Share

bab. 13a

“Om, jalannya pelanan dikit,” protesku, ketika lelaki di depanku melangkah begitu cepat. Apalagi jarak langkah nya begitu lebar, berbeda sekali denganku.

“Kamu yang terlalu lelet.”

Aku tertatih mengimbangi jalannya Om Zuan.

“Selamat pagi, Pak Zuan.”

Seorang lelaki cukup umur menyapa, berseragam rapi dengan jas warna Dongker.

“Selamat pagi juga, Pak.”

“Ada yang bisa saya bantu?”

“Tidak, Pak. Saya hanya ingin mampir saja.”

Om Zuan kembali melangkah dan aku terus mengekori di belakangnya.

“Kelasmu di mana, Zi?”

Aku menggeleng.

“Zi?”

“Aku beneran gak tahu, Om. Waktu Rendra mengantarku ia buru-buru. Aku belum sempat lihat tempat ini, habisnya Om sih, wajibin bikin makan siang jam dua belas tepat. Aku gak punya banyak waktu.”

“Zi, bisa gak sih kalau jawab sesingkat-singkatnya saja. Aku gak tanya rumus luaa, yang harus dijelaskan panjang kali lebarnya.”

“Maaf, Om!”

“Di mana kelasmu?”

“Gak tahu, Om!”

“Mata kuliahmu apa hari ini?”

“Jam delapan ada kelas bahasa, jam sepuluh ada kelas akutansi.
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status