata Jatuh Keperangkap Pelatihku   Bab 7

    Theo mengeluarkan ponselnya, memilih salah satu video, lalu memutarnya di depanku.Aku mengangguk tanpa suara dengan pandangan yang kosong.Baru setelah aku berpakaian, Theo akhirnya membuka pintu kamar mandi.Yang berdiri di depan pintu adalah salah satu siswi yang mengikuti kelas hari ini."Pak Theo, aku ingin meminta izin. Aku ada acara besok, jadi aku mungkin nggak bisa mengikuti kelas," ujar siswi tersebut.Tanpa diduga, Theo, yang menunjukkan ekspresi garang di wajahnya beberapa saat yang lalu, tiba-tiba membuat perubahan 180 derajat di wajahnya pada saat ini.Pria itu menampilkan senyum di wajahnya sambil berujar, "Baiklah, aku mengerti. Tapi kedepannya, kamu bisa langsung menelepon untuk masalah seperti ini. Kamu nggak perlu repot-repot datang ke sini untuk meminta izin. Oh ya, siapa namamu?""Namaku Alina," jawab siswi tersebut.Memanfaatkan waktu ketika mereka berbincang, aku merapikan kembali pakaianku, bersiap untuk meninggalkan tempat itu.Namun, ketika aku hendak berjalan

  • Ternyata Jatuh Keperangkap Pelatihku   Bab 6

    Aku mencoba sebaik mungkin untuk menutupi bagian pribadiku dengan tanganku.Ketika Theo melihat reaksiku ini, senyum sinis di wajahnya tampak makin lebar. Dia menekan tanganku ke dinding, merekam dengan sesuka hatinya.Aku tidak bisa lagi mengendalikan emosiku ketika mengalami pelecehan seperti ini. Air mata tidak bisa berhenti mengalir di pipiku.Setelah beberapa saat melakukan semua itu, Theo tersenyum dengan penuh kepuasan.Dia menyimpan ponselnya, lalu tersenyum dengan senyuman yang aneh ke arahku.Mungkin karena perjuangan dan tangisan yang berkepanjangan tadi, sekarang aku sudah kehabisan tenaga, tidak bisa mengerahkan tenaga sama sekali.Ketika melihat Theo menggosok-gosokkan tangannya sambil menerjang ke arahku, aku hanya bisa memejamkan mata. Aku menunggu dalam diam apa yang akan terjadi selanjutnya.Theo berujar, "Bergeraklah sedikit …."Entah kenapa, Theo tampaknya telah kehilangan minat ketika melihat aku tidak lagi melawan. Sebaliknya, aksinya menjadi lebih pelan."Bergera

  • Ternyata Jatuh Keperangkap Pelatihku   Bab 5

    Menghadapi situasi yang sangat memalukan ini, aku seakan-akan telah terkena mantra. Tubuhku tetap membeku di tempat dalam posisi ini.Theo yang berada di ambang pintu masih mengenakan celana renang di bagian bawah tubuhnya, sama seperti yang dipakainya selama kelas tadi.Hanya saja, tonjolan di bagian bawah celana renang itu bisa terlihat dengan sangat jelas, seolah-olah akan meledak kapan saja."Serena, tepat waktu sekali. Aku juga ingin mandi. Ayo kita mandi bersama," kata Theo.Jakun Theo tampak bergerak ke atas dan ke bawah ketika dia menelan seteguk besar air liurnya.Segera setelah itu, dia berjalan ke arahku dengan langkah cepat.Aku yang sangat terkejut langsung berdiri. Namun, sepasang tangan Theo yang besar sudah berada di pinggangku.Dengan mengerahkan sedikit kekuatan di bawah pergelangan tangan, aku segera berada di bawah kendali pria itu.Theo mengangkatku, menempatkanku di atas meja kecil yang berada di ambang pintu.Meja kecil ini menghadap langsung ke sebuah cermin. Da

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status