Share

Dibayar mahal

Author: Yusiriana90
last update Huling Na-update: 2022-09-16 00:40:35

Terpaksa Menjadi Wanita Malam  5

"Duduklah ....!" Lelaki itu menyuruhku duduk.

"Oke," sahutku kemudian.

"Siapa namamu, tadi?" Ia mulai meminum minuman yang ia pegang. Orange jus? Tumben sekali ada lelaki hidung belang yang tidak memesan minuman beralkohol.

"Hani, Tuan," jawabku lagi.

"Kita bisa keluar?" Laki-laki ini terlihat dingin. Bicara saja singkat sekali.

"Oke, tapi nanti KTP tuan difoto dan di kirim ke Maria. Itu sudah menjadi peraturan di sini," jelasku padanya.

Ia langsung mengambil KTPnya. Lalu meminta ponselku.

"Sini ponselmu. Foto saja, lalu kirim ke Maria," ucapnya masih dingin.

Tidak bisa membayangkan jika malam ini aku akan menghabiskan waktu bersama pria dingin ini.

Aku memotret KTP miliknya. Lalu kukirim pada Maria. Ini semua di lakukan untuk berjaga-jaga. Jika ada hal-hal yang tak di inginkan terjadi padaku atau pekerja lainnya.

Maria adalah salah satu orang kepercayaan pemilik club ini, kami yang bekerja ada di bawah kendalinya. Semua pekerja jasa dibawa keluar jika ingin mendapatkan pelayanan lebih. Beda halnya jika hanya di temani saja. Menyewa room khusus bisa di gunakan para bos besar saat ingin dijamu kami.

*

Aku di bawa kesebuah hotel berbintang lima yang cukup terkenal di kota ini. Mewah. Itu kesan pertama saat memasuki lobby hotel.

Berarti Tuan Alex, memang bukan orang biasa. Semoga tips yang ia berikan juga besar. Lumayan untuk membeli alat make up-ku yang sudah habis.

"Selamat malam, Tuan," sapa salah satu pegawai hotel. Ia terlihat sangat menghormati Tuan Alex.

Sedang Tuan Alex hanya mengangguk. Ia langsung membawaku menuju kamar, tapi anehnya ia tak mendaftar atau meminta kunci terlebih dahulu. Benar-benar orang istimewa tamuku malam ini.

Kini kami berdiri di depan sebuah kamar nomor 0123. Nomor cantik.

"Masuklah!" perintahnya masih dingin. Sabar Hani, demi cuan.

Mataku dimanjakan dengan sebuah ruangan yang sangat mewah dan megah. Semua terlihat sangat mahal.

"Kita mau mulai sekarang, Tuan?" tanyaku memulai, karena sejak tadi ia tak banyak bicara.

"Pegawai hotel sudah menyiapkan makanan di meja makan. Kita makan dulu." Tuan Alex tidak menjawab pertanyaanku, tapi malah berjalan mendahului menuju meja makan.

Wow, meja makan penuh dengan makanan enak. Walau aku mempunyai banyak uang, sayang rasanya jika harus membeli makanan seperti ini, pasti jutaan.

"Sebanyak ini yang makan hanya kita berdua, Tuan?" tanyaku tak percaya. Ia hanya mengangguk.

Suasana makin hening. Hanya ada suara sendok dan garpu yang bunyinya bersautan. Baru kali ini aku menerima tamu yang aneh. 

"Selesaikan makanmu, Hani. Aku akan membersihkan diri terlebih dulu. Nikmati saja fasilitas yang ada di sini." Tuan Alex bangkit. Padahal makanannya belum habis. Aneh memang orang kaya. Sering sekali membuang makanan. 

Aku hanya mengangguk. "Baik, Tuan."

Sebenarnya aku ingin mencoba semua makanan yang terhidang di meja. Tapi perutku tak akan cukup untuk menampung makanan sebanyak ini. Untung saja tubuhku ini bisa diajak kompromi, mau makan banyak atau sedikit tak akan berpengaruh pada berat badan. 

Menurut bapak, semua yang ada padaku menurun dari ibu. Tubuh yang kecil, kulit putih bersih, hidung mancung. Semua terlihat sempurna. 

Tapi kadang aku mengutuk kecantikan yang aku miliki ini. Kenapa harus menurun dari ibu? Wanita yang tega meninggalkan keluarga demi harga. Ia hanya menggunakan kecantikannya untuk menggaet para lelaki kaya. Aku jadi mu*k jika harus mengingat itu semua.

Setelah makan aku duduk di ruang santai, iseng saja aku menunggu tuan Alex selesai mandi. Sudah setengah jam lebih tapi ia belum beres juga. Mandi apa tidur itu orang? 

*

Tak lama kemudian Tuan Alex keluar, ia nampak lebih segar dan harum. Bagaimana tidak harum, ia mandi saja butuh waktu setengah jam lebih.

"Bolehkah saya membersihkan diri terlebih dahulu, Tuan?" tanyaku hati-hati.

