Share

BAB 11

Penulis: Atdriani12
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-19 00:30:00
Layar ponselnya sudah mati. Tapi Callista masih memeluknya erat, seakan suara yang tadi mengalir dari speaker kecil itu masih menggema di dadanya. Ia berbaring menyamping, menarik selimut hingga ke bahu, dan menatap langit-langit kamar yang remang.

Ada sesuatu yang berubah malam ini.

Bukan janji. Bukan kepastian. Tapi kehadiran yang terasa nyata… walau tidak berbentuk.

Ia memejamkan mata dengan satu kalimat terakhir dari Adrian masih berputar:

“Tanpa janji, tapi juga… tanpa bohong.”

**

Callista terbangun dengan kepala sedikit berat. Tapi tidak karena kurang tidur—lebih karena isi pikirannya terlalu penuh. Saat membuka mata, ia menoleh ke samping, ke arah meja kecil di sudut kamar. Ponselnya masih tergeletak di sana, diam. Tidak ada notifikasi baru.

Ia duduk perlahan, lalu keluar kamar. Seperti biasa, langkah pertamanya menuju kamar ibunya. Di tempat tidur, sosok yang ia cintai itu masih tertidur lemah, tapi napasnya tetap stabil. Callista mengecek suhu tubuh ibunya pelan, lalu k
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Terperangkap Dalam Gairah Dosen Muda   BAB 65

    Callista menatap lembar demi lembar dokumen yang terbuka di layar laptop. Matanya tidak benar-benar membaca, tapi jemarinya tetap menggulir. Ada gemuruh di kepalanya yang tak kunjung mereda, meski di sampingnya, Adrian duduk tenang, mencatat beberapa poin di buku kecil.“Aku ngerasa kayak orang yang baru belajar hidup,” gumam Callista.Adrian berhenti menulis, menoleh. “Karena kamu memang lagi mulai hidup. Yang kamu pilih sendiri.”Callista tersenyum kecil, tapi tidak menjawab. Ia hanya menutup layar laptop perlahan, lalu menyandarkan tubuh ke sandaran sofa.“Aku jadi mikir… dulu aku belajar banyak hal. Tapi nggak pernah ada yang ngajarin gimana caranya punya suara sendiri. Tanpa takut ditenggelamkan.”Adrian mengangguk pelan. “Karena dunia suka suara yang seragam. Dan kita dilatih buat jadi gema, bukan jadi nada asli.”Callista menoleh, matanya jernih. “Tapi sekarang aku pengen jadi nada. Meski fals. Meski nggak enak didengar. Tapi milikku.”Adrian mengulurkan tangan, menggenggam jem

  • Terperangkap Dalam Gairah Dosen Muda   BAB 64

    “Aku harus pulang bentar,” bisik Callista tanpa melepaskan pelukannya.Adrian tidak menjawab langsung. Tapi pelukannya justru menguat, seolah ia ingin menahan tubuh gadis itu lebih lama, mengulur momen yang terasa terlalu singkat.Callista menghela napas. “Ibu pasti nunggu. Meskipun beliau nggak bisa banyak gerak, aku tahu… beliau nunggu aku. Walaupun cuma untuk dengar suara.”Adrian akhirnya mengangguk, pelan. “Kamu mau aku antar?”Callista menggeleng. “Aku harus sendiri kali ini. Kalau kamu ikut… aku takut aku malah ngumpet lagi di balik kamu.”Tangan Adrian mengusap punggungnya. “Kamu nggak pernah ngumpet. Tapi kalau kamu butuh pulang—ke Ibu, ke dirimu sendiri—aku ngerti.”Callista menarik diri sedikit, menatap mata pria itu. “Kalau nanti aku balik dan aku nggak sekuat yang kamu lihat sekarang…”“Kalau kamu balik dan lelah,” potong Adrian pelan, “aku di sini. Tempat ini buat kamu, nggak peduli kamu datang dalam bentuk

