Share

Penolong

Author: Yusiriana90
last update Last Updated: 2022-09-16 00:27:22

Terpaksa Menjadi Wanita Malam 3

Aku memutuskan pulang lebih awal. Moodku hari ini begitu jelek. Aku menelepon Pak Saman juga tak di angkat. Mungkin ia sedang terlelap, jarena jarum jam sudah menunjukkan pukul dua dini hari.

Berjalan sendiri menunggu taksi yang lewat. Tak lupa kupakai jaket tebal yang biasa kubawa setiap hari. Walaupun aku seorang wanita malam penyedia jasa. Tapi aku masih memakai pakaian yang sopan saat di luar club. Beda halnya jika di dalam club. Mungkin orang akan tercengang melihat menampilkan saat di sana.

Dini hari sepertinya akan susah mendapatkan taksi atau ojek, karena lelah, aku duduk di halte tak jauh dari club.

Tiba-tiba. Ada sebuah sepeda motor berhenti di depanku.

"Maaf, Mbak. Sedang apa dini hari seperti ini duduk di situ?" tanya pria yang duduk di atas motor. Ia menyandarkan motornya lalu turun mendekatiku.

Ada rasa takut jika laki-laki itu akan berbuat jahat padaku. Akan kuhajar dia jika berani macam-macam. Untung saja dulu aku pernah belajar bela diri, jadi bisa kugunakan di saat genting seperti ini.

"Jangan dekat-dekat! Kalo kamu berniat jahat padaku. Kamu salah sasaran," ucapku mengantisipasi keadaan seburuk mungkin.

Dia malah tertawa dan makin mendekat.

"Tenang saja, Mbak. Saya hanya bertanya. Siapa tau butuh bantuan? Tak tega jika melihat seorang wanita duduk sendiri padahal sudah dini hari. Waktunya orang-orang masih tertidur lelap," ucapnya sopan. Sepertinya ia memang orang baik. Tapi aku harus tetap waspada.

"Aku habis pulang kerja. Ojek langgananku tak bisa dihubungi. Maka dari itu aku duduk sendiri di sini, sambil menunggu taksi atau ojek lain," sahutku singkat.

"Memang rumahnya dimana?"

"Jauh," jawabku dingin.

"Iya, jauhnya dimana? Siapa tau kita searah?"

"Tidak terima kasih. Aku akan menunggu saja. Siapa tau ada taksi lewat," ucapku lagi.

"Ya sudah, kalo begitu saya permisi."

Akhirnya laki-laki itu akan pergi meninggalkanku. Lega. Aku takut ia berniat jahat. Walaupun aku sudah terbiasa menghadapi laki-laki hidung bel*ng. Tapi takut juga jika berhadapan dengan orang jahat. Bisa-bisa aku di bun*h seperti berita yang sering ada di televisi. Ngeri. Aku masih mau melihat Naina tumbuh dewasa.

Tin ... tin ... tin ....

Sebuah mobil berhenti di samping motor lelaki yang tadi menawariku tumpangan.

"Oh, pantas saja kamu menolakku, Hani. Levelmu ternyata cuma laki-laki misk*n seperti ini? Di bayar beberapa kamu, hah?"

Aldo. Dia datang lagi. Sepertinya hari-hariku akan si*l jika bertemu dengannya.

"Bukan urusanmu! Mau apapun yang aku lakukan bukan urusanmu. Pergi!" ucapku lantang mengusirnya.

"Sejak dulu kamu memang sombong. Orang tak punya bisa-bisanya bersikap sombong." Aldo melajukan mobilnya kembali.

Laki-laki tadi masih berdiri di dekat motornya. Ia memandangku dengan ekspresi tak bisa kutebak.

"Apa? Mau mencemoohku juga? Sana pergi!" ucapku sewot. Padahal dia diam saja dari tadi.

"Demi Allah, saya tidak ada niat jahat sama, Mbak. Saya hanya ingin menolong, hanya itu. Ini KTP saya, coba lihat saja! Saya cuma penjual nasi goreng di ujung jalan sana. Nah, jam segini baru beres jualan," jelasnya tanpa kuminta.

Oh, jadi dia penjual nasi goreng. Mungkin saat ini aku bisa mempercayainya. Jika menunggu taksi ataupun itu akan lama.

"Oke baiklah, rumahku ada di perumahan alam indah. Kalo gitu aku ngojek sama kamu aja. Nanti aku bayar."

