Terpaksa Menjadi Wanita Malam 5
"Duduklah ....!" Lelaki itu menyuruhku duduk.
"Oke," sahutku kemudian.
"Siapa namamu, tadi?" Ia mulai meminum minuman yang ia pegang. Orange jus? Tumben sekali ada lelaki hidung belang yang tidak memesan minuman beralkohol.
"Hani, Tuan," jawabku lagi.
"Kita bisa keluar?" Laki-laki ini terlihat dingin. Bicara saja singkat sekali.
"Oke, tapi nanti KTP tuan difoto dan di kirim ke Maria. Itu sudah menjadi peraturan di sini," jelasku padanya.
Ia langsung mengambil KTPnya. Lalu meminta ponselku.
"Sini ponselmu. Foto saja, lalu kirim ke Maria," ucapnya masih dingin.
Tidak bisa membayangkan jika malam ini aku akan menghabiskan waktu bersama pria dingin ini.
Aku memotret KTP miliknya. Lalu kukirim pada Maria. Ini semua di lakukan untuk berjaga-jaga. Jika ada hal-hal yang tak di inginkan terjadi padaku atau pekerja lainnya.
Maria adalah salah satu orang kepercayaan pemilik club ini, kami yang bekerja ada di bawah kendalinya. Semua pekerja jasa dibawa keluar jika ingin mendapatkan pelayanan lebih. Beda halnya jika hanya di temani saja. Menyewa room khusus bisa di gunakan para bos besar saat ingin dijamu kami.
*
Aku di bawa kesebuah hotel berbintang lima yang cukup terkenal di kota ini. Mewah. Itu kesan pertama saat memasuki lobby hotel.
Berarti Tuan Alex, memang bukan orang biasa. Semoga tips yang ia berikan juga besar. Lumayan untuk membeli alat make up-ku yang sudah habis.
"Selamat malam, Tuan," sapa salah satu pegawai hotel. Ia terlihat sangat menghormati Tuan Alex.
Sedang Tuan Alex hanya mengangguk. Ia langsung membawaku menuju kamar, tapi anehnya ia tak mendaftar atau meminta kunci terlebih dahulu. Benar-benar orang istimewa tamuku malam ini.
Kini kami berdiri di depan sebuah kamar nomor 0123. Nomor cantik.
"Masuklah!" perintahnya masih dingin. Sabar Hani, demi cuan.
Mataku dimanjakan dengan sebuah ruangan yang sangat mewah dan megah. Semua terlihat sangat mahal.
"Kita mau mulai sekarang, Tuan?" tanyaku memulai, karena sejak tadi ia tak banyak bicara.
"Pegawai hotel sudah menyiapkan makanan di meja makan. Kita makan dulu." Tuan Alex tidak menjawab pertanyaanku, tapi malah berjalan mendahului menuju meja makan.
Wow, meja makan penuh dengan makanan enak. Walau aku mempunyai banyak uang, sayang rasanya jika harus membeli makanan seperti ini, pasti jutaan.
"Sebanyak ini yang makan hanya kita berdua, Tuan?" tanyaku tak percaya. Ia hanya mengangguk.
Suasana makin hening. Hanya ada suara sendok dan garpu yang bunyinya bersautan. Baru kali ini aku menerima tamu yang aneh.
"Selesaikan makanmu, Hani. Aku akan membersihkan diri terlebih dulu. Nikmati saja fasilitas yang ada di sini." Tuan Alex bangkit. Padahal makanannya belum habis. Aneh memang orang kaya. Sering sekali membuang makanan.
Aku hanya mengangguk. "Baik, Tuan."
Sebenarnya aku ingin mencoba semua makanan yang terhidang di meja. Tapi perutku tak akan cukup untuk menampung makanan sebanyak ini. Untung saja tubuhku ini bisa diajak kompromi, mau makan banyak atau sedikit tak akan berpengaruh pada berat badan.
Menurut bapak, semua yang ada padaku menurun dari ibu. Tubuh yang kecil, kulit putih bersih, hidung mancung. Semua terlihat sempurna.
Tapi kadang aku mengutuk kecantikan yang aku miliki ini. Kenapa harus menurun dari ibu? Wanita yang tega meninggalkan keluarga demi harga. Ia hanya menggunakan kecantikannya untuk menggaet para lelaki kaya. Aku jadi mu*k jika harus mengingat itu semua.
