공유

Bab 38 Semakin Benci

last update 최신 업데이트: 2025-06-13 06:52:59
Alina dirawat di rumah sakit. Dia masih tidak mengatakan sepatah kata pun kepada kedua orang tuanya. Wanita itu malu dengan kenyataan yang telah dialaminya. Ditolak mentah-mentah oleh Bramasta.

“Alina, siapa yang melakukan ini kepada kamu?” tanya dokter Fauzan.

“Aqeela,” jawab Alina.

“Apa?” Dokter Fauzan terkejut.

“Itu tidak mungkin,” tegas dokter Fauzan. Dia tahu bahwa Aqeela sangat lembut dan tidak akan pernah menyakiti siapa pun.

“Bekas cekikan di leher itu menunjukkan jari seorang pria,” ucap dokter Fauzan.

“Ya. Aqeela menyuruh seorang pria menyakitiku.” Alina berbicara tanpa melihat pada dokter Fauzan.

“Terjadi di dalam kamar Aqeela. Bagaimana bisa pria itu masuk?” tanya dokter Fauzan yang tidak percaya dengan apa yang dikatakan Alina.

“Kamu selalu membela Aqeela,” tegas Alina.

“Alina, kenapa kamu harus bersandiwara? Di depan Aqeela kamu sangat baik, tetapi di belakangnya, kamu terlihat jelas membenci Aqeela.” Dokter Fauzan menatap Alina.

“Keluar!” teriak Alina hingga wanita
Fit Tree Fitri

Terima kasih atas dukungan, suka, komentar dan hadiah dari teman-teman. Semoga berkah dan bebahagia selalu, Aaamiin.

| 39
이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요
잠긴 챕터
댓글 (5)
goodnovel comment avatar
Halidah 1994
aku tunggu Bramasta menguliti Marlina dan Alina biar ketahuan tuch kejahatan yg menyiksa Aqeela,
goodnovel comment avatar
Fit Tree Fitri
Terima kasih ...️
goodnovel comment avatar
Milaekawati
aamiin...lanjut lagi kak
댓글 모두 보기

최신 챕터

  • Tiba-tiba Menjadi Istri Presdir   Bab 130 Gantungan Lucu

    Aqeela terdiam menatap layar computer. Dia benar-benar terkejut melihat video yang didapatkan dari akun Bramasta.“Om.” Jari-jari Aqeela gemetar melihat Bramasta yang mencekik leher seorang pria yang merupakan pembalap bersama di Singapura. Wajah pria itu tampak datar. Ada senyuman yang menyeringai memperlihatkan tanpa belas kasih.“Apa yang kamu lakukan di sini sepagi ini?” Seorang pria berdiri di depan Aqeela.“Arion.” Dengan cepat Aqeela menutup computer.“Apa aku boleh duduk?” tanya Arion.“Ya.” Aqeela menyimpan laptop ke dalam tas.“Permisi.” Pelayan mengantarkan pesanan untuk Aqeela.“Terima kasih,” ucap Aqeela tersenyum.“Selamat untuk keberhasilan seminar.” Arion memberikan sebuah kotak berukuran sedang kepada Aqeela.“Apa ini?” tanya Aqeela.“Hadiah untuk kamu. Tolong diterima.” Arion tersenyum.“Apa aku boleh membukanya?” Aqeela menerima hadiah dari Arion.“Tentu saja. Aku harap kamu suka. Hadiah kecil yang tidak mahal,” jelas Arion.“Mmm.” Aqeela membuka kotak dan melihat ga

  • Tiba-tiba Menjadi Istri Presdir   Bab 129 Menghindar

    “Aqeela,” bentak Bramasta menggocang pudak Aqeela.“Om jahat!” Aqeela memukul dada Bramasta.“Maafkan aku, Aqeela.” Bramasta kembali memeluk Aqeela dengan erat. Pria itu benar-benar merasa bersalah karena telah membuat Aqeela melihat kesadisan dirinya dalam menyiksa musuh. Dia tidak ingin sang istri takut padanya. “Aku mau ke kamar mandi,” ucap Aqeela pelan.“Ya.” Bramasta melepaskan pelukan dan membiarkan Aqeela pergi ke kamar mandi.Langkah kaki Aqeela terlihat goyah. Dia masuk ke kamar mandi dan melepaskan pakaian. Berendam di dalam bak yang berisi air dan cairan sabun dengan harum aroma terapi. Memejamkan mata untuk mendapatkan ketenangan.“Apa itu Hera dan Gia?” tanya Aqeela pada dirinya sendiri. Dia membuka mata untuk menghilangkan bayangan penyiksaan yang dilihatnya tadi malam.“Mengerikan sekali.” Tubuh Aqeela menggigil.Siksaan yang diberikan Bramasta jauh lebih mengerikan dan menyakitkan dari pada yang dilakukan Marlina pada Aqeela. Gadis muda itu benar-benar menjadi takut p

