Keesokan paginya...Sylvi dan Mery terbangun sebelum jam tujuh pagi. Mereka bergegas mandi di kamar mandi umum untuk semua narapidana.Saat itu sudah banyak orang di kamar mandi dan mereka mengantri bergantian. Kamar mandi di kompleks tahanan itu berukuran cukup besar. Saat memasuki pintu besar kamar mandi, sebuah bak air berukuran dua kali dua meter terletak di tengah ruangan. Sementara itu di sisi kiri dan kanan terdapat masing-masing empat pintu kamar mandi yang tertutup dan dua pintu lagi di balik bak air besar itu.Totalnya berjumlah sepuluh kamar mandi berukuran 1x1,5 meter dengan pintu tertutup untuk semua narapidana yang berjumlah sekitar 300 orang itu.Berbeda dengan kompleks tahanan narkoba yang berada tepat di balik tembok kompleks tahanan mereka, masing-masing sel memiliki kamar mandi sendiri.Tanpa mereka ketahui, beberapa pasang mata sedang mengintai mereka dari belakang antrean.Saat Sylvi mendapat gilira
Tidak sampai 24 jam, tiga wanita gerombolan begundal itu sudah dikembalikan ke sel mereka semula. Dhani tak habis pikir karena Kepala Sipir tidak menerima penjelasannya dengan baik.Sepengetahuannya, banyak penjaga yang memantau dari kejauhan saat kejadian itu namun tidak ada satu orang pun yang mau bersaksi. Selain itu CCTV yang ternyata memang rusak sejak lama tidak bisa mendukung penjelasan nya kepada Kepala Sipir.Dhani menarik nafas berat. Jika CCTV saja tidak bisa di atasi, maka kejadian yang sama akan terulang lagi di kemudian hari. Atau memang, CCTV sengaja dibiarkan rusak agar tidak bisa mengungkap hal-hal yang janggal di sekitar rumah tahanan itu?"Selamat pagi, Pak Guntur," sapa Dhani pada petugas keamanan di ruang pemantauan CCTV.Pagi ini dia sengaja mendatangi ruangan itu untuk mencari sedikit informasi. Guntur berada di ruangan itu seorang diri karena bergantian dengan rekannya yang lain."Pagi, Dhani. Tumben datang ke sini?" tanya Guntur heran."Hehe iya nih, Pak. Ada
Pagi itu, Mery dan Sylvi tidak pergi ke aula untuk sarapan. Mereka takut tujuh wanita begundal itu menyakiti mereka lagi. Setelah berbincang dengan Kyle, Mery langsung kembali ke sel nya."Sylvi, ada kabar baik," seru Mery sambil menghambur ke tubuh Sylvi yang sedang merapihkan dua kasur tipis di lantai."Ada apa, Bu Mery?" Tanya Sylvi bingung.Sylvi sedikit lemas hari ini karena melewatkan jadwal sarapannya. Tapi jauh berbeda dengan Mery yang tampak bersemangat walaupun perutnya pun belum terisi hingga jam sepuluh pagi ini."Eh tapi kenapa kamu lemas sekali? Kamu sakit?" Tanya Mery saat menatap wajah Sylvi sedikit pucat."Tidak, Bu. Cuma rada lemas saja," sahut Sylvi berusaha tersenyum.Tadi malam karena keributan yang ditimbulkan oleh Si Gimbal dan dua wanita kaki tangannya, Sylvi dan Mery tidak keluar kamar untuk makan malam karena mereka bertiga sudah dikeluarkan dari sel isolasi.Wajah mereka sembab karena di tampar dan tangan Sylvi membiru dengan sedikit lebam dan lecet karena d
Sylvi bergegas mengajak Mery pergi dari kamar mandi setelah memukul wajah Mutinah dengan keras. Namun baru sampai di depan pintu kamar mandi, langkah mereka terhalang tubuh tujuh wanita begundal yang berdiri berbaris di depannya.Wajah Sylvi seketika memucat. Mery pun diam tak bereaksi. Dengan bibir sedikit bergetar, Sylvi dengan sopan berbicara, "Permisi, kami mau kembali ke sel,""Pelan banget suaranya. Lu ngomong apa kentut?" sindir Sutiwe dengan kedua tangan di pinggang."Mungkin dia lelah," sela Jamilap santai."Dia kelaparan kaleee, kan dari semalem gak keliatan batang hidung nya di aula," sahut Saritem sambil mengelus kedua alisnya."Kami harus kembali ke sel sekarang," potong Mery yang sudah ketakutan sejak tadi dengan suara gemetar. Wanita itu menarik lengan Sylvi namun lagi-lagi mereka tidak bisa melewati barikade gerombolan tukang pukul itu."Kalian pikir bisa kabur dari kami semudah itu?" ucap Markijem datar.