Setelah makan aku duduk di ruang santai, iseng saja aku menunggu tuan Alex selesai mandi. Sudah setengah jam lebih tapi ia belum beres juga. Mandi apa tidur itu orang?
*
Tak lama kemudian Tuan Alex keluar, ia nampak lebih segar dan harum. Bagaimana tidak harum, ia mandi saja butuh waktu setengah jam lebih.
"Bolehkah saya membersihkan diri terlebih dahulu, Tuan?" tanyaku hati-hati.
"Tidak usah, duduklah! Santai saja, kita ngobrol dulu." Ia kini duduk di sampingku. Tapi masih menyisakan jarak antara kami. Sungguh aneh, biasanya lelaki akan selalu menempel padaku. Tapi tidak dengan dia.
"Berapa bayaran kamu untuk sekali menemani tamu?"
Pertanyaan apa ini? Bukannya semua sudah diurus oleh Maria. Aku hanya terima beres, namun jika si tamu akan memberikan tips. Itu murni untuk aku sendiri.
"Bukannya Tuan sudah membayarnya pada Maria?" tanyaku padanya.
"Iya, sudah. Tapi aku ingin tau sendiri dari mulutmu."
"Biasanya jika ingin semalaman denganku cukup mahal, Tuan," jawabku asal.
"Berapa?"
"Sepuluh juta," kataku menyebutkan nominal.
"Oke, aku akan memberimu dua kali lipat." Aku menganga mendengar ia akan membayarku dua puluh juta. Wow, banyak sekali. Padahal aku hanya asal menjawab.
"Tapi saya tidak mau melakukan hal-hal yang aneh-aneh ya, Tuan," tambahku lagi. Takut saja jika ia akan menyiksaku terlebih dulu sebelum memakaiku.
"Tidak, pekerjaanmu tidak sulit. Justru gampang sekali." Ia mengeluarkan dua gepok uang berwarna merah. Seketika mataku membulat.
"Ini uang semua untukmu. Tapi aku mau jika di luar nanti kita bertemu. Anggap saja tidak kenal dan tidak pernah ketemu. Aku orang terpandang di kota ini. Maka dari itu tak mau jika banyak orang tau, aku membawamu ke hotelku ini," jelasnya panjang lebar.
Oh, ternyata hotel ini miliknya. Pantas saja ia bisa mendapatkan fasilitas yang super mewah. Dia satu-satunya tamuku yang memang benar-benar kaya. Beda dari yang lain, kebanyakan mereka membayarku dari uang hasil korupsi, ada juga uang hasil morotin harta istri.
"Lalu apa yang harus saya lakukan sekarang, Tuan?"
Terpaksa Menjadi Wanita Malam. 6Aku memperbaiki posisi duduk. Mendengarkan setiap perkataan tuan Alex dengan seksama."Lalu apa yang harus saya lakukan, Tuan?" tanyaku penasaran."Kamu cukup menemaniku ngobrol. Aku masih setia pada satu wanita. Tak mungkin aku menyentuh perempuan lain yang bukan milikku?" Apa maksudnya? Jadi buat apa ia membayarku mahal jika tidak untuk melayaninya?"Lalu, kenapa Tuan memberiku yang dua puluh juta?" Aku masih bingung dengan tamuku malam ini."Seperti yang sudah aku katakan tadi. Apapun yang kita lakukan malam ini harus menjadi rahasia kita berdua. Tidak ada yang boleh tau," papar Tuan Alex sambil meneguk minuman soda yang baru ia ambil di lemari pendingin."Saya mengerti, Tuan. Semua identitas tamu saya, bisa dirahasiakan," ucapku menyakinkan.Tuan Alex kembali duduk, kini ia ada di hadapanku, hanya ada meja yang membatasi kami. Lalu ia pun mulai bercerita."Aku adalah seorang pengusaha sukses di kota ini. Apapun bisa kubeli. Uang tak jadi masalah.
