Share

Chapter 173

Author: Sya Reefah
last update Last Updated: 2025-04-08 21:45:58

Henry dan Eva kembali berhenti di salah satu kedai. Kali ini, mereka berhenti di kedai fondue keju, campuran keju leleh yang dihidangkan dalam pot khusus, di mana pot itu diletakkan di atas kompor kecil agar keju itu tetap meleleh dan hangat.

Hidangan ini adalah khas Swiss yang ikonik. Orang-orang biasanya makan fondue menggunakan garpu panjang dan mencelupkan roti yang sudah dipotong dadu kecil ke dalamnya.

Setelah menunggu, fondue mereka telah dihidangkan di atas meja. Eva terlihat semangat, tidak sabar untuk mencicipinya.

Perjalanan mereka hari lebih dipenuhi dengan kunjungan ke berbagai kedai, sambil menikmati berbagai hidangan khas yang menggugah selera.

Eva mulai mencelupkan roti ke dalamnya. Saat mencicipinya, dia mengangguk, ekspresinya tidak bisa bohong ketika mencicipinya. “Emm … makanan di sini tidak ada yang mengecewakan.”

“Sepertinya, kau memiliki selera makan yang baik,” kata Henry dengan sedikit terhibur.

Matanya menyiratkan kebahagiaan yang tak terucap. Selama ini
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chaper 437

    Waktu sudah menunjukkan lewat tengah malam. Suasana di penthouse terasa sunyi, sepi, hanya suara jam dinding yang berdetak, semakin menegaskan waktu sudah menunjukkan tengah malam.Eva duduk di sofa ruang tengah. Matanya kosong di depan TV yang menyala, pikirannya benar-benar tidak tertuju pada televisi. Beberapa menit yang lalu, dia terbangun dari tidurnya karena tidurnya yang tidak nyenyak. Saat melihat sisi ranjang, ternyata masih kosong. Henry belum pulang.Awalnya, dia mengira pria itu berada di ruang kerjanya. Namun, ternyata tidak sama sekali. Di sana, sunyi, hanya ada udara dingin yang menyapanya.Berkali-kali dia melirik jam dinding, berharap pintu terbuka dan menunjukkan sosok Henry di ambang pintu. Namun, harapannya tak kunjung nyata. Perasaan tidak enak mulai memenuhi hatinya. Eva mencoba untuk menepisnya.Mungkin acaranya sedikit lambat. Atau mungkin dia sudah dalam perjalanan. Eva tetap mencoba untuk rasional. Akan tetapi, pikirannya tetap berkelana ke segala arah. Ba

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 246

    Henry bertanya sedikit ragu, meski dia sendiri merasakan ada perubahan pada penampilan barunya. “Apa ini tidak berlebihan?”“Sama sekali tidak,” jawab Eva, meyakinkan. “Justru kau terlihat lebih berkharisma. Cocok untuk acara malam ini.”Eva melanjutkan, “Di tambah dengan jas barumu. Kau terlihat sempurna.”Mendapat pujian dari Eva membuat senyum Henry mengembang. Senyum percaya diri itu terukir jelas di wajahnya, dia mencondongkan tubuhnya ke arah Eva, dan berbisik pelan, “Suamimu memang sangat menawan. Apa kau baru menyadarinya.” Eva memutar kedua matanya malas. Geli, tingkat kepercayaan suaminya terkadang memang setinggi langit. Meski dalam hatinya menyadari jika suaminya memanglah tampan. Dia mencubit lengan Henry. “Kau sangat narsis!”Henry terkekeh, dia mengangkat tangan Eva yang mencubitnya dan mencium punggung tangannya. “Aku hanya mengiyakan fakta, Istriku. Dan berkat sentuhan tangan ajaibmu, aku lebih bersinar malam ini.”Eva menggeleng, meski senyum tidak bisa disembunyi

