Share

Bab 10

Seketika, ekspresi para nyonya kaya di sekitar langsung berubah.

Sementara Celine malah tersenyum sinis dengan tenang lalu maju untuk merapikan gaun Lily yang agak terlalu besar untuknya sambil berkata dengan santai, "Gaun dari K&K selalu disesuaikan dengan ukuran pembelinya. Lily, ukuran kita nggak sama. Kamu harusnya bilang dari awal kalau kamu suka gaun ini, biar aku bawa ke K&K untuk sesuaikan lagi ukurannya, jadi kamu pakainya nggak kebesaran gini."

Para nyonya kaya baru sadar kalau gaun Lily tidak terlalu pas untuknya.

Mereka seketika lupa sosok kasihan Lily yang tadi dan ekspresi mereka berubah jadi merendahkan Lily.

"Ternyata itu bukan gaunnya? Jangan-jangan dia mencuri gaun kakaknya? Kulihat ukurannya kayak ukuran Nona Celine."

"Nggak kusangka Nona Lily suka pura-pura begitu. Dengar-dengar dia itu anak mantan suami ibunya, biasanya orang seperti itu lebih licik dari anak haram!"

Anak mantan suami .... Anak haram ....

Lily tidak bisa mengendalikan ekspresinya lagi, tangannya yang mengepal erat juga gemetar saking marahnya.

Namun, dia mau tidak mau harus menahan emosinya. Setelah para nyonya kaya pergi, Lily baru menunjukkan matanya yang penuh kebencian.

Mungkin karena tidak mau kalah, Lily menurunkan kerahnya, menunjukkan bekas-bekas ciuman lalu berkata dengan sombong, "Kamu tahu secinta apa Kak Reza padaku? Barusan banget, di atas dia sangat bersemangat melakukannya denganku, sampai berkali-kali!"

Lily pikir hal ini bisa membuat Celine marah, tapi Celine malah tersenyum mengejek. "Waktu itu, kamu sengaja pakai ponsel Reza untuk memanggilku memang supaya aku melihat kalian sedang melakukannya, 'kan?"

Lily tidak menyangka Celine sudah tahu, tapi dia juga terus terang berkata, "Memangnya kenapa kalau ya?"

"Nggak kenapa-kenapa. Kamu harusnya bilang saja kalau suka, kukasih kok. Untuk apa ... nyuri?"

Celine melirik gaun yang dipakai Lily lalu tertawa sinis. Kemudian, dia langsung berbalik pergi.

Sementara Lily merasa seperti baru saja ditampar. Dia menatap punggung Celine dengan penuh kebencian. Kemudian, dia masuk ke aula dengan perasaan kesal, ingin mencari Reza untuk menghiburnya.

Begitu sampai aula, dari tirai pintu yang setengah transparan, Lily melihat Reza berdiri di samping seorang pria.

Pria itu tinggi dan tegap, auranya dingin dan berwibawa. Bahkan dilihat dari belakang saja sudah seratus kali lebih baik dari Reza.

Orang yang dihormati Reza sampai seperti itu hanya ada "paman ketiga dari Keluarga Jayadi" yang katanya akan datang hari ini.

Dia pikir paman itu adalah seorang pria paruh baya, tapi ternyata semuda itu!

Muda, kaya dan berkedudukan tinggi.

Kalau bisa jadi kekasihnya ....

Di otak Lily tiba-tiba muncul pikiran seperti itu, jantungnya juga berdetak makin kencang.

Sementara saat ini Reza sedang melayani Andreas dengan ekspresi menyanjung, tapi matanya terus mencari-cari Celine di luar.

Akhirnya, dia melihat sosok yang memakai gaun merah di salah satu sudut ruangan. "Paman, aku bawa tunanganku ke sini."

Dia ingin segera membawa Celine menemui paman ketiganya dan memintanya menjadi saksi nikah mereka.

"Ya."

Andreas lagi-lagi melirik noda lipstik di kerah Reza.

Dia lumayan penasaran dengan tunangan Reza yang sama ekstremnya dengan seseorang.

Begitu Reza pergi, ponsel Andreas bunyi.

Panggilan dari James.

Setelah panggilan terhubung, James langsung berkata dengan terburu-buru, "Itu .... Celine Maira yang mau kamu selidiki semalam .... Kamu ... punya maksud apa sama dia?"

Andreas mengernyit, apa maksudnya?

Tanpa menunggu jawaban dari Andreas, James sibuk bertanya, "Kamu bukan suka sama dia, 'kan?"

"Kamu sebaiknya jangan suka sama dia, karena dia sudah tunangan. Tunangannya adalah Reza, kebetulan adalah Reza dari Keluarga Linoa ...."

James seakan-akan bisa merasakan aura dingin menusuk dari ponselnya, dia pun segera berkata, "Bro, kamu jangan salahin aku. Semalam kamu minta informasinya buru-buru banget, jadi normal kalau kurang lengkap. Lagian, aku juga tiba-tiba disuruh ayahku pergi dinas ke Kota Penta. Kalau aku ada di sana, pasti nggak bakal ada kesalahan seperti ini."

James benar-benar berharap dia ada di sana!

Beberapa tahun ini, Andreas tidak pernah melihat seorang wanita pun, apalagi menyuruhnya menyelidiki wanita!

Nalurinya berkata ada drama yang seru!

"Andreas ...."

James masih mau mengatakan sesuatu, tapi teleponnya sudah ditutup Andreas.

Kata-kata James terngiang-ngiang di benak Andreas. Wajahnya sangat gusar dan aura yang dingin membuat suhu di sekitarnya seakan-akan turun beberapa derajat.

Di aula, Celine tiba-tiba merinding karena merasakan aura dingin berembus ke arahnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status