Home / Urban / Tukang Pijat Tampan / Ibu Bos Datang

Share

Ibu Bos Datang

Author: Black Jack
last update Huling Na-update: 2025-04-01 10:12:05

Adit sungguh malas jika ia harus kembali ke tempat istirahat. Ia tahu, di sana ada beberapa terapis cowok yang sudah pasti paham apa masalah yang menimpanya hari itu. Mungkin di sana juga ada Pak Rudi. Tapi Bu Celina meminta ia untuk menunggu di ruang istirahat. Jadilah ia ke sana.

Adit melangkah malas menuju ruang istirahat, menghela napas panjang sebelum membuka pintu. Ia tahu betul siapa saja yang mungkin ada di dalam. Dan benar saja, begitu ia masuk, tatapan beberapa orang langsung tertuju padanya.

Pak Rudi duduk di sudut ruangan dengan ekspresi puas, sementara Iwan dan beberapa terapis lain yang tidak menyukainya tampak saling berbisik sebelum akhirnya bersuara.

"Lho, kok balik lagi?" suara Iwan yang penuh sindiran langsung menyambut Adit.

"Bukannya tadi sudah diusir?" tambah salah satu terapis lain sambil terkekeh.

Adit mengabaikan mereka dan berjalan ke salah satu kursi kosong. "Bu Celina menyuruhku menunggu. Aku nggak bisa pulang dulu."

Pak Rudi yang sejak tadi diam akhirnya b
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Widi Walujo
celine jgn goblok lapor aja langsung ke.boss, emang ga ada cctv apa di ruang twrapis, bodo jgn di pelihara dong...
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Tukang Pijat Tampan   Di Rumah Celina

    Sepanjang perjalanan, Adit hanya bisa memejamkan mata. Sesekali tubuhnya menegang saat Renata mempermainkan dirinya sedemikian rupa.“Huff… pegel juga. Nggak keluar-keluar. Nanti kita lanjutkan lagi…” kata Renata sambil membetulkan celana Adit, menyimpan kembali boneka tongkat yang menggemaskan itu.Nafas Adit terengah. Ia membuka mata dengan perasaan sangat malu serta kacau. Belum pernah ia mengalami situasi itu. Pikirannya terus berperang; ia tahu bahwa apa yang terjadi itu sungguh tidak benar. Namun nyatanya ia tak menolak dan tak memungkiri bahwa ia mendapatkan kenyamanan dan kenikmatan.Kini mereka sudah sampai di retoran. Adit berjalan canggung mengikuti dua wanita itu. Pikirannya masih kacau karena apa yang terjadi di dalam mobil, dan tidak tuntas pula. Bahkan rasanya masih tegang, berdenyut serta sesak di celana, membuat ia merasa tak nyaman untuk berjalan kaki. Namun malu untuk membetulkan posisinya dengan benar.Adit, Renata, dan Celina melangkah masuk ke dalam Restoran Maho

  • Tukang Pijat Tampan   Celina Yang Menyetir

    Adit belum sempat beli motor. Ia tahu, membeli motor tidak secepat membeli makanan. Jadi, ia pun datang ke klinik dengan menggunakan ojol lagi. Panas siang hari kota itu membuat keringat mengucur di dahinya saat ia turun dari motor ojek di depan gedung klinik yang berlantai tiga itu.Saat Adit masuk ke lobby, udara dingin pendingin ruangan langsung menyegarkan kulitnya yang gerah. Lantai marmer putih mengkilap memantulkan cahaya lampu LED yang terang benderang. Ia mencari sosok Tia di balik meja resepsionis yang biasanya didudukinya, namun kursi itu kosong. Adit bertanya kepada salah satu rekan kerja Tia yang sedang mengurus berkas di dekat printer."Tia di mana?""Udah resign Mas Adit…" kata Yeni sambil menghentikan kegiatannya, menoleh dengan ekspresi canggung. Suaranya pelan, hampir berbisik. "Kemarin dia sudah nggak kerja lagi…" imbuhnya sambil menatap Adit dengan tatapan kecewa, seolah-olah ia tahu persis apa yang terjadi antara mereka."Resign? Kenapa?" tanya Adit heran. Alisnya