Akhirnya aku mau menerima tumpangannya. Tapi kuanggap ini ojek. Tak enak jika harus merepotkan orang.

Sepanjang perjalanan tak ada obrolan satu sama lain. Hening. Laki-laki itu mengendarai motornya dengan baik dan berhenti tepat di depan rumahku. Kuambil selembar uang warna biru. Lalu kuberikan padanya.

"Ini ongkosnya. Terima kasih sudah mengantarkanku." Kusodorkan uang itu padanya.

"Tidak usah, Mbak. Saya ikhlas menolong. Lagipula saya tukang nasi goreng bukan tukang ojek," sahutnya masih dengan santun.

"Tapi ...."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terpaksa Menjadi Wanita Malam   Di mana Naina?

    Terpaksa Menjadi Wanita MalamPart 19POV Hani Aku melajukan motor dengan kecepatan sedang. Ada rasa sedikit dongkol di hati. Ah, sudahlah. Nanti juga ilang dan lupa kalo sudah ketemu sama Naina.Sepulang dari pasar, kami sengaja langsung menjemput Naina di sekolah. Kulihat jarum jam angka di pergelangan tangan, kami sudah telat sepuluh menit. Semoga saja Naina masih mau menunggu.Tak butuh waktu lama, motor berhenti di depan sebuah taman kanak-kanak. Tapi ....Sepi, hanya ada beberapa anak yang mungkin juga sedang menunggu jemputan orang tuanya."Adek, kamu kenal Naina? Dia dimana ya? Kok nggak sama kalian?" Tanyaku pada salah satu anak yang ada di halaman sekolah."Naina sudah pulang. Naik mobil," sahut salah satu dari anak itu.Mataku membulat tak percaya. Bagaimana bisa ia pulang naik mobil?Gegas aku mencari guru Naina."Bu, dimana Naina? Kenapa nggak ada di sekolah? Saya baru datang untuk menjemputnya," cecarku pada guru Naina."Bukannya tadi ada saudara ibu Hani yang menjemput

  • Terpaksa Menjadi Wanita Malam   Naina Hilang

    Terpaksa Menjadi Wanita Malam bab 18 BSeiring berjalannya waktu, bulek Nur mau memaafkanku. Tapi dengan satu syarat, aku harus benar-benar berubah dan tak kembali bekerja di club Ambarita lagi. Ia bilang aku harus bertobat dengan sebenar-benarnya.Pagi ini setelah mengantarkan Naina ke sekolah. Kami bedua berencana belanja bahan untuk membuat kue dan roti. Untung saja masih punya motor yang bisa dipakai ke sana kemari."Nanti bulek akan buat kue untuk testi dulu, nduk. Setelah itu kamu bagikan ke tetangga terdekat. Biar mereka bisa merasakan, siapa tau di kemudian hari mereka mau pesan ke kita. Bagaimana menurutmu?" Usul bulek Nur padaku."Aku manut saja, sama bulek. Aku cuma bisa bantu modal sama tenaga. Soal management dan promosi bulek pasti lebih jago."Bulek Nur, memang termasuk ibu-ibu sadar teknologi. Walaupun kami dari kampung, tapi dunia perkotaan menuntut kami yang dari kampung untuk bisa mengikuti kemajuan teknologi.Diusianya yang sudah 42 tahun, dia sering di sebut juga

  • Terpaksa Menjadi Wanita Malam   Pendekatan

    Terpaksa Menjadi Wanita MalamPart 18 AAda rasa nyaman saat bercerita pada Haikal. Ia sangat menghormati wanita, tak banyak pria di sekelilingku yang bersikap sopan dan baik padaku. Kebanyakan mereka hanya ingin menikmati tubuhku. Tak banyak pula mereka yang sering melecehkahku. Tapi itulah resikoku dengan pekerjaan seperti ini.Hanya Haikal dan tuan Alex yang memperlakukan wanita pelac*r sepertiku dengan baik.Jika mengingat tuan Alex, aku akan kembali teringat sosok ibu. Ada kerinduan padanya. Tapi rasa rinduku terkalahkan dengan rasa amarah yang telah kupendam selama belasan tahun."Hai, kok ngalamun?" Ucap Haikal mengagetkanku."Ah, tidak." Aku tersenyum pias. Kami melanjutkan obrolan yang makin hangat.Malam makin larut. Rencana awal aku ingin berpamitan ke club Ambarita pun gagal. Mungkin aku akan menelpon Maria saja untuk berpamitan. Sudah tak mau menginjakan kaki di sana kembali. Hatiku sudah menolak untuk pergi ke sana.Haikal mengantarkan aku pulang. Seperti biasa, kehadir