Terpaksa Menjadi Wanita Malam 7Aku bergegas mengambil tas dan segera pergi untuk melihat keadaan Naina."Tunggu ...." Tuan Alex mencegahku untuk pergi."Ada apa lagi, Tuan?" tanyaku buru-buru."Di bawah ada mobil yang sedang menunggu. Mobil itu akan mengantarkanmu pulang. Lagipula akan lebih cepat sampai di rumah daripada kamu harus menunggu taksi yang lewat," ucapnya perhatian.Baru kali ini ada laki-laki yang memperlakukanku layaknya wanita terhormat. Ia tak sedikitpun menyentuhku, bahkan kini ia menyediakan mobil untuk mengantarkan aku pulang. "Terima kasih, Tuan. Anda terlalu baik. Aku tak akan pernah lupa kebaikanmu." Aku berjalan keluar meninggalkan kamar Tuan Alex yang begitu mewah.Benar saja, di bawah sudah ada mobil yang sedang menunggu. "Mbak Hani?" tanya sopir itu memastikan."Iya, Pak," sahutku cepat."Silakan masuk, saya supir Tuan Alex. Beliau meminta saya mengantar Anda untuk pulang kerumah." Sopir itu dengan santun membukakan pintu untukku. Seolah aku seorang putr
Terpaksa Menjadi Wanita Malam 8"Sudah kubilang, siapa dia dan apapun yang kulakukan itu semua bukan urusanmu," ucapku tegas. Aku melangkah pergi meninggalkan lelaki pengec*t itu.Namun tanganku di cekal olehnya."Apa dia anakku?" tanya Aldo kembali.Kini dia bertanya tentang anak. Kemana saja saat dulu aku meminta ia untuk bertanggung jawab atas perbuatannya? Ia malah pergi menghilang dan memilih menikah dengan anak orang kaya. Tapi aku senang. Naina tak tau jika ayahnya adalah seorang pengec*t. Bahkan tak mengakui keberadaan Naina kala itu. Kini ia bertanya tentang anak. "Kalo aku jawab bukan, kamu mau apa?""Aku tau kamu tak menggugurkan kandunganmu. Menurut orang kampung kalian pindah rumah setelah warga tahu kamu hamil di luar nikah," ucapnya seolah tak bersalah atas semua yang telah menimpaku juga keluargaku."Oh, jadi kamu punya mata-mata untuk mengintai kami," ucapku menyindir."Tinggal jawab iya atau tidak, susah banget sih kamu, Han," ucapnya dengan nada mulai tinggi."Ini
Terpaksa Menjadi Wanita MalamPart 9POV tiga."Mas, aku punya kabar kurang baik." Terlihat wajah istri Aldo yang sedikit murung dan sedih."Kabar apa, Sayang?" tanya Aldo. Ia mengajak sang istri untuk duduk disalah satu kursi tunggu di koridor rumah sakit.Tak menjawab, tapi isak tangis terdengar dari bibir istri Aldo."Sebenarnya ada apa? Kenapa kamu malah menangis?" Aldo makin cemas pada istrinya. Walaupun mereka menikah karena perjodohan tapi Aldo sayang pada istrinya, hanya sekedar sayang bukan cinta. Cinta Aldo masih tersimpan utuh pada seorang gadis yang telah ia sakiti. Hani Hapsari."Ada masalah dengan rahimku, dan--." Istri Aldo makin terisak."Aku akan sulit punya anak, Mas," imbuhnya lagi. Aldo bergeming. Benarkah ini karma untuknya."Mas, kamu masih mau tetap hidup bersamaku bukan? Kamu nggak akan pergi meninggalkanku cuma gara-gara aku nggak bisa memberimu anak," kata sang istri sambil menggenggam tangan Aldo yang kelihatan masih tak percaya bahwa seumur hidupnya ia tak
Terpaksa Menjadi Wanita MalamPart 10Pintu akhirnya terbuka. Masuklah seorang wanita yang nampaknya sedang dikuasai oleh amarah."Kalian sungguh keterlaluan," hardik wanita yang memakai dress selutut untuk membalut tubuhnya.Aku dan Tuan Alex terperanjat. Kenapa wanita ini bisa masuk dengan mudah ke kamar Tuan Alex?Aku melemparkan pandangan pada Tuan Alex. Ia menyuruhku untuk tenang, dengan kode yang ia berikan. Sedangkan wanita itu masih nampak emosi, tapi kini ia memandangiku hingga tak berkedip."Ada apa Mami datang kesini?" tanya Tuan Alex. Mami? Sebenarnya siapa wanita ini?"Seharusnya Mami yang tanya sama Papi, kenapa ada di kamar ini bersama perempuan lain? Pasti dia wanita mur*h*n yang Papi sewa bukan?" ucap wanita yang ternyata istri dari tuan Alex. Pandangannya kini terarah pada Tuan Alex."Aku sedang membicarakan bisnis dengannya. Apa itu sebuah masalah untukmu?" kata Tuan Alex santai."Tentu saja itu menjadi masalahku," sahut istri Tuan Alex.Aku heran. Kenapa tuan Ale
