The Lycan’s Claim On The Rejected Omega

The Lycan’s Claim On The Rejected Omega

last updateLast Updated : 2024-05-31
By:  AUTHOR_DANNYCompleted
Language: English
goodnovel18goodnovel
10
9 ratings. 9 reviews
225Chapters
26.8Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

“A man like me usually has patience. But with you, I’ve exhausted it all. Everyday, you leave me craving you, needing you in my bed like a mad man. Scarlet, what do you want from me?” He growled, staring deep into her green eyes. “Time.” She whispered, her voice barely audible. “I don’t have time!” His voice rumbled with slight annoyance and a hint of jealousy. “Your heart is torn between me and Brad, isn’t?” “Brad is my mate, my fated mate. And —“ “And who am I to you?” He pulled her closer to himself. “You’re mine, Scarlet. Every inch and depth of you is mine. And I won’t let that undeserving boy have you. May the best man win your heart.” ********************** Bullied and mocked her entire life, Scarlet always dreamed of the day she would find a mate. Someone to love and cherish her. But on her eighteenth birthday, she was rejected by the boy she was fated to love. Unusual red hair, awkward social life, and a complete nerd, she did not expect to be ever wanted again by anyone. But everything changed when she realized she was given a second chance mate–a lycan prince. Driven by jealousy, her first mate wants her back and the prince would rather die than let her go. Now desired by the two most powerful boys in college, what choice would she make? And how would she navigate her complex love life with them?

View More

Chapter 1

Chapter One

 Ketegangan terjadi di sebuah padang salju. 

"Bodoh sekali dia, mau menuruti semua omonganku," gumam Aurora.

"Apa lagi?" tanya seorang remaja pria padanya.

"Cium dan cintai aku! Lupakan bahwa kau punya hati untuk orang lain. Hapus semua rasa cintamu kepada siapapun," pinta Aurora.

Pria itu tidak menolak, ia langsung saja mengambil langkah mencium erat bibir gadis di hadapannya.

Seorang gadis sebaya dengan pria itu tersimpuh rapuh memohon-mohon.

"Jangan lakukan itu, aku mohon jangan cium dia!" pekiknya tak berdaya.

Pria itu tidak menghirau sedikit pun. Ia benar-benar melupakan seluruh cinta dalam dirinya, dan secara rakus menikmati kejadian itu.

Gadis yang tersimpuh itu beberapa kali mengerang semakin kesakitan saat pria itu semakin asyik dengan Aurora.

Setelah beberapa waktu, Aurora melepaskan ciumannya. Memastikan tidak ada lagi cinta di dalam hati pria itu.

Aurora membekukan tubuh sang pria itu, lantas berkata, "Bodoh! Pria egois bernafsu sepertimu harus dihukum!" teriak Aurora.

"Pria yang dengan bangga baru saja menghianati kekasihnya demi keegoisan! Lihatlah apa yang kau hasilkan? Hukuman harus di jatuhkan terhadap sebuah kesalahan," jelasnya.

"Tidaak! Jangan hukum dia.... Dia pangeranku," ucap gadis itu sambil terus menahan sakit di jantungnya.

Pria itu tadinya benar-benar kehilangan rasa cinta. Sampai Aurora melancarkan kekuatannya mengutuk pria itu.

Pria tampan dengan pakaian hangat bermotif buku itu terlempar ke udara. Jiwanya mulai sadar dan berkata,

"Maafkan aku, aku terlalu egois untuk benar-benar bisa mencintaimu, maaf–"

"Tidaaak!!"

Gadis itu berteriak begitu kencang melihat orang yang dia cintai harus kembali dikutuk di hadapannya dan dia tidak dapat berbuat apa-apa.

"Mereyaaa!!" pekiknya mengudara. Tubuh gadis itu perlahan mulai lenyap, menghilang menjadi sebuah hembusan angin.

Deg!

"TIDAKKK!!" teriak Anila ketakutan. Napasnya tersengal-sengal. 

Malam itu sungguh berlalu dengan buruk baginya. 

Gadis bernama Anila itu kembali merebahkan tubuhnya di ranjang. Berusaha menenangkan pikirannya yang kacau. 

"Syukurlah hanya mimpi, mungkin diriku terlalu banyak menonton film fantasy semalam," Anila menghela napas lega.

Mimpinya barusan membuatnya melupakan suatu hal.

"Oiya! akukan hari ini ulang tahun," kata gadis  itu terperanjat bangun. Dia melempar selimutnya dan bergegas membuka pintu.

"Selamat ulang tahun, Anila..." sahut Kakak, Adik dan Ibunya yang mengejutkannya di depan pintu. Kakaknya membopong kue ulang tahun tertancap lilin 17.

"Happy birthday, kak Anila..." ucap adiknya yang berusia 8 tahun itu.

Suasana haru tercipta. Iringan lagu ulang tahun bersama-sama dilantunkan sembari Anila memotong kue.

"Terimakasih banyak ya..." ucap Anila tersenyum haru.

