Share

Uang atau anak?

Author: Yusiriana90
last update Last Updated: 2022-09-16 00:46:17

Terpaksa Menjadi Wanita Malam. 6

Aku memperbaiki posisi duduk. Mendengarkan setiap perkataan tuan Alex dengan seksama.

"Lalu apa yang harus saya lakukan, Tuan?" tanyaku penasaran.

"Kamu cukup menemaniku ngobrol. Aku masih setia pada satu wanita. Tak mungkin aku menyentuh perempuan lain yang bukan milikku?" 

Apa maksudnya? Jadi buat apa ia membayarku mahal jika tidak untuk melayaninya?

"Lalu, kenapa Tuan memberiku yang dua puluh juta?" Aku masih bingung dengan tamuku malam ini.

"Seperti yang sudah aku katakan tadi. Apapun yang kita lakukan malam ini harus menjadi rahasia kita berdua. Tidak ada yang boleh tau," papar Tuan Alex sambil meneguk minuman soda yang baru ia ambil di lemari pendingin.

"Saya mengerti, Tuan. Semua identitas tamu saya, bisa dirahasiakan," ucapku menyakinkan.

Tuan Alex kembali duduk, kini ia ada di hadapanku, hanya ada meja yang membatasi kami. Lalu ia pun mulai bercerita.

"Aku adalah seorang pengusaha sukses di kota ini. Apapun bisa kubeli. Uang tak jadi masalah. Bahkan aku bisa memilih wanita manapun untuk bisa bersamaku. Sama seperti sekarang aku membayarmu untuk di sini," terang Tuan Alex mulai bercerita.

"Aku membayarmu hanya ingin mendapatkan teman ngobrol. Aku tak biasa membicarakan masalah pribadi pada orang lain. Tapi aku percaya padamu dan tak akan membocorkan semua ini," imbuhnya lagi.

Aku hanya mendengarkan. Sesekali memakan kue yang memang sudah terhidang di atas piring.

"Lalu apa yang ingin tuan ceritakan? Saya siap mendengarnya." Pekerjaan yang sangat mudah bukan? Dibayar mahal tapi hanya untuk dijadikan teman ngobrol. Sering-sering lah aku mendapatkan tamu seperti tuan Alex.

"Istri pertamaku meninggal saat melahirkan anak perempuan kami. Ia lahir kedunia tapi tak bisa merasakan dekapan hangat seorang ibu. Aku yang seorang pengusaha tak mungkin mengurus bayi seorang diri. Jadi kuputuskan memakai baby sitter untuk merawat putriku satu-satunya."

"Saat itu aku menemukan seorang wanita yang baik untuk menjaga Maura, anakku. Ia begitu telaten merawatnya. Hingga membuatku jatuh cinta pada wanita itu. Kebaikan dan kelembutan yang ia milik membuat aku yakin jika dia bisa menjadi ibu yang baik untuk Maura."

"Singkat cerita aku akhirnya menikahi wanita itu. Sayangnya di usia pernikahan kami yang hampir dua puluh tahun tak kunjung diberikan momongan. Awalnya aku tak ambil pusing, toh sudah ada Maura di antara kami. Tapi ...."

Tiba-tiba saja wajah Tuan Alex berubah pias. Entah apa yang akan di ceritakan selanjutnya?

"Wanita yang kunikahi itu kini telah berubah. Ternyata uang bisa merubahnya menjadi wanita yang sama sekali tak kukenal."

"Maksud, Tuan berubah bagaimana?" tanyaku penasaran.

"Sekarang ia jarang di rumah. Apalagi lima tahun belakangan ini saat Maura sudah menikah. Aku makin tak mengenal siapa istriku yang sebenarnya?" Tuan Alex menghela nafas panjang.

"Mungkin istri tuan sedang dalam masa puber kedua. Biasanya wanita akan mengalami masa-masa itu jika menginjak masa menopause," kataku sok pintar. Aku sendiri tak tau darimana aku mendapatkan kata-kata itu. Itu keluar begitu saja dari mulutku. Entah benar atau tidak, masa bod*h.

"Atau mungkin saja ia merasa kesepian, lalu mencari hiburan bersama teman-temannya diluar sana. Putri tuan juga sudah menikah dan mungkin ia tak punya teman lagi saat berada di rumah," tambahku lagi.

Hening. Tuan Alex sepertinya sedang merangkai kalimat untuk cerita selanjutnya.

"Tuan?" Aku coba memanggilnya. 

"Apa mungkin ia punya pria lain di belakangku?" Kalimat itu muncul dari Tuan Alex.

Aku tak kaget jika istri pengusaha banyak yang mempunyai pria idaman lain. Saking seringnya mereka ditinggal bekerja oleh sang suami, maka para istri biasanya akan mencari pelampiasan. Sama seperti tuan Alex sekarang. Tapi kukira dia bukan lelaki hidung belang pada umumnya. Ia memang sedang butuh tempat untuk bercerita.

