Share

Bab 10

Ternyata sejak awal pria itu tidak berbohong. Dia benar-benar bisa menyelamatkan kakek.

Lucunya, dia sendiri justru menganggap David sebagai penipu.

Seorang petinggi Keluarga Chairil menarik nafas dalam dan dengan yakin berkata, “Mulai sekarang, semua orang keluar untuk mencarinya. Sekalipun harus mengobrak-abrik seluruh Jayanegara, juga harus menemukan dokter ajaib itu. Jangan kembali sebelum menemukannya!”

Suatu pagi, Hasan kembali menelepon, “David, kamu di mana? Hari ini Wulan akan membawamu pergi wawancara di perusahaan. Kamu kirimkan alamatnya, aku suruh dia jemput kamu.”

“Baik, Om Hasan.” David mengirimkan alamat Vila Nomor Satu Menteng.

Di lantai dasar kediaman Keluarga Tanugrah.

Di samping sebuah mobil sedan Mercedes-Benz C260 putih, seorang gadis muda dengan setelan seragam profesi berwarna hitam melihat jam dan dengan tidak sabar berkata, “Wulan, tunangan kampunganmu itu sungguh luar biasa. Dia bahkan membuat kita menunggu begitu lama di sini.”

“Citra, kamu jangan ngomong lagi, aku sudah hampir kesal setengah mati.” Wulan mengeluh dengan sangat kesal. Wajahnya dipernuhi dengan amarah.

Papa juga keterlaluan, mengharuskanku memperkenalkan orang kampung itu masuk ke perusahaan. Ini saja sudah cukup, dia malah masih menyuruh kami menuggunya.

Ketika keduanya sedang berbicara, Hasan menelepon, “Wulan, David di Nomor Satu Menteng. Kamu langsung bawa mobil pergi jemput dia saja.”

Karena Wulan membuka speaker, Citra yang berada di samping juga mendengarnya. Matanya membelalak tanpa sadar, “Aku……aku tidak salah dengar, ‘kan? Anak itu tinggal di Nomor Satu Menteng?”

“Memangnya kenapa?” kata Wulan tidak mengerti.

“Menteng adalah kawasan vila elit di Jayanegara, terutama Vila Nomor Satu Menteng, merupakan rumah mewah nomor satu di Jayanegara, harganya mencapai 1 triliun.”

Dia dengan terkejut berkata, “Wulan, bukankah sebelumnya katamu anak itu adalah orang kampung? Kalau begitu bagaimana bisa dia tinggal di Vila Nomor Satu Menteng? Jangan-jangan anak itu sedang membual?”

Wulan dibuat terkejut seketika.

Apa?

Rumah mewah seharga 1 triliun?

Dia tidak bisa menahan diri untuk tidak menelan ludah dan berkata, “Ayo, kita pergi sekarang juga dan lihat benaran atau tidak.”

Setelah mengirim alamat, David berkeliling di sekitar vila dan menikmati pemandangan di puncak bukit.

Namun, setelah matanya tertuju sebuah kaleng minuman penambah energi kosong pada rumput di samping, dia tidak bisa menahan diri untuk berkata, “Siapa yang begitu tidak bermoral dan membuang sampah sembarangan?”

David langsung maju untuk memungut kaleng minuman penambah energi dan menemukan di atas rumput di kejauhan masih ada banyak sampah. Sebagian besarnya adalah botol air mineral.

Karena terlalu banyak, dia kembali ke vila untuk engambil sebuah kantong plastik hitam, kemudian mengemas semua sampah menjadi satu, pas satu kantong besar penuh.

Saat ini, dari belakangnya terdengar suara rem mobil yang terburu-buru.

Tak lama kemudian, seorang gadis berseru, “Wah! Indah sekali. Inikah yang disebut Vila Nomor Satu Menteng? Benar-benar sangat mewah. Pantas saja disebut sebagai rumah mewah nomor satu di Jayanegara.”

“Wulan, aku beritahu kamu, jika aku bisa menginap semalam di sini, mati pun aku rela.”

David menoleh dan mendapatkan orang yang datang adalah Wulan. Di belakangnya juga diikuti oleh seorang gadis muda.

Wulan juga melihat David, dia berkata dengan wajah canggung, “Papaku suruh aku jemput kamu.”

Selesai berbicara, dia tanpa sadar melirik vila mewah di samping dan dalam hatinya sangat terkejut.

Apakah sebelumnya dia salah lihat? Anak ini benar-bernar tinggal di dalam?

Saat ini Citra baru melihat David. Dia buru-buru mengulurkan tangan dan dengan ramah berkata, “Hai, aku adalah sahabat sekaligus rekan kerja Wulan, Citra Tansil.”

Setelah melihat David mengenakan pakaian usang di tubuh dan sepasang sepatu yang penuh debu, sepasang alisnya mengkerut.

David juga mengulurkan tangan dan menjabat tangannya, “Hai, aku David.”

“Tuan David, apakah Anda yang membeli vila ini?” Citra menggelitik telapak tangan David dengan jari sambil berbicara dengan mata berapi-api.

Mendengar hal ini, Wulan buru-buru menatap David tanpa mengalihkan pandangan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status