"Tidak usah, duduklah! Santai saja, kita ngobrol dulu." Ia kini duduk di sampingku. Tapi masih menyisakan jarak antara kami. Sungguh aneh, biasanya lelaki akan selalu menempel padaku. Tapi tidak dengan dia.

"Berapa bayaran kamu untuk sekali menemani tamu?"

Pertanyaan apa ini? Bukannya semua sudah diurus oleh Maria. Aku hanya terima beres, namun jika si tamu akan memberikan tips. Itu murni untuk aku sendiri.

"Bukannya Tuan sudah membayarnya pada Maria?" tanyaku padanya.

"Iya, sudah. Tapi aku ingin tau sendiri dari mulutmu."

"Biasanya jika ingin semalaman denganku cukup mahal, Tuan," jawabku asal.

"Berapa?"

"Sepuluh juta," kataku menyebutkan nominal.

"Oke, aku akan memberimu dua kali lipat." Aku menganga mendengar ia akan membayarku dua puluh juta. Wow, banyak sekali. Padahal aku hanya asal menjawab.

"Tapi saya tidak mau melakukan hal-hal yang aneh-aneh ya, Tuan," tambahku lagi. Takut saja jika ia akan menyiksaku terlebih dulu sebelum memakaiku.

"Tidak, pekerjaanmu tidak sulit. Justru gampang sekali." Ia mengeluarkan dua gepok uang berwarna merah. Seketika mataku membulat.

"Ini uang semua untukmu. Tapi aku mau jika di luar nanti kita bertemu. Anggap saja tidak kenal dan tidak pernah ketemu. Aku orang terpandang di kota ini. Maka dari itu tak mau jika banyak orang tau, aku membawamu ke hotelku ini," jelasnya panjang lebar.

Oh, ternyata hotel ini miliknya. Pantas saja ia bisa mendapatkan fasilitas yang super mewah. Dia satu-satunya tamuku yang memang benar-benar kaya. Beda dari yang lain, kebanyakan mereka membayarku dari uang hasil korupsi, ada juga uang hasil morotin harta istri.

"Lalu apa yang harus saya lakukan sekarang, Tuan?"

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Terpaksa Menjadi Wanita Malam   Di mana Naina?

    Terpaksa Menjadi Wanita MalamPart 19POV Hani Aku melajukan motor dengan kecepatan sedang. Ada rasa sedikit dongkol di hati. Ah, sudahlah. Nanti juga ilang dan lupa kalo sudah ketemu sama Naina.Sepulang dari pasar, kami sengaja langsung menjemput Naina di sekolah. Kulihat jarum jam angka di pergelangan tangan, kami sudah telat sepuluh menit. Semoga saja Naina masih mau menunggu.Tak butuh waktu lama, motor berhenti di depan sebuah taman kanak-kanak. Tapi ....Sepi, hanya ada beberapa anak yang mungkin juga sedang menunggu jemputan orang tuanya."Adek, kamu kenal Naina? Dia dimana ya? Kok nggak sama kalian?" Tanyaku pada salah satu anak yang ada di halaman sekolah."Naina sudah pulang. Naik mobil," sahut salah satu dari anak itu.Mataku membulat tak percaya. Bagaimana bisa ia pulang naik mobil?Gegas aku mencari guru Naina."Bu, dimana Naina? Kenapa nggak ada di sekolah? Saya baru datang untuk menjemputnya," cecarku pada guru Naina."Bukannya tadi ada saudara ibu Hani yang menjemput

  • Terpaksa Menjadi Wanita Malam   Naina Hilang

    Terpaksa Menjadi Wanita Malam bab 18 BSeiring berjalannya waktu, bulek Nur mau memaafkanku. Tapi dengan satu syarat, aku harus benar-benar berubah dan tak kembali bekerja di club Ambarita lagi. Ia bilang aku harus bertobat dengan sebenar-benarnya.Pagi ini setelah mengantarkan Naina ke sekolah. Kami bedua berencana belanja bahan untuk membuat kue dan roti. Untung saja masih punya motor yang bisa dipakai ke sana kemari."Nanti bulek akan buat kue untuk testi dulu, nduk. Setelah itu kamu bagikan ke tetangga terdekat. Biar mereka bisa merasakan, siapa tau di kemudian hari mereka mau pesan ke kita. Bagaimana menurutmu?" Usul bulek Nur padaku."Aku manut saja, sama bulek. Aku cuma bisa bantu modal sama tenaga. Soal management dan promosi bulek pasti lebih jago."Bulek Nur, memang termasuk ibu-ibu sadar teknologi. Walaupun kami dari kampung, tapi dunia perkotaan menuntut kami yang dari kampung untuk bisa mengikuti kemajuan teknologi.Diusianya yang sudah 42 tahun, dia sering di sebut juga