"Eits, jangan senang dulu...  masih ada kejutan lagi," potong kakaknya Anala.

"Masuk kamar sekarang, lihat meja belajarmu," lanjutnya.

Anila menyeringai tak percaya, senyumnya lebih mengembang lagi melihat tumpukan hadiah.

"Makasih, Kak. Makasih, Bu, bener-bener makasih semuanya... hadiah sebanyak ini dari siapa aja, Bu?"

"Dari kita, dan dari..." Ibunya menjawab dengan tersenyum menggoda.

"Sudahlah, kan ada namanya. Baca sendiri aja. Dadah" kakaknya melambai keluar kamar "Ayo bu kita keluar,"

"Kak... " Anila berteriak.

"Baca sendiri!" sahut kakaknya juga ikut berteriak.

Anila hanya menggeleng senang. Menatap setiap kado yang diberikan. Memilih beberapa kado yang akan dibukanya lebih dulu.

"'Wah, yang ini bagus yah," simpulnya. 

Anila melihat sebuah kotak dibungkus kertas kado berwarna emas. Di atasnya terdapat pita hijau yang ditalikan rapi. 

Anila membukanya perlahan. Di dalamnya terdapat sebuah buku diary, seakan yang memberikan itu tahu, bahwa buku diary milik Anila telah habis beberapa waktu lalu. 

"Ini sangat indah," pujinya.

Buku dengan tebal 140 lembar halaman, bersampul warna biru langit malam. Ada sebuah gambar seorang lelaki. Berdiri menggunakan jaket di sebuah padang salju dengan rembulan di atasnya bertuliskan 'Mereya' pada sampul depan.

Dibelakang sampulnya bertuliskan 

'Setiap tulisan adalah mantra. Setiap mantra dapat membuat sebuah keajaiban.'

Anila merasa begitu heran ketika membalik dan membaca tulisan di belakangnya. Terdiam sejenak. Lantas, Ia berlari ke dapur. 

"Ibu, ini dari siapa?" tanyanya menunjukkan buku di tangannya.

Ibunya yang sedang memotong bumbu, mengamati sebentar kemudian hanya mengangkat bahu.

"Ibu, yang benar saja. Ini dari siapa?" tanya Anila lagi memastikan. 

"Benar, Ibu tidak tahu. Setahu Ibu tidak ada yang memberikanmu buku."

"Lah?" Anila semakin penasaran, dia berlari ke kamar kakaknya. 

"Kak ini dari kakak?," kembali mengangkat tangannya, menunjukkan buku itu.

"Bukan,"  jawab kakaknya singkat, melanjutkan menyisir rambutnya.

"Ayolah, Kak. Gak usah bohong deh, Ini ulang tahun Anila..." 

"Bohong bagaimana? Seisi rumah  aja Kakak semua yang bungkus kadonya, dan  memang gak ada yang ngasih kado kamu buku, Nay," - Anala berpikir sebentar - "Eh, gatau deng kalau Gata yang ngasih, soalnya semeja itu sebenernya yang ngasih kado kamu cuma, Aku, Ibu, Ayar, sama Gata doang. Hahaha...." 

"Oke" Anila pergi.

Anila bertekat menanyakannya pada Gata besok. Di sekolah.

* * 彡* *

Awan putih berjalan berdampingan di pagi yang cerah, pepohonan ikut berjalan bersamaan dengan laju motor Anila menuju ke sekolah. 

Gadis sederhana dengan pakaian rapi dan tas digendong lekat di punggung. Jilbabnya menjulur menutupi seluruh bagian tubuhnya. Anila bukan termasuk gadis yang cantik dan suka mengikuti perkembangan dunia modern seperti teman-temannya.

Dirinya adalah gadis yang periang. Namun, karena kejadian beberapa tahun lalu. Saat Anila terjatuh, pipinya terluka. Hal  itu menimbulkan bekas yang tidak bisa hilang.

Berbagai cara telah dicoba. Namun, hasilnya tetap nihil. Kini di pipinya terdapat sebuah keloid yang membuatnya nampak buruk di beberapa anak. Hingga, tidak ada yang mau lagi berteman dengannya di kelas.

Hari itu, sekolah masih sangat lenggang.

Anila selalu berangkat pagi-pagi sekali. Bahkan, lebih pagi sebelum satpam sekolah membuka pintu gerbang. Tidak perduli seberapa banyak masalah yang menimpa. Senyumnya selalu mewarnai isi dunia ketika pagi hari tiba. 

 Anila duduk sendirian menunggu petugas sekolah membuka gerbang masuk. Sudah lebih dari sepuluh menit Ia menyibukkan dirinya dengan bernyanyi-nyanyi sendiri. Namun, tidak juga gembok itu diberikan pasangannya. 

Krieet! 

"Nah, Alhamdulillah. Selamat pagi Pak Wan, kok tumben si lama banget buka pintu gerbangnya, biasanya kan jam enam-an udah dibuka," tanya Anila pada Pak Wandi, penjaga sekolahan. 

