Arya memijat dagunya pelan. Kini dia sedang duduk bersila sembari melihat ke arah layar miliknya. Ia sedang memilih item untuk mengganti penampilannya. Bagaimanapun penampilan itu penting. Karena terkadang kebanyakan orang ketika menilai orang lain, pasti melihat cover-nya dulu.
“Argh!” Arya menggeram, ia mengacak rambutnya sendiri. Kemudian dia memijit keningnya pelan.
“Arya. Oke, nggak?” tanya Idun. Sontak Arya menoleh, lalu dia mendapati Idun dengan kostum barunya.
Kini Idun mengenakan sebuah baju dengan lengan terbuka. Pada kerahnya terdapat bulu halus berwarna putih. Bagian bawahnya menggunakan celana panjang dan sepatu cokelat. Tak lupa, Idun mengenakan sarung tangan grizzly.
Arya menganga. Penampilan Idun benar-benar keren sekali. Dia memicingkan matanya, melihat ke arah lengan Idun. “Sejak kapan lo punya otot, Dun?” tanya Arya.
“Oh, ini?” Idun memegang salah satu lengan berototnya. Kemudian di
[PERINGATAN!]Layar digital Arya di dominasi warna merah. Dia dan Idun saling melempar pandang. Tak lama kemudian dia mencoba untuk menutup tanda peringatan itu, tapi tidak bisa.“Apa ini?” tanya Idun panik. Dia juga berusaha menghentikan sebuah peringatan itu, dengan memijit tombol jamnya berkali-kali, tapi hasilnya nihil.“Gue juga nggak tahu,” timpal Arya. Dia mengigit bibir bawahnya. menarik napas dalam, lalu menghembuskannya dengan perlahan. Laki-laki berumur delapan belas tahun itu nampak gugup. Perasaannya mendadak tidak enak.Tiba-tiba ada ikon peringatan pada ikon peta yang tersedia di sudut layar. Kedua bola mata Arya langsung tertuju ke sana. Penasaran, telunjuknya itu langsung menyentuh layar pada ikon peta.Kedua alis Arya hampir bertautan, saat melihat tanda peringatan itu muncul di sebuah titik. Merasa tidak asing dengan titik itu, Arya mencoba memperbesar ukurannya.“Dun, ini &helli
Arya mencoba menembus pertahanan dinding kaca itu. Dia dan pemain lainnya mencoba untuk mengeluarkan skill-skill yang mereka miliki. Namun, hasilnya tetap saja nihil. Sedangkan kondisi di dalam sana sudah sangat kacau.“Sial!” Arya mengumpat, karena usahanya itu tidak membuahkan hasil.Kemudian pandangan Arya diarahkan pada Tomochi yang sedang berada di tengah-tengah kekacauan itu. Perempuan yang memiliki rambut panjang bergelombang itu nampak mencurigakan.“Aaaakkk!” Terdengar suara teriakan dari dalam dinding kaca itu. Semua pemain yang terjebak di sana berteriak; merintih kesakitan.Mata Arya membulat seketika, saat melihat pemandangan yang sangat tidak wajar di dalam sana. “Apa-apaan itu?!” pekiknya. Bulu kuduk milik anak laki-laki itu berdiri. Rasa merinding kini menjalar disetiap jengkal tubuhnya.Mengerikan. Itulah yang bisa Arya katakan sekarang terhadap kondisi yang ada di hadapannya. Bagaimana tidak? Ti
‘Tidak!’ Arya menjerit dalam hatinya. Sepertinya laki-laki yang gagah berani itu lupa memperhitungkan satu hal. Pada tangan kanan iblis itu terdapat dua ekor ular. Pergerakan hewan reptil itu jangan pernah disepelekan. Benar saja, saat laki-laki yang mengenakan baju besi itu berlari dan hendak mengincar tubuh sang iblis. Dua ekor ular itu mengetahui pergerakannya. Dengan cepat mereka merayap dan menghampiri laki-laki itu. “Jangan!” teriak Arya. Dia refleks langsung menarik pedangnya dan berlari, hendak mengincar ular yang sedang mengintai laki-laki itu. Namun, sayang pergerakan Arya tak secepat kedua ekor ular itu. Salah satu ular berbisa yang dimiliki sang iblis, langsung mengigit pemain berbaju besi itu. “Aaaakk!” teriaknya. Walau laki-laki itu mengenakan baju besi, tapi tidak dengan bagian kakinya. Ular itu sangat pintar, tahu mana area terbuka yang bisa ditembuh olehnya. Dia langsung mengigit area itu. Seketika ular itu mengisap da
‘Oh, shit!’ rintih Arya dalam hati.Sesak. Arya merasa semakin kesulitan bernapas. Tangan besar milik Belphegor itu dengan kuat mencengkram tubuhnya yang kurus.‘Kalau gini terus, bisa-bisa gue mati,’ batin Arya sambil meringis. Matanya menyipit, gigi bagian atas dan bawahnya beradu, ditekan dekan kuat, menahan rasa sakit yang dirasakannya.“Ah, kamu ini si anak yang menyebalkan, ya?!” ucap sang iblis kemalasan. “Aku dari awal tidak pernah menyukaimu! Berani-beraninya kamu menghalang-halangi mangsaku!” sentak Belphegor. Matanya kini menyala menatap wajah Arya yang sedang menahan sakit.Ada pertanyaan yang muncul di benak Arya. Dengan berusaha sekuat tenaga, dia mencoba membuka mulutnya. “Ma-maksudmu?” tanyanya lirih.Namun, ternyata sang iblis bisa mendengar pertanyaan Arya. Kemudian dia mendengus kesal. “Kamu selalu menghalangi temanmu. Padahal dia bukanlah seorang pekerja keras. Di
