Tugas akhir kelas Seni Akting semester kedua kali ini adalah teater gerak atau pantomim. Alena pernah mendapatkan materi ini waktu ekstrakurikuler teater di SMA, tapi ia sadar, ia tidak terlalu bagus dalam pantomim. Justru yang lebih menonjol adalah Jill, ia tampak sangat bagus dalam setiap kali latihan. Bahkan Luis yang melatih mereka juga memuji Jill.
Dari jam dua siang ini, mereka semua sedang berlatih di atas panggung. Penilaian akhir akan berlangsung sebulan lagi. Latihan praktek pun digabung, antara kelas Jurusan Teater dengan Jurusan Akting. Alena sudah mendapat giliran tampil. Ia duduk di bawah panggung bersama teman-teman lainnya. Zahara hari ini tak bisa ikut latihan praktek karena sedang izin, keluarganya dari Afrika Selatan sedang berkunjung ke Berlin. Jill sebentar lagi akan tampil, dan entah kebetulan atau bagaimana, pasangan tampilnya adalah orang yang paling tidak disukainya, Paula. Mereka berdua naik ke atas panggung saat dipanggil. MMereka tiba di depan apartemen Paula. Dari tadi, Alva sudah berulang kali menelepon Alena lagi, tapi Alena sengaja tidak menjawabnya. Ia tak mau berdebat lagi dengan Alva di depan orang lain. Ia hanya mengirim chat, mengabari kalau ia masih di jalan menuju apartemen Paula, dan bahwa ia bisa pulang sendiri setelah itu. Ia juga meminta Alva untuk pulang duluan ke rumah.Paula mencondongkan badannya ke depan, di antara kursi Alena dan Luis. "Aku duluan ya, Alena. Makasih udah temanin aku. Makasih juga tumpangannya, Herr Sanchez...," katanya dengan suara manis.Ia mengedip pada Alena, Alena hanya tersenyum menatapnya. Kemudian Paula dengan cepat keluar dari mobil.Alena menghela nafas. Ia melepaskan sabuk pengamannya, dan bermaksud untuk membuka pintu mobil. Pintu terkunci. Ia mencoba membuka tombol kunci, tapi tidak bisa. Luis pasti telah menguncinya secara otomatis."Herr Sanchez...""Luis, Alena...," protes Luis. Ia sekara
"Symphony Orchestra?" tanya Alena."Iya, itu nama orkestranya Universitat der Kunste. Banyak seniorku yang udah join di situ," jawab Alva, matanya memandang Alena.Sore ini, mereka berdua sedang duduk-duduk di sebuah gelateria, kafe es krim khas Italia, tidak jauh dari pinggir Sungai Spree. Musim panas memang waktu paling tepat untuk menikmati es krim yang lezat di Berlin. Kebetulan kuliah mereka hari ini sudah selesai jam empat sore, masih ada waktu beberapa jam untuk menikmati sore berdua.Alva baru saja bercerita, ia ditawari untuk mengikuti audisi Symphony Orchestra, sebuah orkestra profesional milik Universitat der Kunste. Tentu saja bergabung dengan orkestra ini adalah impian semua mahasiswa Fakultas Musik. Sepertinya keberhasilan Alva menjadi ketua proyek mini konser Klinik Glück menarik perhatian sang konduktor orkestra, sehingga menawari Alva untuk ikut audisi, semacam seleksi untuk pemain orkestra.Alena memand
Kaki Jill mulai membaik, ia sudah masuk kuliah lagi. Ia tak perlu memakai tongkat kruk, tapi pergelangan dan jari kakinya masih diperban. Setelah bertemu Zahara, ia langsung mencurahkan semua kekesalannya terhadap Paula dengan berapi-api. Zahara, seperti biasanya, akan mendengarkan dengan tenang. Alena hanya tersenyum melihat tingkah temannya itu. Ia memilih untuk mempersiapkan diri menghadapi tugas akhir semester kedua ini.Di kampus, ia berkali-kali bertemu Luis, terutama saat latihan praktek untuk tugas akhir mata kuliah Seni Akting. Alena teringat kata-kata Alva, bahwa Luis bisa saja memakai cara nekat untuk mendekatinya. Tapi Alena tak pernah sendirian, dan ia juga tidak memberi Luis kesempatan untuk berdua dengannya.Seperti yang sudah mereka bicarakan, selama seminggu ini, Alva menjemput Alena di kampus saat pulang, menemaninya naik kereta sampai stasiun terdekat dari rumah Tante Jenna, kemudian Alva akan naik kereta lagi menuju g
Penilaian dan tugas akhir semester kedua Alena sudah berakhir. Ia bisa menikmati liburan musim panas selama tiga minggu, sebelum kuliah dimulai lagi. Awal musim gugur nanti, kuliah Alena mulai masuk semester tiga, sedangkan Alva masuk semester empat. Nilai-nilai Alena dan Alva cukup bagus, ia berharap mereka bisa menyelesaikan kuliah dalam waktu lebih cepat.Alva juga sudah menyelesaikan urusannya dengan Brigitte. Katalog fotonya jadi dalam waktu seminggu, setelah kejadian di restoran hari Jumat itu. Alena merasa, Alva pasti sengaja mengerjakannya secepat mungkin.Pada hari Sabtu minggu berikutnya, Alva pergi ke galeri seni Brigitte untuk menyerahkan hasil pekerjaannya, ditemani oleh Alena, dan ia juga sengaja mengajak Om Hanz. Alena tertawa geli setiap kali mengingat kejadian hari itu. Wajah Brigitte sepertinya kurang senang, waktu melihat mereka berdua datang bersama Om Hanz, walaupun ia berusaha menyembunyikannya, dan menyambut Om Hanz dengan ramah. Hasi
