Beranda / Romansa / Tersembunyi di Balik Cahaya / BAB IV: Pria di Sebelahku

Share

BAB IV: Pria di Sebelahku

Penulis: thecheesywriter
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-10 03:28:04

Aku kedinginan.

Ketika aku membuka mata, saat itu kamar gelap gulita. Jendela tidak tertutup gorden, jadi aku masih bisa melihat cahaya bulan dan lampu dari sana. Dugaanku, sekarang masih subuh. 

Benar saja, ketika aku melihat ponselku, memang masih pukul lima.

Ngomong-ngomong, jika tidak menyadari kasur dan bantal yang kupakai berbeda, aku bahkan lupa jika aku ada di rumah Janice saat ini.

Dengan santai aku menyibak selimut dan menyalakan lampu. Barulah ketika aku mendapatkan pandanganku dengan jelas, mataku membola menyadari kasur itu tidak lagi kosong.

Maksudku, tidak hanya aku yang berada di sana sepanjang malam!

Ada seorang pria asing bertelanjang dada yang sedang tidur di sana!

Rasanya  jantungku terjun bebas ke bawah. Ini...bagaimana bisa semalaman aku tidur dengan seorang pria?!

Aku melihat diriku sendiri yang hanya mengenakan bra dan celana dalam renda hitam senada dan nyawaku hampir lepas. Aku tidak melakukan apa-apa semalam kan? Aku benar-benar cuma tidur saja kan?!

Ini...ini bohong kan? Bukannya aku sok polos untuk tidak melakukan hal seperti ini. Kebanyakan teman-temanku pernah tidur dengan pacar mereka. Aku sendiri belum pernah melakukannya meskipun punya pacar. 

Maksudku mantan pacar.

Makanya, ketika ini terjadi aku lebih terkejut. Bayangkan! Dengan pria asing! Ini lebih menakutkan ketimbang melakukannya dengan pacarmu!

Jantungku berdebar keras hingga rasanya aku bisa mendengar detak jantungku sendiri. 

Pelan-pelan, aku mendekati pria itu. Aku sedang berada di rumah Janice yang isinya hanya Janice dan Shane, tapi jelas-jelas ini bahkan bukan Shane. Rambut Shane pirang keemasan sementara rambut orang ini bahkan terlalu gelap untuk dibilang pirang.

Lalu siapa dia?

Aku melotot untuk kedua kalinya. Ini bahkan jauh lebih mengejutkan ketimbang mengetahui dirimu tidur dengan pria tidak dikenal. 

Aku mengenal wajah ini, sangat familiar. Aku sering melihatnya di banner, di televisi, dan di film yang baru saja kutonton minggu lalu. 

Wajah ini adalah milik seorang aktor dan penyanyi terkenal, Damien Cross!

Aku sama sekali bukan orang yang religius. Tetapi kali ini rasanya ingin berdoa dan menangis dalam doa sambil mengadu, "Oh Tuhan! Sebetulnya kehidupan macam apa yang Engkau berikan padaku?"

Karir yang gagal, pacar selingkuh, hidup hanya menyambung hari, dan sekarang tiba-tiba bangun di sebelah seorang Damien Cross? Aku tidak mengerti dosa apa yang kuperbuat di masa kehidupan sebelumnya.

Dengan panik aku buru-buru mengambil pakaianku yang anehnya terlipat rapi di atas sofa dan mengenakannya dengan tergesa. Lalu dengan setengah berlari keluar dari kamar berniat kembali duduk dan menunggu pagi di ruang tamu.

"Hei Sera, kamu sudah bangun rupanya. Mau minum? Ada teh dan kopi. Kamu lebih suka yang mana?"

Rupanya Shane bangun. Dia sedang duduk di kursi bar sambil memainkan gelas wine yang kosong. 