Ponselku tiba-tiba berdering. Aku lupa memakai mode senyap pada ponsel. Hal yang biasa kulakukan saat sedang menemani tamu.

"Maaf tuan, saya ijin menerima telepon," pamitku pada tuan Alex.

"Silahkan," sahutnya datar.

*

"Halo, Bulek. Kenapa? Hani sedang bekerja," tanyaku pada Bulek Nur diseberang sana. Tumben sekali ia menelepon. Biasanya tak pernah.

"Nduk, Han. Naina sakit, panasnya tinggi. Bulek takut ...." Ucap Bulek Nur khawatir.

"Bulek tetep tenang. Hani akan ijin pada bos agar bisa pulang cepat," jawabku tak kalah panik.

"Iya, bulek tunggu. Hati-hati di jalan ya, Nduk." 

Panggilan telepon terputus.

"Tuan, maaf. Maaf sekali, saya nggak bisa menerima uang tuan, karena tidak sepenuhnya menemani tuan sampai selesai. Anak saya sakit. Saya harus segera pulang. Maaf," kataku dengan bergetar. 

Tak apa uang dua puluh juta itu hilang. Yang penting aku bisa menemani Naina saat ia sakit, karena semua ini kulakukan untuknya. Kalau ia sampai kenapa-kenapa, percuma saja aku bekerja.

"Pergilah! Bawa uangnya, ini sudah jadi milikmu," sahut Tuan Alex. Syukurlah ia mau mengerti.

"Tuan, ini kartu nama saya. Lain waktu saya akan mengganti malam ini dengan malam yang lain. Saya janji," ucapku padanya.

"Oke."

Aku bergegas mengambil tas dan segera pergi untuk melihat keadaan Naina.

"Tunggu ...."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terpaksa Menjadi Wanita Malam   Di mana Naina?

    Terpaksa Menjadi Wanita MalamPart 19POV Hani Aku melajukan motor dengan kecepatan sedang. Ada rasa sedikit dongkol di hati. Ah, sudahlah. Nanti juga ilang dan lupa kalo sudah ketemu sama Naina.Sepulang dari pasar, kami sengaja langsung menjemput Naina di sekolah. Kulihat jarum jam angka di pergelangan tangan, kami sudah telat sepuluh menit. Semoga saja Naina masih mau menunggu.Tak butuh waktu lama, motor berhenti di depan sebuah taman kanak-kanak. Tapi ....Sepi, hanya ada beberapa anak yang mungkin juga sedang menunggu jemputan orang tuanya."Adek, kamu kenal Naina? Dia dimana ya? Kok nggak sama kalian?" Tanyaku pada salah satu anak yang ada di halaman sekolah."Naina sudah pulang. Naik mobil," sahut salah satu dari anak itu.Mataku membulat tak percaya. Bagaimana bisa ia pulang naik mobil?Gegas aku mencari guru Naina."Bu, dimana Naina? Kenapa nggak ada di sekolah? Saya baru datang untuk menjemputnya," cecarku pada guru Naina."Bukannya tadi ada saudara ibu Hani yang menjemput

  • Terpaksa Menjadi Wanita Malam   Naina Hilang

    Terpaksa Menjadi Wanita Malam bab 18 BSeiring berjalannya waktu, bulek Nur mau memaafkanku. Tapi dengan satu syarat, aku harus benar-benar berubah dan tak kembali bekerja di club Ambarita lagi. Ia bilang aku harus bertobat dengan sebenar-benarnya.Pagi ini setelah mengantarkan Naina ke sekolah. Kami bedua berencana belanja bahan untuk membuat kue dan roti. Untung saja masih punya motor yang bisa dipakai ke sana kemari."Nanti bulek akan buat kue untuk testi dulu, nduk. Setelah itu kamu bagikan ke tetangga terdekat. Biar mereka bisa merasakan, siapa tau di kemudian hari mereka mau pesan ke kita. Bagaimana menurutmu?" Usul bulek Nur padaku."Aku manut saja, sama bulek. Aku cuma bisa bantu modal sama tenaga. Soal management dan promosi bulek pasti lebih jago."Bulek Nur, memang termasuk ibu-ibu sadar teknologi. Walaupun kami dari kampung, tapi dunia perkotaan menuntut kami yang dari kampung untuk bisa mengikuti kemajuan teknologi.Diusianya yang sudah 42 tahun, dia sering di sebut juga