Terpaksa Menjadi Wanita MalamPart 11Hari berganti hari, kini Naina sudah pulang ke rumah. Bersyukur dia anak yang kuat dan mau berjuang untuk sembuh dari sakitnya."Naina, seneng nggak sekarang sudah pulang kerumah lagi?" tanyaku saat menemaninya yang hendak tidur siang."Seneng dong, Buk. Aku seneng kalo bobok di rumah. Di rumah sakit capek suruh minum obat terus," kata Naina polos. Mata beningnya menatapku penuh cinta."Kalo sakit memang nggak enak, Nduk. Maka dari itu Naina sekarang jangan jajan sembarangan ya. Biar nggak sakit lagi." Aku mengusap kepalanya. Jarum jam sudah menunjukkan pukul satu siang, biasanya itu adalah jam di mana Naina harus tidur siang.Setelah kubacakan sedikit cerita ia langsung terlelap dalam mimpi. Anak pintar. Walau ia tumbuh tanpa sosok seorang ayah di sampingnya, Naina bisa beradaptasi dengan teman sebaya yang memiliki orang tua lengkap. Tapi tak jarang ia bertanya tentang sang ayah. Itu yang sering membuatku cemas, bagaimana aku harus menjawab perta
Terpaksa Menjadi Wanita MalamPart 12"Aku ingin bertemu Naina. Aku ingin bertemu anakku. Ijinkan aku, kumohon," pinta Aldo dengan wajah memelas."Untuk apa kamu menemui Naina? Tidak usah kalo hanya ingin membuatnya terluka," kataku mencegah."Tapi Naina itu anakku. Dia harus tau kalo aku ayahnya," desak Aldo lagi.Aku tertawa, "kemana saja kamu selama ini, hah? Lalu siapa yang bilang kalo Naina itu anakmu? Bukannya kamu sendiri tak mengakuinya," sindirku lagi padanya, mengingatkanku lagi pada masa lalu saat dia menolak hadirnya Naina."Aku minta maaf, Hani. Maaf, kumohon maafkan aku, ingin sekali aku memeluknya," rengeknya terus memelas."Tidak!" Tolakku lagi."Mas Aldo, apa yang kamu lakukan disini? Siapa wanita ini, mas?" Suara wanita menghentikan perdebatanku dengan Aldo. Kami menoleh kemana suara itu berasal.Tak jauh dari kami duduk. Berdiri seorang wanita yang cantik, tapi terlihat tidak sedang baik-baik saja."Kamu---," kata Aldo tercengang.Wanita itu mendekat ke arah kami.
Terpaksa Menjadi Wanita MalamPart 13"Aku tidak butuh jawabanmu sekarang. Pikirkanlah dulu tawaran ini. Anakmu pasti akan lebih bangga melihat ibunya bekerja dan menafkahi keluarganya dengan uang halal.""Aku sudah menganggapmu seperti anak sendiri, karena mungkin Maura sepantaran denganmu. Itulah alasannya aku ingin memberikanmu pekerjaan yang lebih baik," tambah tuan Alex."Sekali lagi terima kasih banyak, Tuan. Tapi tidak untuk saat ini," tolakku lagi.Aku harus bisa menjauh dari mereka, entah mengapa sejak orang dari masa laluku bermunculan, hidupku makin tak karuan, takut kehilangan. Kehilangan Naina. Tidak, aku tidak akan membiarkannya.Apa aku harus pindah dari kota ini agar bisa jauh dari ibu, tuan Alex, juga Aldo?Tuan Alex menghargai keputusanku. Jujur sebenarnya hatiku sakit saat mengetahui jika dialah yang telah membuat ibu pergi meninggalkan aku dan bapak. Dengan uang yang ia miliki juga, tuan Alex bisa menggaet ibu dalam pelukannya.Tapi sejak malam itu kumengenalnya,