  • Tukang Pijat Tampan   Renata dan Celina Menunggu

    Sinar matahari pagi menembus celah-celah tirai di kamar. Adit terbangun dengan kepala masih berdenyut dari kelelahan malam sebelumnya. Jam dinding menunjukkan pukul delapan pagi. Tubuhnya masih terasa kaku di kasur yang terasa nyaman itu. Tak semewah kamarnya di rumah Pak Darmawan, namun jauh lebih bagus daripada kamarnya di rumahnya sendiri.Getaran ponsel di meja nakas membuatnya terpaksa membuka mata sepenuhnya. Layar menampilkan nama "Renata" dengan foto wajah cantik yang sudah terlalu familiar. Seketika kantuk lenyap dari matanya. Ada campuran perasaan antara senang dan cemas setiap kali melihat nama itu muncul."Iya kak..." suaranya masih serak."Kamu dijadiin kepala keamanan ya sama suamiku?" Nada suara Renata terdengar santai, tapi Adit menangkap ada sesuatu di baliknya."Iya kak. Pak Darmawan beli tempat hiburan baru. Kok kak Ren tahu?" Adit duduk di tepi kasur, mengusap wajahnya."Tadi pagi aku bertemu dengannya. Dia yang cerita. Kamu berarti sibuk di malam hari kan?"Ada je

  • Tukang Pijat Tampan   Pesan Misterius Itu Lagi

    Jam dua malam. Lampu neon di papan nama café mulai redup, hanya menyisakan sinar kuning pucat yang menerangi jalan sepi di depannya. Suara mesin espresso yang menderu sepanjang hari kini terdiam, digantikan oleh desiran angin malam yang menyelinap masuk setiap kali pintu terbuka. Satu per satu, karyawan yang sudah habis jam kerjanya bergegas keluar, jaket tebal melingkari bahu mereka, napas mengembun di udara dingin.Namun tidak semua pulang. Di lantai bawah, beberapa karyawan shift malam masih bergerak seperti bayangan; menyapu lantai marmer yang licin karena tumpahan kopi dan wine, membersihkan gelas-gelas yang masih berbau alkohol, menata ulang kursi-kursi yang berserakan. Mereka bekerja dalam diam, hanya sesekali terbatuk atau berdehem pelan. Tempat itu harus sempurna saat matahari terbit nanti.Adit berjalan perlahan mengelilingi setiap sudut tempat kerjanya itu. Sepatu ketsnya berderit pelan di lantai. Langkahnya berhati-hati namun terlatih, mata cokelatnya menyapu setiap detail

  • Tukang Pijat Tampan   Sisi Lain Dari Yang terlihat Di Permukaan

    Ketika masalah itu selesai, Adit kembali ke ruang CCTV dengan langkah tenang, seolah-olah insiden barusan hanyalah urusan sepele meski sebenarnya tidak juga sebab itu adalah hal baru yang ia alami di tempat itu.Napasnya masih teratur, tidak ada tetes keringat yang membasahi dahinya. Iwan dan Rendi, yang tadi menyaksikan seluruh kejadian melalui layar monitor dengan mata terbelalak, kini memandang Adit dengan rasa hormat yang bercampur takjub.Bayangan mereka tentang kepala keamanan muda ini telah berubah total; dari yang awalnya meragukan kemampuannya karena usia, kini mereka menyadari bahwa di balik tubuh yang tidak terlalu besar itu tersimpan kekuatan dan keterampilan bertarung yang luar biasa."Gila, dia ngelumpuhin tiga orang kayak main-main aja," bisik Iwan kepada Rendi sambil menggeleng-gelengkan kepala."Gerakannya kayak udah latihan bertahun-tahun. Udah pro…" balas Rendi dengan nada kagum.Sementara itu, di sudut gelap parkiran, Tegar menggenggam ponselnya dengan jari-jari ya

  • Tukang Pijat Tampan   Keributan Di Ruang 07

    Langkah kaki Adit bergema di koridor yang redup, setiap detak jantungnya berdegup semakin kencang seiring dengan kekhawatiran yang mencengkeram dadanya. Apa yang ia saksikan di CCTV masih terngiang di kepalanya. Tangannya yang terkepal erat menunjukkan ketegangan yang tak bisa disembunyikan lagi. Sambil berjalan cepat menuju ke ruangan itu, dengan HTnya, ia memanggil anak buahnya.Sampai di depan pintu ruang privat bernomor 7, Adit langsung meraih gagang pintu tanpa ragu dan mendorongnya. Namun pintu itu hanya sedikit terbuka, lalu seseorang mendorong dari dalam agar pintu itu kembali tertututup. Adit mendorong paksa dan pintu itu terbuka."Eh, kamu siapa? Ngapain masuk ke sini!” bentak lelaki itu sambil memasang badan, menghalangi jalan Adit dengan tubuhnya yang memenuhi bingkai pintu.Memang benar, pintu ruang-ruang karaoke di tempat hiburan malam itu sengaja tidak diberi kunci dari dalam. Kebijakan manajemen yang dimaksudkan untuk antisipasi keadaan darurat, agar petugas keamanan b

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status