Hai, terima kasih telah membaca sejauh ini. Author berharap bisa lebih banyak ngobrol-ngobrol dengan pembaca, jadi jangan ragu untuk meninggalkan komentar atau sekedar menyapa ya. Elora adalah salah satu karakter favorit Author, yeyyy...
Malam itu Laila sudah siap dalam balutan gaun hitam mewah yang membentang hingga mata kaki, ada sobekan di sana yang membuat kaki kiri hingga pahanya sedikit terlihat, dan juga sepatu hak tinggi yang membuat Laila hampir setinggi Artin. Artin juga mengenakan pakaian yang cukup formal dengan setelan jas yang terlihat terlalu besar untuknya, jas yang diberikan Laila kepadanya yang kebetulan merupakan salah satu pakaian yang dikenakan ayah Laila saat masih hidup. Artin sempat menolak memakainya, namun Laila memaksa dan bahkan membantu Artin memakainya. "Hi, hi." Laila terkekeh melihat Artin yang terlihat canggung dengan penampilannya yang kali ini terlihat keren dan berwibawa. "Kakak mungkin tidak sekeren ayahku, tapi kali ini, penampilan Kakak benar-benar mengesankan."
Kejutan seketika menyerang seluruh tubuh Artin, tubuhnya menegang, dan jantungnya merasakan tebasan dan rasa sakit yang membuatnya merasa seperti menahan tangisan di matanya. “Hai kakak, namamu Artin kan? Aku telah melihat perkelahian yang kakak lakukan. Dan aku suka hi hi hi." Verona yang duduk di sebelah Artin masih memegang erat tangan kanannya, duduk menghadap Artin sambil mengayunkan kakinya. "Vero sangat antusias ketika mengetahui yang akan bergabung adalah Artin yang membuatnya kagum ketika videomu menunggangi serigala beberapa waktu lalu menjadi viral di Internet." Rania yang mereka kenal adalah istri Bima, kemudian juga buka mulut sambil mengelus rambut hitam lurus Verona. Laila yang duduk di samping Artin menyadari apa yang terjadi, melihat Artin yang t
Di ruangan sebesar itu, dengan banyak meja bundar dan hampir semuanya terisi, puluhan wartawan dan orang-orang yang datang berulang kali mengambil foto dan mencoba mencari kesempatan untuk meliput beberapa berita. Makan malam ini awalnya adalah acara pribadi yang diadakan oleh Elora dan timnya sebagai persiapan untuk Talk Show besok, tetapi itu tidak menghentikan banyak orang untuk ingin tahu lebih banyak tentang semua jenis pertanyaan yang belum terjawab, tentang serangan, tentang monster, kekuatan para Pemain dan banyak hal lainnya. “Hal ini tidak dimaksudkan sebelumnya, tetapi kami tidak kuasa menghalangi banyaknya orang yang penasaran tentang profil kalian, jika kalian tidak keberatan.” Setelah Artin dan semua orang di meja mulai bersantai dan menyelesaikan makan malam mereka, Elora bertanya apakah tamunya tidak
Makan malam berjalan cukup lancar, Artin kembali bersama Verona tidak lama setelah itu. Dan setelahnya Artin dan Laila pun berpamitan, juga meyakinkan kehadiran mereka di Talk Show yang telah disiapkan untuk mereka keesokan harinya. Artin tidak banyak bicara selama perjalanan, sampai mereka tiba di rumah Laila, berganti pakaian dan berkumpul lagi di ruang utama rumah megah itu. Duduk di sofa yang sama, Artin dan Laila yang telah berganti piyama dan beberapa bantal dan selimut yang mereka bawa setelah memutuskan untuk tetap bersama sementara waktu, mempertimbangkan kemungkinan serangan berikutnya datang pada malam hari. Laila berbaring di sofa besar dan empuk di ruangan itu, sementara Artin duduk di karpet dan menyandarkan punggungnya di sofa tempat Laila berbaring di belakangnya.
Verona yang melihat Artin datang saat itu langsung berlari dan meraih tangan kanan Artin, dengan Laila memegang tangan kirinya, kali ini Artin benar-benar terlihat seperti playboy pemain perasaan perempuan bagi sebagian orang yang melihatnya waktu itu. Mereka kemudian duduk di sofa dengan kamera mengelilingi mereka dan puluhan penonton yang juga telah hadir di tempat tersebut. Elora yang duduk dengan kemeja putih, rok pendek abu-abu, kacamata bulat yang ia kenakan lagi kali ini memiliki penampilan yang sangat sempurna dengan sorot mata tajam yang seolah ingin menerkam siapa pun yang diajak bicara. Bulu kuduk Artin berdiri sesaat, membayangkan diskusi yang akan mereka lakukan dengan ribuan pasang mata tertuju pada mereka. Rania, istri Bima kali ini tampak tak lagi bisa menyembunyikan k
Seseorang dengan tinggi dua meter dan tubuh besar yang dipenuhi otot-otot di sekujur tubuh tiba-tiba masuk dengan menghancurkan dinding yang menyebabkan semua orang di tempat itu berlari dengan panik. Artin mencoba memunculkan Palu Keadilan karena dia merasa sesuatu yang buruk akan terjadi, tetapi dia tidak punya waktu untuk melakukannya ketika orang tadi mengangkat sebagian besar dinding dan melemparkannya ke arah mereka. Artin buru-buru mengangkat tubuh Verona dan langsung melompat dari tempat duduknya. Laila seketika juga menghilang dari sisi Artin yang kemudian sekali lagi muncul di sisi lain sambil menarik Elora dari benda besar yang dilempar ke arah mereka. “Mamaaaaa!” Rohan berdiri menahan benda yang d
Verona berlari ke arah pria itu. Artin berusaha mengejar tapi kemudian berhenti saat melihat cengkeraman pria itu mengencang di leher Rania. Artin masih berusaha untuk mengejar ketika Rania kemudian mulai bergerak lebih liar karena rasa sakit yang dia rasakan di lehernya. Artin tidak punya banyak pilihan, dia tidak bisa sembarangan menyerang, nyawa Rania dipertaruhkan. Dan sekarang keadaan semakin buruk dengan Verona yang mencoba lari dan mendekati pria itu. Verona berlari ketika pria itu menendang perut Verona yang kemudian membuat Verona terjatuh dan kaki kanan pria itu menekan tubuh kecil Verona ke lantai, membuat gadis kecil itu kesulitan untuk bergerak. Satu atau kedua nyawa Rania dan Verona kini dipertaruhkan, tindakan salah sekecil apa pun, nyawa mereka tidak akan terselamatkan. Artin mengertakkan gigi dan men
Rania jatuh ke lantai, tampak lemah. Setelah itu pria yang melakukan ini berbalik dan berlari cukup kencang menuju sebuah lubang besar di salah satu bagian ruangan besar itu. Artin tidak akan membiarkannya pergi seperti itu. Artin dengan cepat melompat mencoba mengejar, hanya untuk dihentikan ketika Rohan memanggilnya dengan cukup keras. "Biarkan aku mengejarnya, tolong selamatkan Rania!" Hanya dalam waktu sesingkat itu, wajah Rohan yang dipenuhi amarah langsung melesat melewati Artin. Kemudian melompat beberapa kali untuk memperpendek jarak dengan pria itu. Sepersekian detik kemudian, 2 orang itu tidak lagi terlihat di depan mata Artin. Artin berlari ke arah Rania yang jatuh ke lantai. Elora sudah duduk berlutut di sampin