Share

That Dragon is Mine (INDONESIA)
That Dragon is Mine (INDONESIA)
Penulis: Cindy Chen

Bencana

June Hanson berjalan masuk ke dalam club malam itu masih dengan pakaian kantornya. Ia mengenakan blazer abu-abu, kemeja putih tipis, span pendek yang senada, dilengkapi dengan high heels hitam yang mengekspos kaki jenjangnya. Rambut pirang panjangnya, yang tadinya dicepol rapi, ia lepaskan begitu saja sehingga indah tergerai ke belakang bahunya. Ia terlihat menawan dengan mata biru dan kulit tanpa celanya itu, tapi June sama sekali tidak mempedulikan penampilannya, atau banyaknya mata pria yang memandangnya. Suasana hatinya buruk, bahkan sangat buruk.

Ia langsung duduk di bar, memesan double scotch, lalu dia merenungi nasib buruk yang baru saja menghantamnya. Sebagai seorang sekertaris direktur yang terbilang mulus dalam perjalanan karirnya selama beberapa tahun terakhir, tidak diduga ia dipecat begitu saja. June dipecat hari ini hanya karena istri direkturnya menganggapnya terlalu cantik untuk menjadi sekertaris suaminya. Sebuah pemecatan yang amat tidak berdasar. June menendang kaki meja barnya, membuat ujung jarinya terasa sakit.

“Scotchmu, miss,” kata bartender sambil menyodorkan gelas bening yang terasa dingin itu. June menenggaknya cepat untuk mendinginkan kepala dan hatinya.

“Lagi!” katanya pada sang bartender.

“Okay, miss,” katanya sambil mengisi ulang scotch dan es batu di gelas June.

Entah sampai berapa kali lagi June minta gelasnya diisi ulang. Ia mulai merasa tenang, segalanya terasa numb di hatinya. Ia tidak ingin berhenti. Ia terus minum sambil menggoyang-goyangkan kepala dan badannya mengikuti irama musik yang dimainkan keras-keras itu.

“Double scotch untukku, dan untuk lady di sebelahku ini. Aku yang bayar semua,” kata seorang pria tiba-tiba.

June menyipitkan matanya untuk melihat lebih jelas. Pria itu mengenakan suit yang bagus dan mahal, keluaran musim terbaru designer kenamaan. Dia tinggi dan tampan, rambutnya berwarna coklat terang sewarna dengan matanya yang indah. Garis rahangnya tegas dan hidungnya mancung, mengingatkan June pada patung-patung dewa Yunani. Pria itu tersenyum memamerkan gigi-giginya yang rapi dan lesung pipitnya yang menawan. June tidak keberatan ditraktir pria seperti ini, atau mungkin karena June sudah mabuk.

“Hai, kelihatannya kamu sedang dalam masalah,” katanya ramah.

“Dari mana kamu tahu? Apakah kamu cenayang? Ah, tidak, suitmu terlalu bagus untuk itu,” jawab June sambil tersenyum dan menopang dagunya dengan satu tangan.

“Tidak perlu cenayang untuk melihat itu,” katanya sambil tertawa. Astaga, tawanya begitu menawan. Berwibawa tapi tidak berlebihan.

“Aku Drake, siapa namamu?” tanyanya sambil menyodorkan tangan kanannya.

“June,” jawab June sambil menjabat tangan yang terasa hangat itu.

Mereka larut dalam obrolan yang June sendiri tidak tahu tentang apa. Yang jelas, mereka tertawa. Rasanya pria tampan bernama Drake itu lucu. Kemudian mereka berdansa dan Drake melingkarkan tangannya di pinggang June. Hal berikutnya yang June tahu adalah mereka sudah berada di sebuah kamar hotel mewah, saling menautkan bibir satu sama lain. Pria itu membuka pakaian June dengan tidak sabar dan membuangnya ke lantai, hanya menyisakan high heels dan stocking hitam June saja.

Berikutnya, segalanya terasa samar, June nyaris tidak ingat apa yang dia lakukan. Ia hanya ingat tubuh indah penuh otot mendekap erat tubuhnya. Ia ingat betapa hangat dan menyenangkannya setiap sentuhan dari pria itu. June ingat bagaimana ia mendesah saat tubuh mereka menyatu di atas kasur empuk itu. Aroma vanila musk yang terkuar dari dada berotot itu. June menikmati sensasi lidah pria itu di setiap inci tubuhnya, membuatnya merasakan kenikmatan yang belum pernah ia rasakan. June menyukai saat Drake seolah memujanya dengan menyusuri kaki jenjangnya yang masih terbalut stoking dan memakai high heels itu.

“Aku suka kaki jenjangmu, menarik perhatianku sejak pertama kali aku masuk ke dalam club,” katanya dengan suaranya yang berat dan seakan mampu menghipnotis. Hati June bergetar.

Drake menyusuri lehernya hingga ke bagian dadanya lalu kembali lagi ke lehernya, berulang kali seperti itu. Manis dan lembut, membuat June merasa menjadi wanita paling diinginkan di seluruh dunia ini. Entah karena bergelas-gelas scotch yang telah ia minum, atau karena bercinta dengan Drake terasa senikmat ini. June tidak ingin segalanya cepat berakhir. Ia sadar saat ia seolah menari-nari di atas tubuh Drake, menikmati nikmatnya berada di sana, dengan tangan besar itu menyentuh setiap inci kulitnya.

June tidak bisa mengingat apa yang terjadi setelahnya. Hal berikutnya yang ia tahu adalah ia terbangun dalam keadaan telanjang, di atas tempat tidur yang berantakan, sendirian. Setumpuk uang yang jumlahnya mungkin ribuan dolar ada di atas nakas dengan secarik kertas bertuliskan kata 'Thank You'.

“Shit!” seru June saat menyadari apa yang terjadi.

Semalam ia dijadikan wanita bayaran oleh seorang laki-laki yang sama sekali tidak ia kenal. Harga dirinya terluka sedalam-dalamnya karena pria sialan bernama Drake itu. June berteriak sambil meremas seprai lembut itu. Air mata meluncur turun bahkan tanpa ia sadari hingga membasahi selimut tebal yang menutupi tubuhnya. June bukan wanita murahan, dia tidak pernah seperti ini. Dalam satu hari saja ia kehilangan pekerjaannya, lalu seolah-olah menjual tubuhnya pada pria tidak dikenal.

Sialnya, June harus mengambil uang ribuan dolar itu sebab ia tidak punya pekerjaan dan butuh uang untuk beberapa waktu sampai ia mendapat pekerjaan baru. Tabungannya mungkin tidak akan cukup. June mengumpat dirinya sendiri saat ia memasukkan semua uang itu ke dalam tas tangannya.

June mengutuki dirinya sendiri karena tidak menanyakan nama belakang pria itu. Sekarang bagaimana caranya menemukan pria itu di kota New York. Berapa banyak Drake di kota New York? Ia menendang kaki ranjang hotel saking kesalnya, namun itu hanya membuat jari-jari kakinya sakit dan memerah. June melompat-lompat kesakitan.

“Shit!” umpatnya lagi sambil berjongkok di atas karpet lembut yang melapisi lantai hotel itu. June memeluk lututnya, lalu terisak. Jika bertemu lagi dengan pria itu, June bersumpah akan membalas dendam. Dengan cara paling kejam di dunia, cara apapun itu, June pasti akan membalaskan dendamnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status