  • Terperangkap Dalam Gairah Dosen Muda   BAB 63

    “Aku harus pulang bentar,” bisik Callista tanpa melepaskan pelukannya. Adrian hanya mengangguk, tidak langsung menjawab. Tapi lengannya masih melingkar erat, seolah tubuh Callista akan runtuh kalau ia lepaskan terlalu cepat. Gadis itu menelan napas. “Ibu pasti nunggu. Meskipun beliau nggak bisa banyak gerak, aku tahu… beliau nunggu.” Adrian mengusap punggungnya pelan. “Kamu mau aku antar?” Callista menggeleng kecil. “Nggak. Aku harus ngadepin ini sendiri dulu. Kalau kamu ikut… aku takut malah nggak kuat.” Pria itu diam beberapa detik. Lalu berkata dengan suara serendah embusan napas, “Kalau ada yang bikin kamu lelah, pulanglah ke sini. Biarpun nggak banyak yang bisa aku tawarkan… tempat ini selalu terbuka buat kamu.” Callista tak menjawab. Ia hanya menunduk, lalu mencium pelipis Adrian seperti cara orang mengucap terima kasih… tanpa harus menyebut satu kata p

  • Terperangkap Dalam Gairah Dosen Muda   BAB 62

    “Kenapa kamu nggak pernah ragu sama aku?” suara Callista pelan, tapi tajam, seperti panah yang mencari sasaran paling jujur di dada Adrian.Pria itu sedang membuka laptop di meja kecil, jemarinya berhenti mengetik. Ia menoleh. “Karena kamu satu-satunya yang nggak pernah minta aku pura-pura.”Callista duduk menyandar, memeluk lutut. “Tapi kamu tahu aku bisa aja gagal. Bisa aja suatu hari nyerah.”“Tapi kamu belum nyerah sampai hari ini.” Adrian menutup laptopnya. “Dan itu cukup buat aku percaya.”Callista menunduk. Tak menjawab. Tapi di balik diamnya, ada dentuman pelan yang muncul: ia tidak sendiri lagi. Dan kepercayaan itu… tidak datang dari paksaan, tapi dari pilihan.Ia bangkit dan mendekat, lalu duduk di sisi Adrian. “Apa kamu pernah ngerasa… semua ini bisa hancur dalam sekali tebas?”“Setiap saat,” jawab Adrian, tak mencoba terdengar kuat. “Tapi aku juga sadar, hancur bukan berarti selesai. Kadang justru jadi mulai.”

  • Terperangkap Dalam Gairah Dosen Muda   BAB 61

    Adrian memutar kunci mobil tanpa tergesa, membiarkan suara mesin menyala perlahan di bawah keheningan yang berat. Callista hanya diam di sampingnya, matanya masih menatap lurus ke depan—tapi pikirannya sudah kembali ke satu tempat yang tak pernah ia abaikan terlalu lama.“Ibu di rumah sendiri,” ucapnya pelan.Adrian meliriknya sejenak. “Kamu mau kita mampir dulu?”Callista mengangguk. “Aku nggak bisa tenang kalau belum lihat beliau.”Tanpa tanya lebih lanjut, Adrian mengarahkan mobil ke arah rumah tua di pinggir kota, tempat Callista tinggal bersama ibunya sejak dulu. Rumah itu tidak besar, tidak mewah, tapi selalu memiliki bau khas yang membuat Callista merasa—apa pun yang terjadi di luar sana—di sinilah akar dirinya.Saat mobil berhenti di depan pagar, Callista langsung turun. Tak perlu aba-aba. Ia melangkah cepat menuju pintu rumah, dibuka pelan, dan suara langkahnya menggema di lantai.“Ibu…”Suara dari dalam menjawa

  • Terperangkap Dalam Gairah Dosen Muda   BAB 60

    Koridor kampus terasa lebih sempit dari biasanya. Bukan karena bangunannya berubah, tapi karena tatapan yang menyambut setiap langkah mereka. Bisik-bisik tak lagi malu-malu. Tapi tidak satu pun dari itu membuat Callista berhenti.Adrian tetap berjalan di sisi kirinya, tak sedikit pun menunjukkan ragu. Sorot matanya lurus, langkahnya mantap. Dan genggamannya pada tangan Callista tidak berubah—kuat, stabil, melindungi.Saat mereka berhenti di depan ruang kepala jurusan, Callista menarik napas dalam. Tapi sebelum Adrian sempat bicara, ia sudah lebih dulu berkata, “Aku ikut masuk.”Adrian menatapnya. Dalam. Sejenak, ia seperti ingin membantah. Tapi wajah Callista tidak menyisakan ruang untuk itu. Gadis itu tidak akan tinggal di luar. Bukan lagi.Pintu diketuk. Suara dari dalam mempersilakan mereka masuk.Ruangan itu sepi. Tegang, tapi bukan menghakimi. Kepala jurusan duduk di balik meja, diapit dua dosen etika. Tidak ada senyum. Tapi juga tid

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status