  • Tiba-tiba Menjadi Istri Presdir   Bab 128 Ketahuan

    Aqeela tidak bisa tidur. Dia tidak sabar ingin bertemu dengan Alina untuk mendapatkan informasi tentang mamanya.“Kapan Kak Alina mengajak ku bertemu?” Aqeela segera duduk. Dia melihat sofa yang kosong. Tidak ada Bramasta di dalam kamar.“Kemana Om?” Aqeela turun dari kasur dan menyadari bahwa gorden kaca terbuka sehingga lampu taman masuk ke dalam kamar. Dia melihat sang suami duduk seorang diri dengan ponsel di telinga.“Apa yang Om lakukan di taman? Kenapa dia tidak tidur? Siapa yangn dihubunginya?” Aqeela membuka pintu kaca dan berjalan mendekati Bramasta dengan pelan tanpa menimbulkan suara.“Aku tidak peduli apa pun yang terjadi. Pastikan Alina tidak menyentuh Aqeela. Bila perlu hilangkan tangan dan kakinya begitu juga dengan Marlina,” tegas Bramasta dengan nada Santai.“Tidak ada kematian yang mudah. Penderitaan lebih indah.” Bramasta tersenyum tipis.“Ingat tidak ada yang boleh mati. Mereka semua harus disiksa,” tegas Bramasta.“Merasakan panasnya api.” Bramasta menyeringai.“Y

  • Tiba-tiba Menjadi Istri Presdir   Bab 127 Sesuatu yang Berharga

    Bramasta melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Dia menutup computer dan menoleh pada Aqeela yang masih bersama Anggara di halaman. Pria itu beranjak dari sofa dan pergi ke taman.“Aqeela, malam sudah larut. Apa kamu tidak lelah?” Bramasta berdiri di depan Aqeela dan Anggara.“Aku masih mau bersama Papa.” Aqeela memeluk tangan Anggara.“Aqeela, kamu pasti lelah. Malam juga sudah larut. Pergilah tidur.” Anggara menepuk tangan Aqeela.“Baiklah. Selamat malam, Pa.” Aqeela mencium pipi Anggara dan beranjak dari kursi.“Dah!” Aqeela melambaikan tangan pada Anggara.“Mimpi indah, Sayang.” Anggara tersenyum.Aqeela melewati Bramasta yang masih berdiri di tempatnya. Gadis itu memang sudah sangat mengantuk karena cukup lelah dengan seminar.“Terima kasih.” Bramasta menyusul Aqeela ke kamar. Pria itu bisa mendengarkan bahwa sang istri sedang membersihkan diri di dalam kamar mandi.“Kenapa dia menghindariku?” Bramasta membuka beberapa kancing kemeja dan duduk di sofa. Dia memer

  • Tiba-tiba Menjadi Istri Presdir   Bab 126 Kasih Sayang yang Terlambat

    Bramasta menunggu Aqeela kembali dengan pakaian gantinya. Pria itu mengeringkan rambut dengan handuk lain. Dia duduk di tepi kasur.“Om. Ini baju, Om.” Aqeela meletakkan pakaian Bramasta di atas kasur.“Apa kamu mau menginap?” tanya Bramasta beranjak dari kasur. Dia melihat Aqeela yang menjaga jarak dan pandangan darinya. “Apa boleh?” Aqeela mengangkat wajahnya.“Tentu saja.” Bramasta tersenyum.“Terima kasih, Om.” Aqeela tersenyum lebar.“Om ganti baju. Aku tunggu di luar.” Aqeela langsung keluar dari kamar.“Ya. Malam bersama masih panjang, Aqeela.” Bramasta segera berganti pakaian.Aqeela menemui Anggara yang duduk di ruang tengah. Pria itu menunggu anak dan menantunya.“Di mana Bramasta?” tanya Anggara.“Om masih ganti pakaian.” Aqeela duduk di samping Anggara.“Kenapa tidak menunggunya?” Anggara mencubit hidung Aqeela. “Tidak apa.” Aqeela memeluk Anggara. Gadis itu benar-benar baru merasakan kasih sayang seorang ayah. “Anak nakal.” Anggara mengusap kepala Aqeela.Bramasta kelua

  • Tiba-tiba Menjadi Istri Presdir   Bab 125 Merindukan Ciuman

    Bramasta pergi ke kamar Aqeela. Dia melihat ruangan yang kosong.“Kamar yang luas dan nyaman.” Bramasta melihat dinding dan pintu kaca yang terbuka. Menghubungkan dengan taman.“Pasti dia di taman.” Bramasta berjalan ke taman dan tidak juga menemukan Aqeela.“Apa dia masih mandi?” Bramasta telah mengelilingi taman, tetapi Aqeela belum juga terlihat. “Sepertinya dia masih mandi.” Pria itu kembali ke kamar dan melihat Aqeela yang mengenakan handuk dan duduk di depan cermin. Wanita muda itu sedang mengeringkan rambutnya. Dia bersenadung bahagia.“Dia benar-benar bahagia. Baru kali ini aku mendengarnya bernyanyi dengan ceria.” Bramasta melihat Aqeela beranjak dari kursi dan berjalan menuju lemari pakaian.“Wah! Ternyata papa tahu ukuran baju dan celanaku.” Aqeela tersenyum.“Senangnya mendapatkan perhatian dari papa.” Aqeela benar-benar bahagia melihat pakaian yang tersusun dan tergantung dengan rapi.“Apa perhatianku kurang?” tanya Bramasta melingkarkan tangan di pinggang Aqeela.“Om!” A

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status