Share

Bab 5

Penulis: Elias
Sebenarnya surat cerai sudah dicetak sejak lama, tapi karena John terus berada di rumah beberapa hari ini, Talita malas menimbulkan keributan, jadi dia belum mengambilnya.

Setelah mengambil surat itu, dia pun mengemudi pulang.

Suara sistem yang dingin terdengar, [Setelah malam ini, tuan hanya punya 7 hari tersisa di dunia ini. Jalur pelepasan telah terbuka 50%. Mohon selesaikan semua urusan dalam waktu 7 hari yang tersisa.]

Setelah itu, sistem menghilang begitu saja. Talita tetap menyetir dengan wajah datar.

Tiba-tiba, dia melihat Ivy sedang berjalan menuju restoran barbeque di pinggir jalan.

Dia tertegun selama beberapa detik, lalu menghentikan mobilnya.

Saat makan siang tadi, sebenarnya Talita sempat samar-samar mendengar sedikit isi percakapan telepon John.

Tak banyak, tapi cukup untuk menangkap kata-kata “pesta perayaan” dan “pacar”.

Entah kenapa, dia malah mengikuti Ivy masuk ke ruang makan tempat mereka berkumpul.

Begitu Ivy masuk, langsung terdengar suara riuh menyambut.

“Wah, pacar penyanyi besar datang juga!”

Ivy membalas sapaan mereka dengan anggukan sopan, “Halo semuanya.”

“Ayo, silakan duduk. Kalau masih ada yang mau dipesan, bilang saja. Jangan sampai John bilang kami nggak menjamu pacarnya dengan baik.”

Tawa menggema di ruangan. John berbatuk pelan, lalu menarik Ivy duduk di sebelahnya.

“Nggak perlu repot-repot, Ivy lagi nggak boleh makan makanan seperti ini.”

Melihat Ivy malu-malu dan pipinya merah merona, suasana sempat hening beberapa detik, hingga seseorang memecah kesunyian.

“Nggak bisa makan seperti ini … jangan-jangan dia hamil?”

Ivy menunduk, tubuhnya sedikit bersandar ke arah John.

Semua orang langsung tahu jawaban dugaan mereka.

Setelah diam beberapa saat lagi, seseorang berkata, “Kalau begitu, harus dirahasiakan nih. Jangan sampai Kak Talita tahu.”

Mendengar itu, wajah John langsung membeku dan memucat.

Ivy menatapnya dengan cemas.

Di luar ruang makan, Talita menyipitkan matanya. Rasa dingin menjalar dari ujung kaki hingga ke ubun-ubun, berubah menjadi amarah.

Seakan ada sesuatu dalam pikirannya yang tiba-tiba meledak.

Dia mengenal semua teman John, tapi demi menjaga privasinya, selama ini dirinya memang jarang berinteraksi dengan mereka.

Namun, mereka semua tahu siapa dirinya, tahu kisah antara dirinya dan John.

Dan sekarang, tampaknya mereka juga tahu soal keberadaan Ivy.

Talita menarik napas dalam-dalam, lalu tersenyum manis dengan sopan dan tiba-tiba mendorong pintu ruang makan.

“Halo semuanya, kebetulan aku lewat sini, jadi mampir menumpang makan, ya.”

Yang menyambutnya hanyalah keheningan sepuluh detik.

Begitu Talita masuk, ekspresi John dan teman-temannya langsung kaku, sangat tidak enak dipandang.

Talita tersenyum dan memandang satu per satu wajah mereka.

“Kenapa? Nggak menyambutku?”

Barulah yang lain sadar dan buru-buru menyahut, “Mana mungkin, ayo silakan duduk, kak.”

Namun, di sebelah John ada Ivy, jadi tidak ada tempat kosong. Orang yang barusan bicara hanya bisa tersenyum canggung, bingung mau menempatkan Talita di mana.

Pandangan John terus menatap ke arah Talita. Dia berdiri secara reflek.

Namun, Talita sama sekali tak terganggu, dia langsung duduk di hadapan John, “Nggak perlu repot, aku duduk di sini saja.”

John pun mengernyit.

Di tengah makan, Talita menatap Ivy dan berkata, “Kamu pasti Ivy, ya? Aslinya memang lebih cantik dari di MV.”

“Eh, kalau dilihat-lihat, wajahmu mirip denganku waktu muda.”

Mendengar itu, tubuh John langsung menegang, “Dia nggak secantik kamu waktu muda.”