Dhani datang bersama dua orang penjaga wanita ke sel Mery dan Sylvi untuk memindahkan mereka ke sel khusus yang sudah disediakan. Namun saat tiba disana, sel itu kosong.Pemuda itu berencana mencari mereka ke aula, lapangan atau kamar mandi. Tapi baru saja Dhani membalikkan badan, tampak Mery sedang berlari terseok-seok ke arahnya. Setelah mendengar ucapan Mery, Dhani bergegas berlari ke lapangan untuk membantu Sylvi. Untung saja Dhani datang tepat waktu dan segera membawanya ke sel khusus, sel baru Mery dan Sylvi. Kalau tidak, bisa tamat riwayat ku kali ini, gumam Sylvi dalam hati saat mereka sudah berada di depan sel nya."Untunglah kamu selamat, nak..." ujar Mery terharu sambil memeluk gadis bertubuh kurus itu.Mereka berdua berpelukan sejenak sampai mendengar suara Dhani yang sudah tidak sabar."Ayo, kalian segera ikuti saya menuju sel khusus. Biarkan para penjaga yang mengemas barang-barang kalian dan membawanya kesana," ujar Dhani sambil menunjuk ke arah dua orang penjaga wani
"Kok dari kemaren si pembunuh kerempeng itu gak keliatan lagi ya? Apa dia ngumpet di dalam sel karena takut ketemu kita?" Tanya Sutiwe pada si Gimbal yang diam tak menjawab."Kalo sampai guwe ketemu dia lagi, langsung aja guwe hajar," sahut Saritem sambil mengunyah keripik singkong yang di rampasnya dari sel sebelah."Mana berani dia muncul, emangnya udah siap mati dia?" sahut Jamilap sambil merapihkan rambutnya di depan cermin."Tar juga mati sendiri, kelaparan, hahahaha..." ujar Konipah tertawa, dan di ikuti oleh Saritem, Jamilap dan Maimuncrat. "Ah makan siang hari ini kenyang banget, karena berkurang jatah dua manusia gak berguna itu. Tidur ahhhh..." ujar Maimuncrat sambil merebahkan tubuhnya di atas matras yang sudah rusak."Kemana Markijem?" Tanya Si Gimbal tiba-tiba dan membuat mereka semua terkejut. Mereka juga baru menyadari sejak selesai makan siang tadi Markijem belum kembali ke sel."Boker kali dia kebanyakan makan,
BraakkkKyle memukul meja dengan keras dan berdiri. "Kamu pikir kami tertarik dengan penawaranmu itu? Kamu membayar iklan premium dengan perusahaan bobrok yang di jadikan sebagai jaminan hutang. Kamu pikir perusahaan kami ini perusahaan kelas teri?" bentak Kyle emosi.James yang terkejut saat Kyle memukul meja, kembali dikejutkan dengan penolakan kyle secara terang-terangan."Bubu bu kan begitu, CEO Kyle. Saya tahu, perusahaan ini adalah perusahaan periklanan nomer satu di negara ini. Dan perusahaan ini adalah satu-satunya perusahaan advertising yang teringetrasi dengan perusahaan-perusahaan asing di beberapa negara."James menghentikan ucapannya yang penuh kegugupan dan menghela nafas berulangkali karena dadanya sesak, lalu melanjutkan. "Singgih Properti sebagai perusahaan properti ternama di negara ini dan sebentar lagi akan Go Internasional, tentu saja sanggup membayar berapa pun biaya yang ditentukan oleh perusahaan anda, K
Pagi ini, berbekal roti dan selai yang sudah disediakan, Mery dan Sylvi membuat roti bakar dengan mesin pembakar roti yang juga susah tersedia. Beberapa lembar roti mereka keluarkan dari plastik pembungkus nya dan di olesi selai coklat dan kacang, kemudian mulai membakarnya.Mery membuka laci di bawah meja panjang dan menemukan banyak peralatan makan sudah tersedia disana seperti, piring, gelas, sendok, garpu dan juga dua buah teko berbahan kaca.Air yang baru saja mendidih di ketel listrik dituang ke dalam teko berisi teh celup. Beberapa buah gelas kaca juga di susun rapih di atas meja."Wah sarapan kita hari ini sudah seperti di rumah sendiri ya, Bu Mery," ucap Sylvi senang."Iya, Syukurlah kita bisa makan dengan nyaman mulai sekarang," Sahut Mery dengan senyum lembutnya.Tok tok tokSuara ketukan di pintu menghentikan pembicaraan mereka berdua.Mery membuka pintu dan tersenyum saat melihat Dhani dan Sagi berada di depan pintu dengan kedua tangan mereka masing-masing menjinjing sat