Esoknya, Alva menepati janjinya. Jam tujuh pagi, ia sudah tiba di rumah Tante Jenna. Mereka naik kereta menuju Potsdam. Hanya sekitar empat puluh menit, mereka sudah tiba di ibukota dari negara bagian Brandenburg itu.Tujuan pertama mereka adalah kompleks Sanssouci Palace, yang dahulu merupakan istana peristirahatan musim panas bagi Raja Prussia, Frederick The Great. Tidak jauh dari istana ini, dengan berjalan kaki, mereka juga dapat menikmati Sanssouci Park, The Chinese Tea House, Orangery Palace, New Palace, dan Charlottenhof Palace.Bangunan-bangunan bersejarah tersebut sangat indah dan megah, Alena sampai tak dapat berhenti mengaguminya. Setiap pilar, patung, ukiran, dan pahatan, masih terjaga dengan baik sampai saat ini. Kontur Sanssouci Park yang berbukit-bukit memberikan pemandangan yang sangat menawan.Mereka berdua berswafoto sepuasnya. Alva juga tidak berhenti menjepretkan kameranya, untuk mengabadikan keindahan warisan buday
Libur musim panas Alena masih dua minggu lagi. Ia mengisi waktu liburnya dengan membantu Tante Jenna di kedai roti. Alena sekarang sudah mahir membuat beberapa jenis roti dan kue kering. Ia beberapa kali membantu Tante Jenna membuat roti, terutama di saat pesanan sedang banyak.Alena dan Tante Jenna masih rutin berkunjung ke Klinik Glück. Banyak kemajuan dan perubahan yang terjadi di klinik itu, sejak mini konser. Staff perawat di klinik sudah bertambah. Dokter yang menangani pasien juga sudah terjadwal rutin, walaupun para dokter itu tidak stand by di klinik, tapi para pasien selalu mendapatkan terapi yang dibutuhkan.Fasilitas klinik juga terus diperbarui, melalui bantuan dari pemerintah dan donatur. Para pengurus yayasan dan staff klinik sangat gembira, setiap kali Alena dan Tante Jenna datang, mereka selalu menceritakan setiap perkembangan di klinik itu. Alena merasa sangat bersyukur, usaha mereka semua membuahkan hasil yang baik.
Hari Sabtu adalah hari yang selalu ditunggu Alena, karena ia bisa menghabiskan waktu bersama Alva. Kali ini, Alva menjemput Alena di rumah Tante Jenna, lalu mengajaknya berkeliling dengan sepeda, menikmati daerah pinggiran kota. Sebelumnya, mereka berziarah dulu ke makam Papanya Alva. Kemudian dilanjutkan dengan bersepeda santai, menyusuri wilayah pedesaan yang tenang.Mereka berhenti di pinggir sebuah sungai, yang dikelilingi oleh padang rumput hijau yang luas. Tidak ada rumah penduduk di dekat situ, hanya pepohonan dan rumput sejauh mata memandang.Alena menggelar tikar di atas hamparan rumput, tepat di bawah sebatang pohon besar. Musim panas memang selalu menyenangkan untuk berpiknik. Tante Jenna sudah membekali mereka dengan roti dan kue yang lezat. Sambil menikmati bekal, mereka duduk bersebelahan memandangi aliran sungai yang jernih."Kamu bilang, kamu paling suka objek wisata yang ada airnya, makanya aku ajak kamu ke sini," kata Al
Permulaan musim gugur berarti permulaan semester baru. Alva sudah menyelesaikan proyek musim panasnya. Ia mendapat tawaran proyek baru lagi dari dosennya. Kali ini, proyeknya adalah kerja sama dengan sebuah grup musik lokal, untuk pembuatan album instrumental terbaru mereka. Jika grup musik itu setuju menggunakan komposisi musik yang diciptakan Alva, tentunya Alva akan mendapatkan royalti atas hasil karyanya. Alva sangat bersemangat waktu bercerita pada Alena, dan Alena pastinya mendukung.Kabar gembira lainnya, Alva juga berhasil lolos audisi Symphony Orchestra sebagai pemain biola. Ia mulai sibuk dengan latihan, untuk persiapan tampil bersama orkestra tersebut, yang rutin mengadakan pertunjukan Concert for the Nations, di akhir musim gugur.Setiap kali musim gugur tiba, Alena terkenang momen pertama kalinya ia menginjakkan kaki di Berlin, dua tahun yang lalu. Daun-daun menguning di mana-mana, cuaca yang sejuk, dengan hembusan angin dingin di w