Talita menaikkan alis, sedangkan wajah Ivy langsung pucat, sorot matanya menyiratkan kesedihan.

Yang lain hanya saling pandang, tak ada yang berani bicara.

Namun dalam sekejap, Ivy sudah kembali menunjukkan senyuman lembut, seakan tak peduli dengan ucapan John barusan.

“Kamu nggak makan? Dari tadi duduk, tapi belum sentuh makanan sama sekali,” tanya Talita pada Ivy.

Ivy tersenyum, tangannya menyentuh perutnya dan menjawab, “Aku lagi hamil, nggak bisa makan makanan yang berminyak begini.”

Sambil bicara, dia juga menoleh ke John dengan ekspresi penuh makna.

Suasana menjadi semakin tegang, tak ada yang berani bersuara.

John tak menghiraukan tatapan Ivy dan malah menatap Talita dengan kening berkerut. Dia ingin bicara, tapi Talita lebih dulu buka suara,

“Oh, memang harus lebih hati-hati kalau lagi hamil.”

Nada bicaranya seolah tak menyadari ada yang aneh.

Namun tiba-tiba, Talita meletakkan alat makannya dan berdiri.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terpisah Antara Dua Dunia   Bab 18

    Tatapan John perlahan mulai fokus dan ekspresinya pun menunjukkan sedikit kehangatan.“Apa katanya?”“Katanya besok pagi jam sembilan, dia mau bertemu denganmu di Restoran Maxi untuk bicara lebih lanjut.”Malam itu, meskipun mabuk berat, John tetap tidak tidur nyenyak. Tepat jam tujuh pagi, dia sudah bangun dan langsung bersiap pergi ke Restoran Maxi.Tepat jam sembilan, orang itu datang sesuai janji.Dia adalah seorang pria bule yang fasih berbahasa Indonesia, namanya Ali.Dia menjabat tangan John dengan sopan, lalu mereka langsung masuk ke pembicaraan inti setelah duduk.“Kamu bilang bisa membantuku menemukan istriku?”“Iya, tapi sebelumnya, aku perlu tahu bagaimana kalian bertemu dan bagaimana kamu menyadari bahwa dia menghilang.”John pun menceritakan semuanya secara detail, dari awal pertemuan dengan Talita sampai akhirnya dia pergi.Ali menunduk sejenak, berpikir, lalu berkata, “Aku bisa pastikan bahwa istrimu adalah seseorang dari dunia lain. Dia datang ke dunia ini membawa sist

  • Terpisah Antara Dua Dunia   Bab 17

    John duduk di pantai Ocarina, menatap laut biru yang dalam. Di sekelilingnya berserakan keranjang-keranjang berisi botol kosong yang jatuh tak beraturan.Di pojok Ocarina, jendela pusat layanan wisata yang sudah tua tampak usang, tapi dari dalam terdengar melodi lagu [Hanya Kamu] yang sedang diputar.John mendengarkan iramanya, secara reflek ikut bersenandung pelan, tapi kemudian tiba-tiba terdiam dan tersenyum getir, lalu menenggak alkoholnya lagi.Di belakang, lewat sepasang kekasih muda. Detik sebelumnya, si perempuan masih sibuk bergaya minta difotoin pacarnya. Tapi begitu melihat wajah John, dia langsung berlari mendekat, menggenggam lengan sangat pacar dan berbisik, “Itu John, ‘kan? Artis yang lagi heboh, gara-gara selingkuh itu!”Pacarnya sempat bengong sebentar, lalu tersadar, “Oh! Kamu pernah cerita! Bahkan bilang kalau aku sampai berani selingkuh, kamu bakal gebukin aku sampai mati.”Wanita itu tertawa ngakak, “Pintar, masih ingat juga.”Lalu nadanya berubah, “Tapi nggak ku

  • Terpisah Antara Dua Dunia   Bab 16

    Talita terbangun dari kehampaan yang membingungkan dan mendapati dirinya terbaring di atas pasir. Dia menyipitkan mata, menunggu sampai matanya beradaptasi dengan cahaya, lalu perlahan duduk dan melihat sekeliling.Ocarina?Bukan, ini pantai Pulau Melur di dunia asalnya, tempat terakhir yang dia kunjungi sebelum pergi ke dunia lain.Dia berdiri dan menatap garis pantai yang membentang tanpa ujung, perasaannya menjadi tidak menentu.Sama-sama laut, tapi rasanya memang berbeda.Tiba-tiba, terdengar suara “ting” di dalam kepalanya, lalu muncul suara sistem, [Selamat datang kembali, tuan tercinta. Anda telah kembali ke dunia asal. Di dunia ini, keinginan yang anda inginkan dalam misi sebelumnya telah diwujudkan oleh sistem.][Mulai sekarang, perjalanan misi dinyatakan selesai. Semoga kita bisa bertemu lagi suatu saat nanti.]Seketika, kilatan cahaya putih menyilaukan matanya, disusul rasa sakit di pelipisnya dan kemudian semua jejak sistem pun lenyap dari pikirannya.Talita terpaku di temp