"Udah Anila, kamu ini. Udah besok kamu aja lah yang bawa kuncinya. Bapak tadi kesiangan. Semalam Bapak harus lembur keliling sekolahan buat jaga," jawab Pak Wandi membuka gerbang. 

"Hehe, maaf Pak... mari pak...,"

Anila berjalan menunduk melewati pak Wandi, lantas beranjak mencari kelas.

Sekolah cepat sekali ramai. Sedari tadi, Anila mencari Gata untuk menanyakan tentang buku itu. Sampai sekarang, dirinya tidak juga melihat tanda-tanda kedatangan Gata. 

Anila menunggu lama di taman sekolah.

Bayangkan! Anila menunggu dari gerbang belum dibuka, hingga bel kini berdering.

Jadwal pelajaran hari ini adalah olahraga. Sebuah pelajaran yang tidak terlalu penting tetapi sangat menyusahkan umat manusia.

Apalagi manusianya seperti Anila, Ia sangat membencinya, sebab tak ahli dalam bidang itu. Lebih baik dia disuruh menghafal 45 nama Kerajaan di Indonesia beserta Rajanya pun. Tidak apa-apa.

"Ayo anak-anak segera keluar," perintah pak Malik menyuruh siswa kelas Anila segera bergegas kelapangan.

Seluruh siswa sedang sibuk sendiri-sendiri berganti pakaian. Beberapa anak lain sudah bersemangat keluar lebih dulu.

"Ayo guys.... Gass ke lapangan voli," ajak Erika pada ke tiga temannya. Ilona, Maya, dan Dasha.

Mereka bergaya jumawa, sudah merasa anak orang kaya dan paling cantik di antara yang lainnya. Berjalan mendorong Anila dari bingkai pintu. Anila barusan datang dari kamar mandi mengganti baju.

"Minggir, Nenek reot!," ucap Erika.

Anila hanya menerima apa pun hinaan teman-temannya. Itu sudah biasa baginya.

Kelas sudah kosong. Tidak ada satupun anak di sana. Anila sudah mengantri sejak awal, tetapi selalu kalah, di marah oleh anak-anak lain. Jadi, tiba gilirannya yang paling terakhir. 

Anila yang menyadari dirinya telah tertinggal. Berlari terburu-buru memasuki gerbang aula lapangan voli.

Semua anak telah siap dengan kelompoknya masing-masing. Seketika semuanya tiba-tiba hening, menatap Anila yang datang terlambat.

"Kenapa kok bisa terlambat Anila?," tanya pak Malik.

"Maaf pak tadi saya..."

"Sudah tidak perlu dijelaskan. Tadinya seperti biasa, ketua kelaslah yang mengambil bola. Berhubung hari ini kamu terlambat, jadi satu bulan ke depan kamu yang akan membawa semua bola dan peralatan untuk jam olahraga. Termasuk hari ini. Ambil semua peralatan voli sekarang di gudang!" bentak Pak Malik. 

Anila menunduk.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Welcome to GoodNovel world of fiction. If you like this novel, or you are an idealist hoping to explore a perfect world, and also want to become an original novel author online to increase income, you can join our family to read or create various types of books, such as romance novel, epic reading, werewolf novel, fantasy novel, history novel and so on. If you are a reader, high quality novels can be selected here. If you are an author, you can obtain more inspiration from others to create more brilliant works, what's more, your works on our platform will catch more attention and win more admiration from readers.

Comments

user avatar
Author_Tim
Very great story. Not dragging and exciting
2024-02-24 13:02:11
0
default avatar
Vanessa E
Started off great, now they are too many tragedies. Nothing seems to be going right for the couple
2024-02-24 13:00:16
0
user avatar
Delinda Schumacher
127 chapters 2-23-24
2024-02-24 01:49:13
0
user avatar
Author_PUN
Scarlet is completely d**b….she’s always doing something wrong. But overall, this is an interesting book.
2024-02-24 01:25:12
0
default avatar
Vivian
Interesting book…love it
2024-02-21 22:53:08
0
default avatar
Eucharia
I’m convinced that Scarlet wants Elias dead. She’s too naive and careless. Glad you got Brad out of the equation author
2024-01-24 21:56:56
0
default avatar
Lisa
Hmmmm , I always thought the Lycan king or prince would over rule a mere Alpha .. I don’t like the hesitation of the main character she had so many chances to reject and seemed to not realize she was screwing herself and her family.. she needs some backbone.. we all know who she should be
2024-01-17 03:27:15
0
default avatar
Sara
Just a few chapters and I’m already addicted. So much detail and description of the emotions and the bond with two different paths of alphas. I can imagine the choice but I know what mine would be for my own happiness I just hope Scarlett makes the same choice for herself.
2024-01-08 01:24:16
1
default avatar
Ayo_Writes
OMG! This book is a great read, I'm definitely invested. Can't wait to see how things unfold.
2023-11-22 16:25:58
1
225 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status