“Kau tidak jadi bertanya?”Kendrick bertanya kepada Vindry yang sedang bercermin di meja rias, tanpa menatap istrinya. Kedua matanya hanya terfokus kepada ponsel yang sedang menyala, jemarinya tidak berhenti mengetik pada layar.“Tidak.”Vindry mengoleskan cream night, matanya melirik Kendrick melalui pantulan cermin. Suaminya itu selalu serius, bahkan hingga saat ini ia jarang melihat pria yang sedang duduk bersandar di belakang sana tertawa.Kendrick tidak bersuara. Suasana kembali hening, baik Kendrick maupun Vindry tidak ada yang mengeluarkan suara, sibuk dengan aktifitas masing-masing. Kendrick sibuk dengan pekerjaan, sedangkan Vindry sibuk untuk perawatan wajah atau sedang ‘skincare’.“Waktumu sudah habis. Selesai atau tidak, kau harus istirahat,” ujar Kendrick, tatapannya tajam menatap Vindry yang sedang merapihkan kembali perawatan wajahnya.Vindry menatap jam di layar ponselnya, lalu menatap Kendrick melalui pantulan cermin, “Baru pukul sembilan, Kendrick. Kau saja masih si
“Tidak apa-apa kan kalau Kendrick gabung sama kita?”Vindry menatap Antonio yang duduk seorang diri, jujur saja dirinya tidak enak kepada Antonio, disisi lain tidak ingin jika suaminya tersinggung atau berfikiran negative tentang Antonio.Antonio beranjak, lalu tersenyum. Ia berkata, “Tidak masalah, justru aku senang karena ada pengusaha hebat di dekatku.” Antonio terkekeh menatap Kendrick yang bergeming tanpa ekspresi.Vindry tidak ingin berlama-lama, ia melirik suaminya untuk duduk. Antonio kembali duduk saat keduaa pasangan dihadapannya saat ini sudah menduduki kursi kosong dihadapannya.“Langsung saja, bang Antonio. Aku tidak berlama-lama soalnya, ada janji sehabis dari sini,” ujar Vindry, tersenyum manis untuk meminta maaf secara tidak langsung kepada Antonio. Ia melirik tipis melalui sudut matanya ke sisi kiri.Kendrick hanya duduk bersandar memperhatikan interaksi Vindry dan Antonio. Berbeda dengan Antonio yang mengerti situasi saat ini, dan membuatnya mengangguk setuju denga
“Haruskah aku berhenti bekerja?”Vindry menatap suaminya yang sedang menyetir, ia tidak tahu mengapa bertanya seperti itu. Kendrick menoleh sekilas, lalu kembali menatapa lurus ke depan. Tidak ada sepatah katapun yang terucap dari mulut Kendrick, membuat Vindry bingung.Tidak ada yang bersuara, baik Vindry maupun Kendrick. Hanya ada suara dari radio tape yang dinyalakan oleh Vindry.“Hamil, berhenti bekerja.”Vindry segera menoleh dengan tatapan bingung, 10 menit tidak bersuara, menanggapi pertanyaannya saja tidak, lalu pada saat bersuara membuatnya harus berfikir.“Maksudmu? Aku hamil, harus berhenti bekerja?” tanya Vindry setelah menangkap maksud dari apa yang diucapkan oleh suaminya.“Ya.”“Usia kandunganku tujuh bulan, harus berhenti bekerja?” tanya Vindry, ia ingin memastikan bahwa dirinya tidak salah mengartikan. Hampir satu tingga bersama dengan Kendrick, membuat Vindry sedikit mengerti bahwa dirinya dan Kendrick lebih banyak berbeda pendapat.“Pada saat kau mengetahui bahwa ka
“Kau tidak boleh seperti itu. Kendrick melakukannya untuk kebaikanmu dan anak kalian. Banyak yang sedang hamil, lalu bekerja, dan kebanyakan lewat.”Vindry hanya bergeming menonton drama yang sedang tayang di televise, ditemani oleh Bettyana. Ya, Kendrick mendadak harus ke kantor dan menghubungi Bettyana untuk menemaninya. Niat baik Kendrick tetap salah dimata Vindry.“Aku tidak suka kalau dia memutuskan sesuatu tanpa persetujuanku. Aku ini istrinya atau bukan?” oceh Vindry, sangat terlihat bahwa dirinya memang dalam kondisi suasana hati yang tidak baik-baik saja.Bettyana menoleh, memperhatikan sahabatnya dari samping. Lalu kembali memfokuskan atensinya menatap layar televisi yang menempel pada dinding di depan sana.“Kau pasti tidak setuju dengannya, jadi Kendrick memilih untuk memutuskannya sendiri. Lagian, kau belum hamil, seharusnya kau bisa memanfaatnya untuk bekerja dengan baik,” ujar Bettyana, membuat Vindry menoleh dengan sebelah alis yang terangkat.“Kalau saja dia memberik
