Share

82. Curiga

last update Last Updated: 2025-08-23 05:50:48

**

"Apa saya perlu mencari tahu kebenarannya, Tuan?" Felix mengekori Giovanni yang berjalan dalam langkah lebar, kembali menuju garasi. "Saya bisa mencari informasi dalam waktu singkat saja."

"Tidak perlu," tukas Giovanni tajam. "Entah mengapa aku rasa akan buruk jika kau menyelidikinya. Biarkan saja, aku akan mempercayai Bella kali ini."

Felix bergumam mengiyakan walau dalam hati ia sangat heran. Tidak biasanya sang ketua melakukan hal ini. Giovanni jelas bukan tipe yang mudah mempercayai sesuatu. Bukan tipe yang akan membiarkan kebenaran tidak terungkap. Tapi Felix juga mengerti, Giovanni hanya akan melakukan ini kepada Bella saja. Tidak akan pernah kepada orang lain.

"Anda akan ke mana sekarang, Tuan?" Felix bertanya lagi sementara membukakan pintu mobil untuk sang tuan.

"Pelabuhan."

"Apakah anda ada janji temu di sana?"

"Tidak. Aku hanya merasa ada yang tidak beres. Aku akan memeriksa ke sana. Lagipula, rasanya sudah lama aku tidak menengok markas pelabuhan."

Felix mengangguk deng
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   83. Menemukan Damian

    **Giovanni jarang masuk ke dalam gudang bawah tanah barnya. Namun ia cukup tahu, tempat itu bukanlah tempat untuk menyimpan persediaan wine atau alkohol yang lain. Cuaca cerah dan sinar matahari yang berkilauan di luar mendadak saja terblokir dengan sempurna saat ia menuruni tangga kayu. Suasana berubah temaram seperti hampir malam, dengan aroma laut yang lebih lembab di sini.Ruangan itu luas. Setidaknya cukup luas untuk menampung sekitar lima belas orang tawanan yang kesemuanya sudah babak belur. Beberapa di antaranya bahkan sudah tak sadarkan diri.Giovanni berhenti di dasar tangga, menatap gelap kepada para tawanan dengan pandangn dingin."Katakan," ujarnya tajam, "siapa bos kalian?"Tidak ada yang menjawab. Maka sang Don merogoh saku celananya untuk mengeluarkan pistol, lalu menodongkan senjata api itu kepada belasan pria yang babak belur."katakan!" ulangnya dengan suara meninggi.Masih diam.DARR!Sedetik setelah pelatuk pistol ditekan dan salah seorang tahanan terjungkal denga

  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   82. Curiga

    **"Apa saya perlu mencari tahu kebenarannya, Tuan?" Felix mengekori Giovanni yang berjalan dalam langkah lebar, kembali menuju garasi. "Saya bisa mencari informasi dalam waktu singkat saja.""Tidak perlu," tukas Giovanni tajam. "Entah mengapa aku rasa akan buruk jika kau menyelidikinya. Biarkan saja, aku akan mempercayai Bella kali ini."Felix bergumam mengiyakan walau dalam hati ia sangat heran. Tidak biasanya sang ketua melakukan hal ini. Giovanni jelas bukan tipe yang mudah mempercayai sesuatu. Bukan tipe yang akan membiarkan kebenaran tidak terungkap. Tapi Felix juga mengerti, Giovanni hanya akan melakukan ini kepada Bella saja. Tidak akan pernah kepada orang lain."Anda akan ke mana sekarang, Tuan?" Felix bertanya lagi sementara membukakan pintu mobil untuk sang tuan."Pelabuhan.""Apakah anda ada janji temu di sana?""Tidak. Aku hanya merasa ada yang tidak beres. Aku akan memeriksa ke sana. Lagipula, rasanya sudah lama aku tidak menengok markas pelabuhan."Felix mengangguk deng