  • Terpaksa Menjadi Wanita Malam   Pendekatan

    Terpaksa Menjadi Wanita MalamPart 18 AAda rasa nyaman saat bercerita pada Haikal. Ia sangat menghormati wanita, tak banyak pria di sekelilingku yang bersikap sopan dan baik padaku. Kebanyakan mereka hanya ingin menikmati tubuhku. Tak banyak pula mereka yang sering melecehkahku. Tapi itulah resikoku dengan pekerjaan seperti ini.Hanya Haikal dan tuan Alex yang memperlakukan wanita pelac*r sepertiku dengan baik.Jika mengingat tuan Alex, aku akan kembali teringat sosok ibu. Ada kerinduan padanya. Tapi rasa rinduku terkalahkan dengan rasa amarah yang telah kupendam selama belasan tahun."Hai, kok ngalamun?" Ucap Haikal mengagetkanku."Ah, tidak." Aku tersenyum pias. Kami melanjutkan obrolan yang makin hangat.Malam makin larut. Rencana awal aku ingin berpamitan ke club Ambarita pun gagal. Mungkin aku akan menelpon Maria saja untuk berpamitan. Sudah tak mau menginjakan kaki di sana kembali. Hatiku sudah menolak untuk pergi ke sana.Haikal mengantarkan aku pulang. Seperti biasa, kehadir

  • Terpaksa Menjadi Wanita Malam   Video Viral

    Terpaksa Menjadi Wanita MalamPart 17"Aku sudah selesai. Terima kasih, atas makanan gratisnya. Besok lain kali kalo aku kesini lagi, biarkan aku membayar seperti pembeli pada umumnya," kataku memecah keheningan. Sepiring nasi goreng buatan Haikal sudah habis kumakan."Tentu saja, tapi tidak ada kata tak enak hati jika untuk teman. Bukankah kita sekarang berteman?" Ia mengedipkan sebelah matanya padaku. Senyum manis mengiringi tatapannya.Jadi ...?Dia masih mau berteman denganku, walau tahu siapa aku sebenarnya. Oh, Tuhan. Baik sekali dia."Terima kasih," ucapku kembali.Saat ingin berpamitan pulang, ada yang menepuk pundakku. Aku menoleh ke belakang."Halo, Hani sayang. Kamu doyan juga makanan kaki lima seperti ini?" Kata pria bertubuh cungkring ini. Kukira dia adalah salah satu pelanggan tetap di club Ambarita. Aku sering melihatnya di sana. Mungkin ia ke sini juga ingin menikmati makanan yang dijual Haikal."Maaf. Anda mungkin salah orang," Aku kembali memakai maskerku. Berpura-pu

  • Terpaksa Menjadi Wanita Malam   Rasa apa ini?

    Terpaksa Menjadi Wanita Malam bab 16 B"Iya, kak?""Saya mau yang mengantarkan makanan saya, dia." Aku menunjuk lelaki yang sedang memasak."Kalo di antar sama yang lain nggak mau, kak?""Ini buat kamu beli rokok." Aku menyelipkan uang dua puluh ribu rupiah di tangannya. Ia paham apa yang harus di lakukan.Aku bergegas menuju tempat makan out door yang memang di gunakan jika tempat makan di dalam tenda sudah penuh.Ini lebih berkesan daripada di dalam tenda. Bisa makan ditemani bintang dan bulan di langit yang nampak cerah malam ini.Sambil menunggu makananku jadi, aku memainkan ponsel. Sesekali berselancar di dunia maya. Dunia yang lebih kejam dari dunia nyata. Itu menurutku. Bagaimana tidak, di dunia maya, orang akan dengan mudahnya menghakimi, menghujat, menghina orang lain tanpa tau siapa sebenarnya orang itu. Adalagi yang membela mati-matian padahal belum pernah bertemu sama sekali. Banyak kasus penipuan dengan berbagai modus. Hingga tak jarang para korban rugi, baik secara mate

  • Terpaksa Menjadi Wanita Malam   Dia Beda

    Terpaksa Menjadi Wanita MalamPart 16"Bersyukur akhirnya mbak ayu bisa keluar dari dunia itu. Bapak sebenernya sedih, kalo lihat mbak ayu di bawa laki-laki," ujar pak Saman. Wajahnya kembali terlihat muram."Bapak kok tau, kalo saya sering di bawa laki-laki keluar?" Tanyaku menyelidik."Kadang saya suka nunggu depan club walau sebentar. Hanya ingin memastikan, mbak ayu baik-baik saja," ujar pak Saman membuatku terharu."Ya Allah, pak. Bapak baik banget sudah mau jagain saya," kataku sambil berkaca-kaca."Nanti pasti saya akan butuh jasa pak Saman kembali. Bukan untuk mengantarkan ke club tapi untuk mengantarkan kue, bapak mau 'kan?" Tawarku lagi padanya."Siap, mbak ayu. Tinggal telepon, bapak akan siap sedia," sahut pak Saman semangat.Setelah pak Saman pulang. Aku memesan taksi online terlebih dahulu. Ada suatu tempat yang ingin kukunjugi sebelum pergi ke club Ambarita. Semoga saja dia ada di sana. Taksi yang kutumpangi berhasil membelah padatnya kendaraan yang memenuhi jalanan i

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status