“Aku masih ingin bekerja sampai usia kandunganku tujuh bulan.”Sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Kendrick jika Vindry melakukan apa yang diperintahkan oleh Kendrick, mereka akan kembali membicarakannya. Memang kejauhan, tetapi semua harus dibicarakan di awal.“Kau tidak lupa dengan Diana?” tanya Kendrick dengan datar, atensinya hanya ditujukan kepada istrinya yang duduk di sisi kanannya.Vindry menaikkan sebelah alisnya, jujur saja bingung dengan pertanyaan Kendrick. Lalu ia bertanya, “Hubungannya dengan Diana apa?”“Kau serius mempertanyakannya? Kau tidak sebodoh itu untuk mengerti pertanyaan dariku.”Vindry terdiam, kembali mengingat apa saja yang sudah Kendrick ceritakan kepadanya beberapa hari yang lalu. Otak kecilnya dipaksa untuk bekerja, butuh waktu lima menit untuknya mengingat apa yang dikatakan oleh suaminya.“Kau takut mantan kekasihmu itu menyakiti aku dan calon anak kita?” tanya Vindry, ditanggapi dengan bergumam dari Kendrick. Sedangkan Vindry menghela nafas untuk me
“Lohh, mommy? Sejak kapan di sini?”Vindry mencoba untuk bangkit dibantu oleh Mommy, dan duduk bersandar. Untung saja tadi pagi ia sudah mandi dan berpakaian lengkap, kalau tidak? Sudah dipastikan akan malu.Mommy tersenyum manis, memberikan segelas coklat hangat kepada menantunya. Vindry menerimanya dengan kedua tangan, dan tersenyum manis kepada Mommy. Perempuan itu meneguk coklat hangat, hanya sedikit dan diambil alih oleh Mommy.“Kamu lelah banget yaa?” tanya Mommy, mengerti dengan kondisi tubuh Vindry yang seperti tidak memiliki tenaga. Vindry hanya tersenyum tipis.“Lumayan, Mom. Sempat ketemu dengan Kendrick?” tanya Vindry, diangguki oleh Mommy. Tentu saja membuat Vindry mengulum bibir karena takut jika dicap sebagai menantu yang tidak sopan.Vindry melirik tipis jam dinding yang menunjukkan pukul 11:30, meringis pelan karena bangun siang hari. Ia menatap Mommy yang tersenyum manis.“Gapapa, tadi Kendrick bilang soalnya kalau kalian sedang berusaha untuk ngewujudin apa yang mom
“Ada apa? Tidak terjadi sesuatu, kan?”Kendrick menatap seluruh anggota keluarga di ruang tamu. Kedua orangtuanya, kedua orangtua Vindry dan Erlangga. Satu anggota keluarga yang membuatnya sedikit bingung, karena kehadirannya saat ini benar-benar membuatnya berfikiran negative.Erlangga menghampiri Kendrick yang menaikkan sebelah alis.“Kau kenal dengan nomor ini?” tanya Erlangga, memberikan ponsel milik Vindry kepada Kendrick.Kendrick menerimanya, memperhatikan dengan baik nomor yang tertera di layar ponselnya. Nomor asing, lalu memfokuskan atensinya kepada sebuah pesan yang dikirimkan oleh nomor tersebut.Kendrick meremat ponsel milik istrinya, dan segera pergi ke kamarnya untuk melihat kondisi Vindry. Diikuti oleh yang lainnya.Kendrick membuka pintu kamarnya dan menatap Vindry yang sedang terlelap. Ia menghampiri Vindry dan duduk di sisi kirinya. Dirinya menatap Erlangga yang berdiri di dekatnya.“Dokter mengatakan, istrimu sedang hamil satu minggu, dan bertepatan sama pesan y
“Berapa project yang akan kau buat dalam lima bulan kedepan?”Kendrick menatap Vindry yang duduk di sisi kanannya, sedangkan istrinya itu bergumam dan menghitung jarak waktu project pertama ke project ke dua, dan seterusnya. Vindry mengangkat jemarinya empat ke udara, tersenyum manis kepada Kendrick, berharap suaminya mengerti.“Project pertama ini selesai syuting, lanjut proses pemilihan aktor dan aktris. Jadi, pas project pertama masuk ke tahap editing, aku mempersiapkan project selanjutnya,” jelas Vindry menatap Kendrick yang hanya menampilkan wajah datar.“Dalam lima bulan, kau akan mengerjakan empat project?” tanya Kendrick, diangguki oleh Vindry. Sudah dipastikan, Kendrick menatap tajam istrinya dan berkata, “Tidak. Kau hanya boleh mengambil dua project.”Vindry mengerucutkan bibir, memang sudah memprediksi jika suaminya itu tidak akan mengijinkannya. Mengobrol berdua, hanya berdua dengan suaminya memang sedikit menguras emosinya, tetapi jika keluarga ikut campur dalam urusan me