Aku tidak menjawab. Bukannya tidak mau, tetapi debar jantungku yang tidak mengizinkanku bicara. Aku cuma bisa menatapnya hingga dia mungkin merasa aku menginginkan sesuatu di tangannya.

"Aku pikir kamu lebih tertarik minum wine. Kamu mau segelas?"

Aku menggeleng keras, "Tidak, tidak terima kasih. Aku hanya ingin segelas air mineral."

Shane mengangguk, lalu bergegas memberikan segelas air padaku sementara aku mengambil tempat tepat di kursi bar sebelahnya.

Aku minum dengan rakus seolah segelas air itu adalah satu-satunya di dunia dan tidak ingin membagikannya pada manusia yang tersisa di bumi. Ketika aku selesai, aku mendengar tawa kecil di sebelah.

"Jika kamu bilang kamu melihat hantu di rumah kami sekarang, dengan wajahmu saat ini rasanya aku bisa percaya. Katakan padaku, apa kamu benar-benar melihat hantu?"

"Jauh lebih buruk dibanding hantu."

Shane menarik kursinya lebih dekat dan memandangku lamat-lamat, "Apa itu?"

Aku sempat ragu sesaat tapi kuputuskan untuk menanyakannya saja. Seharusnya jauh lebih baik bertanya ketimbang aku menyembunyikannya dan ketakutan sampai mati.

Aku menoleh ke kanan dan kiri, memastikan sekitar kami benar-benar kosong tidak ada orang dan mengecilkan suara, "Kamu...tinggal bersama Damien Cross?"

"Ah?" Ada tanda tanya di suaranya sebelum akhirnya dia tertawa, "Jadi kamu bertemu dengannya? Wah, aku tidak mengira dia akan pulang malam ini. Maafkan aku mengejutkanmu."

Perhatianku sepenuhnya terpusat pada Shane seolah-olah menjadi isyarat, 'Ayo jelaskan padaku!' atau 'Jelaskan kenapa Damien Cross ada di rumahmu!'.

Shane mengerti, dia berdehem dua kali untuk menghentikan tawanya dan memandangku serius, "Damien Cross adalah kakakku, kakak Janice. Dia saudara tertua kami. Seperti yang kamu tahu, menjadi aktor dan penyanyi secara bersamaan pasti sangat sibuk. Dia jarang sekali ada di rumah. Mungkin dalam setahun hanya beberapa kali. Kamu bertemu dengannya?"

"Bukan—" kataku cepat, "—jadi kamu memberikan kamar kakakmu untuk kutempati malam ini?"

Shane memandangku dengan kernyitan dalam di dahinya lalu menggeleng dengan pasti, "Tidak."

Rasanya aku ingin menangis saat ini. Aku benar-benar frustrasi. Aku berkata dengan tidak sabar, "Lalu mengapa kami tidur di kamar yang sama?"

Rahang Shane jatuh. Dia susah payah bertanya, "Kalian...tidur...di kamar yang sama?!"

Shane berkedip beberapa kali dan bertanya dengan panik, "Hei kamu yakin kamu tidur di kamar yang aku berikan?"

"Seratus persen yakin. Bukankah kamu sendiri yang mengantarku ke sana?"

"Kenapa kalian berisik sekali? Tidak bisakah kalian mengecilkan suara?" suara seseorang yang asing memutus ketegangan kami.

Aku dan Shane menoleh hanya untuk menemukan seorang Damien Cross berdiri dengan malas di tangga sambil bertelanjang dada.

Damien Cross memandangku acuh tak acuh sebelum berkata dengan malas, "Kamu pacar Shane? Senang bertemu denganmu. Aku pikir ini agak terlalu pagi untuk mengunjungi pacarmu. Kecuali jika kamu tidur di sini malam ini."

Aku memandang Shane horror, begitu juga dengan dia.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Tersembunyi di Balik Cahaya   Bab VIII: Bencana Paling Buruk dalam Kehidupan Seorang Gadis?