“Sanas Aquam!” Sebuah cahaya muncul dari ujung tongkat yang sedang dipegang oleh perempuan berkacamata dan mengenakan cloak berwarna baby blue. Kemudian di ujung tongkat yang terdapat bunga di sana, mengeluarkan sebuah gelembung kecil. Dengan cepat perempuan itu mengarahkan tongkatnya ke arah Arya. Gelembung itu melayang mendekat ke arah Arya, lalu menyentuh permukaan kulitnya. Seketika anak laki-laki itu merasakan kesejukan pada dirinya. Tubuhnya mulai bercahaya, perlahan rasa sakit dan juga sesak yang sedari tadi dia rasakan menghilang. Menarik napas dalam sembari terus merasakan efek dari skill yang baru saja Arya terima. Ini adalah skill penyembuh dari seorang wizard. Perlahan Arya mulai bertenaga lagi. Kemudian dia bangkit dan segera menghampiri perempuan itu, ikut berlindung di balik batu. “Thanks, Kak,” ucapnya. Arya memanggilnya dengan embel-embel ‘Kak’, karena dia merasa perempuan itu lebih tua darinya. Perempuan itu menarik kedua sud
Perlahan tapi pasti, efek dari skill Arya itu mampu membuat pertahanan Belphegor runtuh. Arya menggelantung, sambil memegang gagang pedangnya yang sedang menancap pada dada sang iblis.‘Mati! Mati!’ batin Arya dendam.“Sialan kau anak so suci! Aku benci padamu, Arya!” raung Belphegor. Ia menatap mata anak laki-laki yang sedang terbakar oleh perasaan marahnya.“Emangnya gue nggak benci sama lo? Sialan emang, setan!” hardik Arya tak mau kalah. Kemudian dia memutar gagang pedangnya dan mendorongnya semakin dalam.“Aaaakk!” erang Belphegor kesakitan. Jantungnya kini sudah benar-benar terbakar, dia merasakan panas mulai menjalar pada bagian terdalam tubuhnya.Belphegor bergetar hebat, lututnya kini terasa lemas. Dia sudah tidak mampu menahan rasa sakit yang diterimanya. Seketika lututnya itu menghantam tanah dan terjadi getaran yang sangat dahsyat.Pemain lain berteriak—panik, ketika mendapati
Arya dan Idun membelalakkan matanya, tatkala melihat Belphegor hidup kembali. Panik dan takut. Itulah yang sedang mereka rasakan sekarang. Kenapa iblis itu bisa bangkit kembali? Bukannya Arya sudah mengalahkannya tadi? Arya menelan ludahnyanya kasar sambil mendongak ke atas. Belphegor—yang sudah berdiri tegak itu mulai melemaskan anggota tubuhnya. Tak lama kemudian, para pemain lain yang merasa curiga pun mulai berdatangan ke bekas medan pertempuran. “Kayaknya misi ini belum selesai,” ucap Arya yang masih tak habis pikir. “Hahahaha!” Belphegor tertawa keras saat dirinya telah bangkit kembali. “Aku sudah bilang, kalau kalian jangan puas dulu, kan?” ucapnya merasa puas. “Kenapa dia hidup lagi?” teriak seorang perempuan dari arah belakang. “Iya, bukannya tadi dia sudah mati?!” sahut pemain lainnya. “Aku tidak bisa mati begitu saja, manusia bodoh!” timpal Belphegor, lalu diakhiri dengan suara tawa yang sangat keras sekali. Melihat para pem
“Jangan bermimpi kalian bisa melewati level ini!” kata Belphegor, suaranya menggema sangat keras. Dia terus mengamuk, membantai semua pemain yang terus melawannya. Benci. Belphegor tidak suka dengan bau yang menguar dengan kuat di area medan pertempuran. Bau itu bersumber dari aura para pemain yang sedang melawannya. Ini adalah aura ketekunan; tekad, kerja sama dan kerja keras. Sebagai sang kemalasan, tentu saja dia lebih menyukai orang-orang yang tidak melakukan apa pun. Manusia yang selalu lalai, tidak bersungguh-sungguh dan suka menunda-nunda pekerjaan. Manusia-manusia seperti itulah yang memberikan Belphegor kekuatan. Dan tentunya, mereka mejadi target buruan sang kemalasan. Seperti para pemain yang sebelumnya sudah mati ditangan sang iblis. Mereka gampang terbuai dengan ajakan Belphegor—yang menyamar sebagai gadis cantik, bernama Tomochi untuk bersama-sama menyembah pohon kitos. Karena pada dasarnya, kehidupan para pemain yang telah gugur di awal permain