  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   81. Sikap Dinginmu

    **Cahaya matahari yang mulai bergeser ke tengah langit menyusup ke sela jendela tinggi Mansion Casa Nero saat mobil Isabella memasuki halaman depan. Mesin mobil baru saja dimatikan ketika suara bentakan terdengar dari dalam rumah, membuat Isabella menegakkan punggungnya di kursi dengan kaget.Tanpa membuang waktu, ia turun dan berjalan cepat ke arah pintu utama. Suaranya—keras, tajam, dan penuh kemarahan—tak asing baginya.Itu Giovanni. Tidak salah lagi.Begitu Isabella memasuki ruang tengah, pemandangan di hadapannya membuat jantungnya mencelos. Giovanni berdiri tegak, satu tangan mengacungkan pistol ke arah Marco yang bersimpuh setengah lutut. Wajah Marco pucat, dan keringat mengalir di pelipisnya.“Gio!” seru Isabella, nyaris berlari. “Berhenti! Apa yang kau lakukan kepadanya?”Giovanni menoleh, matanya merah dan rahangnya mengeras. Tapi ia belum menurunkan senjata, yang ujungnya nyaris menyentuh kening sang bawahan.“Apa yang kau pikirkan, Marco?” desisnya dingin. “Kau izinkan is

  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   80. Weird Confession

    **Langit San Diego cerah membentang tanpa awan, sementara matahari siang menggantung tinggi dan memantulkan kilau keemasan di atas permukaan laut yang beriak lembut. Suara kendaraan sesekali melintas di jalan utama yang berbatasan langsung dengan hamparan pasir putih dan deretan kedai kopi bergaya pesisir. Angin laut menerpa ringan, membawa aroma asin yang bercampur dengan wangi kelapa dari kios minuman terdekat.Isabella memarkir mobil sport-nya tak jauh dari trotoar, tepat di depan sebuah kafe kecil yang menghadap ke pantai. Gaun putih yang membalut tubuhnya berkibar ringan tertiup angin saat ia turun dari kendaraan. Kacamata hitam besar menutupi setengah wajahnya, namun sorot matanya tetap tajam dan penuh waspada.Tadi pagi, ia meyakinkan anak buah Giovanni bahwa ia hanya akan pergi mengambil sampel dari vendor di hotelnya. Mereka sempat keberatan, tentu saja. Tidak mungkin membiarkan Nyonya Estes berkeliaran sendirian tanpa penjagaan.“Signora Isabella, kami tidak bisa membiarkan

  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   79. Diamond Necklace

    **Mentari menyelinap perlahan melalui celah-celah tirai putih yang melambai lembut oleh angin laut. Aroma asin dari Samudra Pasifik menyeruak masuk ke dalam ruang makan besar di Mansion Casa Nero, rumah tepi pantai bergaya Mediterania yang megah dan tenang. Isabella duduk sendirian di meja panjang dari kayu ek, masih dalam balutan jubah sutra tipis berwarna champagne. Di hadapannya, secangkir kopi masih mengepulkan aroma, sementara tatapannya tertuju pada sebuah kotak kecil berbalut pita perak di atas meja.Kotak itu datang pagi ini—diserahkan langsung oleh kurir khusus, tanpa keterangan pengirim. Awalnya Isabella mengira itu kiriman dari Giovanni, suaminya, yang memang dikenal murah hati meski akhir-akhir ini terlalu sibuk untuk sekadar sarapan bersamanya.Dengan rasa ingin tahu yang perlahan berubah menjadi waspada, Isabella membuka kotak itu. Di dalamnya, bertengger anggun sebuah kalung berlian—desain klasik dengan satu batu utama berbentuk tetes air, dikelilingi berlian-berlian k

  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   78. Sudut Pandang Damian

    **Di pinggiran kota San Diego, jauh dari gemerlapnya kota cantik itu, tersembunyi di balik hutan pinus yang lebat, berdiri sebuah rumah megah berarsitektur klasik Eropa. Bangunan itu nyaris tak terlihat dari jalan raya, tertutup pepohonan dan tembok tinggi bercat abu-abu gelap. Tak seorang pun mengira bahwa rumah itu bukan sekadar hunian—melainkan markas rahasia milik Damian Estes.Malam telah jatuh sempurna. Hujan gerimis menetes pelan di atap kaca rumah itu, menciptakan irama monoton yang bergema di seluruh ruangan. Di sebuah ruang kerja luas berlampu temaram, Damian duduk sendiri di kursi kulit hitamnya yang megah, menghadap deretan layar monitor yang menampilkan rekaman dari berbagai kamera pengintai. Foto-foto bertebaran di atas meja di hadapannya.Salah satu layar memperlihatkan tangkapan gambar CCTV—sebuah adegan dari lobi Paradise Hotel. Seorang pria berjas hitam berdiri mematung di depan resepsionis, menatap lurus ke arah kamera. Wajahnya tegas, matanya tajam. Itu adalah dir

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status