    Tidak ada yang lebih menegangkan dari pada ketika kamu tahu akan dijatuhi hukuman tetapi belum tahu hukuman jenis apa yang kamu dapatkan. Kondisi itu adalah keadaanku saat ini. Aku benar-benar gugup hingga jantungku berdetak dua kali lipat lebih keras. Aku merapalkan doa dalam hati berkali-kali. Aku bahkan tidak tahu berapa kali aku berkata dalam hati, "Tuhan, tolong lembutkan hatinya agar dia meminta kompensasi serendah-rendahnya padaku. Jika dia memang meminta kompensasi yang sangat rendah padaku, aku akan memberikan jasaku gratis dua kali untuknya."Yang tidak aku prediksi adalah Janice. Dia sedari tadi agak gusar dan tampaknya apa yang dia pikirkan tidak bisa dia tahan lagi, jadi dia dengan ceroboh berkata, "Damien, dia tidak sepenuhnya salah. Aku pikir kesalahan kami sebagai tuan rumah juga besar karena tidak mengantarnya sampai ke kamar. Dia hanya seorang tamu."Apakah Janice yang terlihat seperti iblis baru saja berteman dengan seorang malaikat? Dia terlihat seperti malaikat

  • Tersembunyi di Balik Cahaya   Bab VII: Kompensasi?

    Damien Cross adalah selebriti pria yang agung dan sulit dihadapi. Aku pikir dugaanku barusan itu benar-benar akurat. Lihatlah, sekarang kami bukan cuma bertiga, tetapi berlima duduk melingkari meja bersama Damien Cross dan manajernya! Sampai saat ini belum ada yang bersuara. Sejauh yang dapat kulihat cuma Damien duduk dengan punggung lurus dan berwajah muram. Aku mengerti kenapa dia sebegitu muramnya. Siapa juga yang akan terlihat baik-baik saja setelah tertangkap kamera tidur dengan wanita tidak dikenal di rumahnya? Dia pasti berpikir aku adalah fans gila yang mencoba mengambil keuntungan darinya! "Ehm...Nona Seraphina benar?" kata manajernya dengan sopan. Suaranya agak dalam tetapi lembut. Manajernya ini adalah seorang pria muda berkacamata dengan rambut hitam dengan potongan comma hair. Dalam sekali lihat saja aku tahu, dia pria yang tampan. Tentu saja tanpa membandingkannya dengan Shane yang secara genetik tampan atau Damien Cross yang jelas-jelas selebriti. "Ya, aku Sera

  • Tersembunyi di Balik Cahaya   Bab VI: CCTV Rumah

    "Bagaimana bisa?" setelah hening yang agak lama, aku masih belum bisa memproses apa yang terpampang di sana di otakku. Maksudku, aku tahu memang itu kejadian yang nyata. Tetapi bagaimana mungkin ada yang tersebar ke publik! "Kamu yang menyebarkannya, Shane?" aku bertanya dengan ragu-ragu. Dalam benakku, tidak mungkin ada yang menyebarkan hal ini kecuali Janice atau Shane. Hanya mereka berdua yang ada di rumah itu selain aku dan Damien. Jika dipersempit kemungkinannya, cuma Shane yang bisa karena hanya dia satu-satunya yang mengetahui bahwa aku tidur di ranjang yang sama dengan kakaknya. Tetapi...bagaimana bisa? Shane juga baru kuberitahu keesokan harinya. Shane tersenyum masam sambil mengeluarkan ponselnya, "Jelas bukan aku. Untuk apa aku menyebarkan rumor tentang Damien? Aku tidak mungkin melakukan sesuatu yang akan merepotkan diriku sendiri ke depannya. "Dia menunjukkan ponselnya padaku yang memuat gambar aku dan Damien pada malam itu. Dengan lihai, dia memperbesar gambar it

  • Tersembunyi di Balik Cahaya   BAB V: Berita Terpanas!