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    chapter 245

    Henry duduk di ruangannya, matanya mengamati layar proyektor yang menunjukkan grafik dan angka proyek yang sedang berjalan. Pikirannya sepenuhnya tertuju pada pekerjaannya, menganalisis progres dan mencari potensi masalah sebelum hal itu terjadi. Suasana begitu tenang, hingga akhirnya suara ketukan pelan memecah keheningan.“Masuk,” kata Henry tanpa mengalihkan pandangannya. Ryan muncul di ambang pintu. “Tuan, ada yang ingin saya sampaikan.”Akhirnya, Henry mengalihkan pandangannya. “Ada apa? Apa ada proyek bermasalah?”“Bukan, Tuan. Ini soal yang lain,” jawab Ryan dengan ragu-ragu sabil mendekat ke meja. “Ini soal Tuan Besar dan Nyonya Helen.”Alis Henry terangkat. Dia menyandarkan punggungnya pada kursi dan pandangannya sepenuhnya tertuju pada Ryan. “Apa yang kau temukan?”Ryan menarik napas, sebelum akhirnya menjelaskan, “Ada beberapa informasi yang cukup aneh.” Dia berhenti sejenak, mencari kata-kata yang tepat. “Sepertinya ada semacam … hubungan di antara mereka.”Kening Henr

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 244

    Saat itu juga, awan hitam seperti menyelimuti dirinya. Suasana hatinya begitu dongkol. Tak ada yang benar-benar tahu apa sebenarnya yang diinginkan wanita ini. Samuel memalingkan wajahnya, tak ingin melihat Julia. Namun, dia bisa merasakan senyum mengejek dari Julia padanya. Sebuah langkah ringan terdengar mendekat lalu berhenti di sampingnya. “Kau mencoba menghindariku.” Suara Julia terdengar lembut, tetapi nada suaranya tersirat ejekan yang kuat. “Ternyata kau memang pengecut.” “Bukan hanya pengecut saat menghadapiku, tapi juga mengenai perasaanmu!” lanjut Julia. Dia terkekeh pelan membuat Samuel menatap tajam ke arahnya. Samuel semakin jengkel dengan keberadaan Julia di sana. Dia berusaha keras untuk tidak terpancing dengan semua kata-kata Julia. Entah upaya apa yang harus dilakukan agar bisa membuat wanita itu pergi dari hadapannya. Melihat reaksi Samuel, senyum sinis semakin merekah di wajah Julia. Itu adalah reaksi yang dia inginkan. Hanya beberapa kata, pria itu sudah te

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    CHAPTER 243

    Perjalanan singkat menuju gedung teater terasa nyaman. Di dalam mobil, Henry tak membiarkan genggaman tangannya pada Eva terlepas. Mereka menghadiri pertunjukan Broadway. Begitu tiba di teater, suasana sudah ramai. Dengan sigap, Henry memimpin jalan, mencari pintu masuk yang tidak terlalu padat pengunjung. Dia sudah memilih tempat duduk yang paling strategis dan nyaman, di bagian tengah mezzanine, dengan ruang kaki yang cukup lapang dan tidak terlalu dekat dengan tangga yang curam. Begitu duduk, Eva menghela napas lega. Kursinya empuk, dan jarak pandang ke arah panggung sangat pas. Henry sedikit mencondongkan tubuhnya ke arah Eva dan berbisik pelan, “Bagaimana tempat dudukmu? Apa kau merasa nyaman?” Eva tersenyum simpul, menyadari sikap protektif Henry selama masa kehamilannya. “Sangat, sangat, sangat nyaman. Kau tenang saja.” Henry mengangguk. Begitu saatnya tiba, lampu teater meredup, tirai perlahan terangkat. Eva menatap panggung itu dengan mata berbinar. Di atas pa

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 242

    Pagi itu baru menunjukkan pukul 09.00, tetapi suasana di ruang rapat tampak mencekam, meja panjang dalam ruangan itu dipenuhi oleh wajah-wajah tegang. Di ujung meja, Henry duduk dengan setelan jas yang rapi, tatapannya mampu membuat semua orang membeku, bahkan sebelum dia berbicara. Dia meletakkan tablet ke atas meja dengan suara ‘tak’ yang cukup nyaring, membuat kepala-kepala yang menunduk itu tersentak kaget. Ini masih pagi, tetapi emosinya sudah memuncak. Tak ada yang berani menatap wajahnya. Pria itu sangat mengerikan saat sedang marah. “Sudah dua minggu dan izin konstruksi The Halden di Hudson Yards masih belum keluar?” tanya Henry tegas, matanya menyapu semua orang yang ikut berpartisipasi dalam rapat. “Para investor bertanya-tanya, kenapa tidak ada pergerakan di lapangan. Katakan padaku, siapa yang bertanggung jawab mengurus ini?” Di sisi kanan meja, Ben—kepala legal, mencoba untuk menjelaskan, “Kami sudah ajukan sesuai prosedur, Tuan. Tapi pihak Departemen Pembangunan kot

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status