  • Terpaksa Menjadi Wanita Malam   Pendekatan

    Terpaksa Menjadi Wanita MalamPart 18 AAda rasa nyaman saat bercerita pada Haikal. Ia sangat menghormati wanita, tak banyak pria di sekelilingku yang bersikap sopan dan baik padaku. Kebanyakan mereka hanya ingin menikmati tubuhku. Tak banyak pula mereka yang sering melecehkahku. Tapi itulah resikoku dengan pekerjaan seperti ini.Hanya Haikal dan tuan Alex yang memperlakukan wanita pelac*r sepertiku dengan baik.Jika mengingat tuan Alex, aku akan kembali teringat sosok ibu. Ada kerinduan padanya. Tapi rasa rinduku terkalahkan dengan rasa amarah yang telah kupendam selama belasan tahun."Hai, kok ngalamun?" Ucap Haikal mengagetkanku."Ah, tidak." Aku tersenyum pias. Kami melanjutkan obrolan yang makin hangat.Malam makin larut. Rencana awal aku ingin berpamitan ke club Ambarita pun gagal. Mungkin aku akan menelpon Maria saja untuk berpamitan. Sudah tak mau menginjakan kaki di sana kembali. Hatiku sudah menolak untuk pergi ke sana.Haikal mengantarkan aku pulang. Seperti biasa, kehadir

  • Terpaksa Menjadi Wanita Malam   Video Viral

    Terpaksa Menjadi Wanita MalamPart 17"Aku sudah selesai. Terima kasih, atas makanan gratisnya. Besok lain kali kalo aku kesini lagi, biarkan aku membayar seperti pembeli pada umumnya," kataku memecah keheningan. Sepiring nasi goreng buatan Haikal sudah habis kumakan."Tentu saja, tapi tidak ada kata tak enak hati jika untuk teman. Bukankah kita sekarang berteman?" Ia mengedipkan sebelah matanya padaku. Senyum manis mengiringi tatapannya.Jadi ...?Dia masih mau berteman denganku, walau tahu siapa aku sebenarnya. Oh, Tuhan. Baik sekali dia."Terima kasih," ucapku kembali.Saat ingin berpamitan pulang, ada yang menepuk pundakku. Aku menoleh ke belakang."Halo, Hani sayang. Kamu doyan juga makanan kaki lima seperti ini?" Kata pria bertubuh cungkring ini. Kukira dia adalah salah satu pelanggan tetap di club Ambarita. Aku sering melihatnya di sana. Mungkin ia ke sini juga ingin menikmati makanan yang dijual Haikal."Maaf. Anda mungkin salah orang," Aku kembali memakai maskerku. Berpura-pu

  • Terpaksa Menjadi Wanita Malam   Rasa apa ini?

    Terpaksa Menjadi Wanita Malam bab 16 B"Iya, kak?""Saya mau yang mengantarkan makanan saya, dia." Aku menunjuk lelaki yang sedang memasak."Kalo di antar sama yang lain nggak mau, kak?""Ini buat kamu beli rokok." Aku menyelipkan uang dua puluh ribu rupiah di tangannya. Ia paham apa yang harus di lakukan.Aku bergegas menuju tempat makan out door yang memang di gunakan jika tempat makan di dalam tenda sudah penuh.Ini lebih berkesan daripada di dalam tenda. Bisa makan ditemani bintang dan bulan di langit yang nampak cerah malam ini.Sambil menunggu makananku jadi, aku memainkan ponsel. Sesekali berselancar di dunia maya. Dunia yang lebih kejam dari dunia nyata. Itu menurutku. Bagaimana tidak, di dunia maya, orang akan dengan mudahnya menghakimi, menghujat, menghina orang lain tanpa tau siapa sebenarnya orang itu. Adalagi yang membela mati-matian padahal belum pernah bertemu sama sekali. Banyak kasus penipuan dengan berbagai modus. Hingga tak jarang para korban rugi, baik secara mate

  • Terpaksa Menjadi Wanita Malam   Dia Beda

    Terpaksa Menjadi Wanita MalamPart 16"Bersyukur akhirnya mbak ayu bisa keluar dari dunia itu. Bapak sebenernya sedih, kalo lihat mbak ayu di bawa laki-laki," ujar pak Saman. Wajahnya kembali terlihat muram."Bapak kok tau, kalo saya sering di bawa laki-laki keluar?" Tanyaku menyelidik."Kadang saya suka nunggu depan club walau sebentar. Hanya ingin memastikan, mbak ayu baik-baik saja," ujar pak Saman membuatku terharu."Ya Allah, pak. Bapak baik banget sudah mau jagain saya," kataku sambil berkaca-kaca."Nanti pasti saya akan butuh jasa pak Saman kembali. Bukan untuk mengantarkan ke club tapi untuk mengantarkan kue, bapak mau 'kan?" Tawarku lagi padanya."Siap, mbak ayu. Tinggal telepon, bapak akan siap sedia," sahut pak Saman semangat.Setelah pak Saman pulang. Aku memesan taksi online terlebih dahulu. Ada suatu tempat yang ingin kukunjugi sebelum pergi ke club Ambarita. Semoga saja dia ada di sana. Taksi yang kutumpangi berhasil membelah padatnya kendaraan yang memenuhi jalanan i

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status