  • Terpisah Antara Dua Dunia   Bab 15

    “Aku benar-benar mencintainya, itu sungguhan, sama sekali bukan akting. Dia itu seperti hidup baruku, aku nggak bisa kehilangannya. Lagu [Hanya Kamu] itu memang hanya untuknya, tapi ….”Saat berkata sampai situ, suara John bergetar hebat. Dia menarik napas dalam-dalam beberapa kali untuk menstabilkan emosinya.“Tapi, aku tetap mengkhianatinya. Enam tahun saling kenal, tiga tahun pernikahan, aku tidak puas dengan hubungan yang terlalu datar. Aku berselingkuh dengan pemeran wanita di MV lagu [Hanya Kamu], karena dia sangat mirip dengan istriku waktu muda.“Dia terus terang bilang kalau dia mengagumiku, mengagumi cintaku pada istriku, bahkan iri pada istriku punya suami sepertiku. Dia beberapa kali menunjukkan ketertarikan, memberi sinyal dan aku jadi hilang arah, bahkan melakukan kesalahan.”“Sekali lagi aku minta maaf. Aku benar-benar sadar betapa besar kesalahan yang kuperbuat dan aku nggak akan mengulanginya lagi. Aku minta tolong semuanya bantu aku mencari istriku, dia … mungkin melo

  • Terpisah Antara Dua Dunia   Bab 14

    “Tapi kamu benar-benar nggak tahu diri. Berani-beraninya menantang Talita? Kalau hanya menggugurkan anak tanpa kasih pelajaran sedikit, mana cukup?!”Usai bicara, John menghempaskan dagunya dengan kasar, lalu mengeluarkan tisu dan mengelap jarinya dengan ekspresi jijik. Tak peduli bagaimana Ivy berteriak histeris dari belakang, dia tetap melangkah keluar dari rumah sakit tanpa menoleh sedikit pun.Begitu masuk mobil, bos dari agensi langsung meneleponnya.“John, bagaimana ceritanya soal selingkuh itu? Kamu gila, ya? Sudah tahu salah, malah membongkar aib sendiri?!”John menarik napas dalam-dalam, “Selingkuh itu memang salahku. Daripada nantinya dibongkar orang lain dan menyebar di internet, lebih baik aku yang mengakuinya. Setidaknya bisa sedikit mengurangi dampak negatifnya.”Di balik telepon, lawan bicaranya terdiam lama. Akhirnya hanya terdengar helaan napas berat, “Sudahlah, kamu ke kantor sekarang. Kita bahas cara menanganinya.”Begitu telepon ditutup, John memijat pelipisnya yang

  • Terpisah Antara Dua Dunia   Bab 13

    “Nggak berani keluar? Jadi kamu sendiri pun tahu sudah banyak berbuat salah dan sekarang malah ketakutan?”“Berani-beraninya bohong bilang pacarmu selingkuh dan kamu hanya mau pertahankan anak itu. Nggak takut kena karma?!”“Iya! Padahal kami sudah percaya sekali denganmu. Ternyata kamu hanya memanfaatkan kami untuk kepentinganmu sendiri!”Semakin dibicarakan, suasana pun semakin panas. Salah satu fans yang tidak tahan dan akhirnya melayangkan pukulan.Begitu satu orang mulai, yang lain pun ikut menyerbu.Situasi menjadi kacau balau.John berdiri di samping, menonton semuanya dengan ekspresi datar. Tapi, ada yang melihatnya dan langsung melayangkan satu pukulan juga, “Kamu juga bukan orang baik! Gayanya saja suami idaman, mencintai dan perhatian pada istri, ternyata aslinya busuk!”John merasakan sakit di wajahnya, tapi dia tidak membalas, bahkan tidak menghentikan mereka.Karena yang dikatakan mereka benar, dirinya memang bajingan.Keributan berlangsung sekitar lima menit, sampai akhi

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status