    Tidak perlu dikatakan lagi, rasanya Shane dan aku berbagi pikiran yang sama saat ini. Sekarang, aku memandang wajahnya yang kaku dan pucat pasi. Jika di hadapanku ada cermin, seharusnya kami tidak jauh berbeda."Itu tidak benar, Sera bukan pacarku. Dia teman Janice." kata Shane pada akhirnya."Oh benarkah?" kata Damien acuh tak acuh.Dia cuma memandangku sekilas dan mengangguk kemudian melambaikan tangan sambil berkata, "Kecilkan suara kalian, aku kembali.""Oke..." sahutku dan Shane berbarengan."Kamu betul-betul tidur dengan Damien?" Shane mengecilkan suaranya. Dia menarik kursinya lebih dekat lagi. Ekspresi wajahnya yang panik jelas-jelas tidak tersembunyi.Aku memutar bola mata dan berdecak pelan lalu memandangnya dengan malas, "Itu benar. Tidur dalam arti sebenarnya. Ketika aku bangun, kakakmu ada di sampingku tanpa pakaian...persis seperti tadi.""Kamu yakin tidur dalam arti sebenarnya?"Aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal. Ini, pertanyaan ini, aku juga tidak tahu apa yang

  • Tersembunyi di Balik Cahaya   BAB IV: Pria di Sebelahku

    Aku kedinginan.Ketika aku membuka mata, saat itu kamar gelap gulita. Jendela tidak tertutup gorden, jadi aku masih bisa melihat cahaya bulan dan lampu dari sana. Dugaanku, sekarang masih subuh. Benar saja, ketika aku melihat ponselku, memang masih pukul lima.Ngomong-ngomong, jika tidak menyadari kasur dan bantal yang kupakai berbeda, aku bahkan lupa jika aku ada di rumah Janice saat ini.Dengan santai aku menyibak selimut dan menyalakan lampu. Barulah ketika aku mendapatkan pandanganku dengan jelas, mataku membola menyadari kasur itu tidak lagi kosong.Maksudku, tidak hanya aku yang berada di sana sepanjang malam!Ada seorang pria asing bertelanjang dada yang sedang tidur di sana!Rasanya jantungku terjun bebas ke bawah. Ini...bagaimana bisa semalaman aku tidur dengan seorang pria?!Aku melihat diriku sendiri yang hanya mengenakan bra dan celana dalam renda hitam senada dan nyawaku hampir lepas. Aku tidak melakukan apa-apa semalam kan? Aku benar-benar cuma tidur saja kan?!Ini...i

  • Tersembunyi di Balik Cahaya   BAB III: Terjebak di Rumah Janice?!

    Memangnya apa yang kutahu tentang Janice si gadis sial selain dia menyebalkan?Tidak ada.Tetapi apakah teman-teman gadis itu juga tahu tentang hal ini?Aku berpikir sebentar sebelum menggeleng pelan. Lupakan, aku bahkan tidak ingat Janice punya teman. Tuhan, sebenarnya apa yang aku lihat di depan mataku saat ini? Seorang pria tampan yang sangat tinggi dengan malasnya membuka pintu rumah mewah dengan kaus putih besar dan celana pendek sebetis.Dia memandangku agak lama dengan alis terangkat karena aku tidak kunjung berbicara. "Cari siapa?" tanyanya.Aku merasa malu dalam hati karena bisa-bisanya malah tersihir oleh pria tampan lalu gelagapan dengan panik, "Janice. Apa benar dia tinggal di sini?""Oh Janice," dia mengangguk pelan sambil memandangku dari atas ke bawah dan kembali lagi dari bawah ke atas, "Aku tidak menyangka ternyata dia punya teman. Bagus untuknya."Aku tersenyum canggung hingga gigiku terasa kering."Kamu yang pertama.""Apa?" tanyaku. "Kamu teman Janice yang perta

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status