  • Terpaksa Menjadi Wanita Malam   Video Viral

    Terpaksa Menjadi Wanita MalamPart 17"Aku sudah selesai. Terima kasih, atas makanan gratisnya. Besok lain kali kalo aku kesini lagi, biarkan aku membayar seperti pembeli pada umumnya," kataku memecah keheningan. Sepiring nasi goreng buatan Haikal sudah habis kumakan."Tentu saja, tapi tidak ada kata tak enak hati jika untuk teman. Bukankah kita sekarang berteman?" Ia mengedipkan sebelah matanya padaku. Senyum manis mengiringi tatapannya.Jadi ...?Dia masih mau berteman denganku, walau tahu siapa aku sebenarnya. Oh, Tuhan. Baik sekali dia."Terima kasih," ucapku kembali.Saat ingin berpamitan pulang, ada yang menepuk pundakku. Aku menoleh ke belakang."Halo, Hani sayang. Kamu doyan juga makanan kaki lima seperti ini?" Kata pria bertubuh cungkring ini. Kukira dia adalah salah satu pelanggan tetap di club Ambarita. Aku sering melihatnya di sana. Mungkin ia ke sini juga ingin menikmati makanan yang dijual Haikal."Maaf. Anda mungkin salah orang," Aku kembali memakai maskerku. Berpura-pu

  • Terpaksa Menjadi Wanita Malam   Rasa apa ini?

    Terpaksa Menjadi Wanita Malam bab 16 B"Iya, kak?""Saya mau yang mengantarkan makanan saya, dia." Aku menunjuk lelaki yang sedang memasak."Kalo di antar sama yang lain nggak mau, kak?""Ini buat kamu beli rokok." Aku menyelipkan uang dua puluh ribu rupiah di tangannya. Ia paham apa yang harus di lakukan.Aku bergegas menuju tempat makan out door yang memang di gunakan jika tempat makan di dalam tenda sudah penuh.Ini lebih berkesan daripada di dalam tenda. Bisa makan ditemani bintang dan bulan di langit yang nampak cerah malam ini.Sambil menunggu makananku jadi, aku memainkan ponsel. Sesekali berselancar di dunia maya. Dunia yang lebih kejam dari dunia nyata. Itu menurutku. Bagaimana tidak, di dunia maya, orang akan dengan mudahnya menghakimi, menghujat, menghina orang lain tanpa tau siapa sebenarnya orang itu. Adalagi yang membela mati-matian padahal belum pernah bertemu sama sekali. Banyak kasus penipuan dengan berbagai modus. Hingga tak jarang para korban rugi, baik secara mate

  • Terpaksa Menjadi Wanita Malam   Dia Beda

    Terpaksa Menjadi Wanita MalamPart 16"Bersyukur akhirnya mbak ayu bisa keluar dari dunia itu. Bapak sebenernya sedih, kalo lihat mbak ayu di bawa laki-laki," ujar pak Saman. Wajahnya kembali terlihat muram."Bapak kok tau, kalo saya sering di bawa laki-laki keluar?" Tanyaku menyelidik."Kadang saya suka nunggu depan club walau sebentar. Hanya ingin memastikan, mbak ayu baik-baik saja," ujar pak Saman membuatku terharu."Ya Allah, pak. Bapak baik banget sudah mau jagain saya," kataku sambil berkaca-kaca."Nanti pasti saya akan butuh jasa pak Saman kembali. Bukan untuk mengantarkan ke club tapi untuk mengantarkan kue, bapak mau 'kan?" Tawarku lagi padanya."Siap, mbak ayu. Tinggal telepon, bapak akan siap sedia," sahut pak Saman semangat.Setelah pak Saman pulang. Aku memesan taksi online terlebih dahulu. Ada suatu tempat yang ingin kukunjugi sebelum pergi ke club Ambarita. Semoga saja dia ada di sana. Taksi yang kutumpangi berhasil membelah padatnya kendaraan yang memenuhi jalanan i

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status