Pak Eman tiba-tiba berlari dari arah kamar atas. Ia menuruni tangga dan tak sengaja menubruk Bella yang hendak bangkit.
“Eh, Bapak ngagetin aja,” ucap Bella.“Eh, maaf, Nona.”“Habis ngapain dari atas?” tanya Bella lagi.“Tadi pas udah ngasih tau kedatangan Tuan dan Nona, eh ... saya disuruh benerin keran di kamar mandi atas.”“Ya ampun, pasti mampet lagi.” Criss menepuk jidatnya.“Kenapa, Criss?” tanya Bella.“Itu ... keran di kamar mandi atas suka enggak keluar airnya. Kayanya emang harus diganti sama yang baru kerannya. Besok beli aja, Pak. Nanti aku kasih uangnya,” ujar Criss sambil memecahkan telur ke dalam sebuah mangkuk. Sementara itu, Bella hanya mengangguk-anggukan kepalanya.“Baik, Tuan. Gimana, Non? Apa Nona baik-baik aja? Saya khawatir loh, Non!”“Enggak, Pak. Aku enggak kenapa-kenapa. Maaf udah bikin cemas seisi rumah.”Criss menjatuhkan Bella ke ranjang. Bella pun memegang kuat handuk yang melilit tubuhnya. Rambutnya masih bercucuran air dan membasahi kasur tersebut. Kemudian Criss menjatuhkan diri dan menahan tubuhnya dengan sikut agar tak sampai menindih tubuh Bella.āJadi ... apa kamu udah siap kali ini?ā tanya Criss penuh harap.āApa aku terlihat begitu siap?ā Bella bertanya balik. Ia masih malu-malu kucing.āHarusnya aku enggak bertanya lagi.ā Criss berkata penuh percaya diri.Tanpa babibu, Criss langsung saja menarik handuk istrinya. Bella sungguh terkejut. Ia pikir kali ini Criss terlalu agresif. Bella menutup wajah dengan kedua tangannya saat menyadari jika Criss menatap setiap jengkal tubuhnya tanpa berkedip sedikit pun.āSempurna,ā ucap Criss sesaat sebelum melancarkan aksinya. Ia seolah lepas kendali saat mendapatkan apa yang selama ini ia ingin dan mimpikan.Deru nafas kian memburu tatkala Criss menyentuh beberapa area sensitif itu. Perut Bella yang buncit pun tak lep
“Ti-tidak usah, Tuan,” kata Gea tergagap.“Ah, iya. Ide bagus. Aku juga pengen periksa kandunganku. Takutnya kenapa-napa. Kita bareng aja, yu!” ajak Bella antusias.Criss melipat tangan di dada sambil bersandar pada daun pintu. “Duh, Bella … ada-ada aja. Dia ‘kan bukan mau periksa kandungan kaya kamu. Masa dateng ke rumah sakit ibu dan anak?”“Ah, benar juga.” Bella menggaruk kepalanya.“Kalau begitu, saya permisi, Tuan, Nona. Te-terima kasih udah bantu keluarin anginnya,” kata Gea sambil melengos pergi.Gea bergegas pergi keluar dari kamar Bella sambil menunduk. Tatapan Criss begitu tajam padanya.“Kamu ngapain coba kerokin dia? Kalau kamu kecapean gimana?” Criss cemas. Ia pun kemudian merangkul pinggang istrinya.“Ih, lebay banget, sih. Aku ‘kan kasihan aja sama dia.”“Kamu sama Gea itu beda,” kata Criss.“Beda apanya
āUntuk apa kita ke sana? Bicara di sini aja!ā Criss berjalan menuju ke dalam ruang kerjanya.Begitu pun dengan Gea. Ia pun ikut masuk ke dalam juga, mengekor di belakang Criss. Ia berjalan dengan cepat dan segera menutup pintu.Criss merapikan meja yang dipenuhi berkas-berkas penting yang berserakan. Kemudian ia pun duduk tumpang kaki di kursi kerjanya.āCepatlah! Saya sedang sibuk. Kamu juga ākan tahu kalau ini adalah hari pertama saya masuk kantor lagi,ā kata Criss.āI-iya. Maaf mengganggu, Tuan,ā ucap Gea.āDuduk!ā suruh Criss.Gea begitu kikuk. Ia sampai gemetar saat duduk di kursi yang biasa digunakan orang-orang penting itu.āJadi hal penting apa yang mau kamu sampaikan?ā tanya Criss.āIni tentang ....āāCepat katakan!ā sosor Criss tak sabar.āAku hamil,ā celetuk Gea yang kemudian membekap mulut dengan tangannya sendiri.āApa?!āPerkataan Gea sukses membuat Criss terkejut. Matanya kini tertuju pada perut Gea yang masih rata. Gea pun memperli
Gea menjatuhkan diri berlutut di hadapan Bella. Ia tak kuasa menahan tangis. Semua penghuni rumah yang sedang berkumpul pun menatap heran padanya.“A-ada apa, Gea?” tanya Bella yang ikut berlutut bersamanya. Tanpa ragu Bella melakukan hal tersebut meskipun ada kedua orang tuanya dan juga Criss di sana.Seberapa pun Gea menahan, air mata itu luruh begitu saja bak tanggul yang jebol karena derasnya aliran sungai.“Maaf, Nona. Sepertinya saya harus berhenti bekerja di rumah ini,” tutur Gea di sela isak tangisnya dan membuat Criss meliriknya. Memberi tatapan tajam.“Tapi ... kenapa? A-apa maksudmu? Apa ada di antara kami yang berkata atau berlaku kasar padamu?” selidik Bella. Ia merasa ada yang tidak beres pada Gea.Mata Bella beredar melihat satu-persatu penghuni rumah. Criss mengangkat bahunya seolah berkata bahwa ia pun tak tahu menahu masalah asisten rumah tangganya itu. Ya, Criss berpura-pura.“Tidak, Nona. Sua
Criss mengotak-atik ponselnya sambil berjalan. Ia mengirim pesan kepada seorang temannya. Teman yang dikenalnya saat di Bar. Kemudian secara diam-diam Criss mencari sepatu kecil berwarna merah di dalam kantong-kantong belanjaan istrinya. āKenapa semua wanita menginginkan ini?ā Pikiran Criss bertanya-tanya. Ia berhasil menemukan dan memegang sepatu merah kecil itu. Mata Criss kemudian melihat Bella yang masih terpejam. Ia pun buru-buru memasukkan sepatu kecil tersebut ke dalam saku celananya. Muat ternyata. āMaaf, Bella. Nanti kita beli lagi yang lebih bagus dari ini,ā batinnya. āBerbagilah sedikit.ā Criss kembali ke kamar Gea sambil berlari. Lalu ia menyerahkan barang yang dimintanya. āTuan ....ā Gea tak pernah menyangka jika Tuannya akan kembali dan membawakan sesuatu yang dimintanya. Ia menangis terharu. āUdah, jangan nangis lagi! Sembunyikan itu! Jangan sampai Nona tahu jika sepatu itu ada padamu! Biar nanti saya bel
Bi Iyum pun tak mengerti dengan apa yang dilakukan Tuan yang sejak kecil diasuhnya. Yang ia tahu memang Criss itu orangnya jahil dan nakal.“Aku mau bawa Bibi ke rumahku dan Bella,” sahut Criss dengan entengnya.Hena mengernyitkan dahi. Ia dibuat bingung dengan kelakuan anaknya. “Maksudnya?”“Aku mau Bibi jagain Bella. Ya ... menjaga kehamilannya,” jelas Criss penuh penekanan. Matanya mendelik.“Tapi ... rumah ini gimana? Siapa yang mau masak dan bersih-bersih?”Hena mencemaskan rumahnya jika tanpa seorang asisten rumah tangga. Terlebih Bi Iyum sudah bekerja selama berpuluh-puluh tahun. Bahkan lebih dari umur Chiko sekarang. Bi Iyum sudah mengabdi sangat lama. Hena sama sekali tak berpikir akan mencari penggantinya.Sementara dirinya sama sekali tak pernah melakukan tugasnya baik sebagai istri mau pun sebagai ibu. Akan tetapi, setidaknya nasi goreng buatannya cukup enak. Ya, sayangnya ia jarang turun ke da
“Ah, aku enggak kuat liat dia nangis, hatiku sakit,” pikir Criss. Ia kembali ke ruangan tempat Bella berada, masuk dan hanya mendapati Bi Iyum di sana.“Bi, Papa dan Mama ke mana?” tanya Criss.“Mereka pergi ke bagian administrasi. Pak Eman kembali ke parkiran,” jawab Bi Iyum yang sedang merapikan ari-ari bayi Bella. Ia masukkan ke dalam sebuah guci kecil.“Kenapa mereka enggak minta aku buat bayar biaya persalinan Bella? Apa karena aku bukan ayah kandungnya? Ah, aku juga salah, kenapa aku terlambat mengurusnya?” batin Criss.“Criss, kamu dari mana?” tanya Bella.“Aku dari toilet,” sahut Criss yang kemudian duduk di ranjang tempat Bella berbaring. Ia memegang tangan istrinya dan saling memandang.Bi Iyum merasa tak enak dan canggung dengan keadaan itu. Ia tak mau mengganggu momen romantis majikannya.“Ya udah, Bibi pulang dulu, ya? Selamat Tuan, akhirnya kau jadi seorang
Criss mengajak Bella ke hotel yang tidak jauh dari restoran tadi. Ia sudah siap bertempur malam ini.āIzinkan aku memberimu seorang anak,ā ucap Criss dengan nafas yang memburu.āCriss ....āSeakan bulan madu yang tertunda. Criss melepas satu-persatu kain yang menutupi tubuh istrinya. Melemparnya ke sembarang tempat. Sementara Bella hanya bisa pasrah.Criss mulai beraksi. Ia membaringkan Bella yang tanpa sehelai benang pun. Mengecup adalah tindakan favoritnya.Bibir Bella adalah sasaran pertama. Ia memberi pautan yang begitu dalam. Merasakan setiap detik kebersamaannya dengan istri tercinta.Bella pun sangat menikmati. Ia membalas setiap perlakuan suaminya. Kecupan Criss turun dan membubuhi setiap jengkal leher Bella yang menggoda. Tubuh Criss memanas.Diputarnya gunung kembar di sana. Mana mungkin ia membiarkannya begitu saja.āI love you,ā bisik Criss.Tak bisa membalas, Bella hanya bisa mengerjapkan mata menikmati sensasi itu. Dirinya seakan melayang. Ti