Share

Unperfect Marriage Revenge
Unperfect Marriage Revenge
Penulis: Si Nicegirl

Aku Tidak Akan Melepaskanmu

Sambil melipat kedua tangannya di depan dadanya, Laura terus mengarahkan perhatiannya pada padatnya arus lalu-lintas sore itu. Sesekali ia menghela napas panjang saat teringat pada diskusinya dengan pengacara perceraiannya pagi tadi yang benar-benar telah mengacaukan kepercayaan dirinya.

Perceraian ternyata tidak semudah seperti yang selama ini ia pikirkan. Menghadapi Erlan dan pengacara hebatnya itu butuh perhitungan yang sangat matang. Jangan sampai bukti-bukti yang telah mereka miliki menjadi senjata mematikan untuk mereka sendiri. Mereka harus memastikan tidak ada cela pada bukti yang mereka miliki yang akan digunakan pengacara Erlan untuk menyerang balik mereka.

Laura tersentak kaget dari lamunannya saat pintu tiba-tiba terbuka bersamaan dengan suara raungan Erlan yang terdengar nyaring di ruang kerjanya saat pria itu menerobos masuk,

"Apa kamu yang meminta sekretaris bodohmu itu melarangku masuk?"

"Maaf, Bu Laura. Pak Erlan bersikeras ingin bertemu dengan anda, saya tidak dapat menahannya," ucap Cindy, sekretaris Laura.

"Sudah tinggalkan kami, Cindy." 

Dengan Erlan yang sedang terbakar amarah seperti itu, tidak akan ada yang dapat mencegahnya, bahkan jika pria itu ingin membunuh Laura sekalipun.

Setelah mengangguk pelan, Cindy pun melangkah keluar sambil memberikan tatapan tajam pada Erlan. Lebih dari satu kali pria itu menyakiti Laura, namun Laura selalu melarang Cindy melaporkan perbuatan suaminya itu pada pihak berwajib.

Laura mundur beberapa langkah ke belakangnya saat melihat Erlan memutar anak kunci,  "Kenapa mengunci pintunya?" tanyanya dengan sorot mata tajamnya.

Alih-alih menjawab, sambil melangkah mendekati Laura Erlan malah bertanya,  "Masih berusaha menggugat cerai aku?"

Tidak mau merasa terintimidasi oleh Erlan, Laura tetap berdiri santai di tempatnya, meski satu-satunya keinginannya saat itu adalah melarikan diri secepatnya, 

"Menurutmu? Apa aku harus diam saja dengan perselingkuhanmu itu?"

"Oh come on! Apa kamu cemburu? Kamu sakit hati?"

Laura tertawa getir sambil menggelengkan kepalanya,  "Percaya diri sekali kamu! Justru aku akan bertepuk tangan dengan sangat keras hingga telapak tanganku sakit. Karena apa? Karena pada akhirnya kamu melakukan kebodohan itu, dan aku ... Aku hanya harus bersiap menerima seluruh sahammu dan mendepakmu dari posisimu saat ini!"

"Apa kau yakin sekali dapat menyingkirkanku dengan mudah?"

Kini, Erlan terlalu dekat dengan Laura, dan mau tidak mau Laura melangkah mundur menjauhinya hingga punggungnya menyentuh jendela kaca di belakangnya. Ia memekik pelan saat dengan cepat Erlan sudah menyatukan kedua tangan Laura di atas kepalanya,

"Lepaskan! Mau apa kamu?" geram Laura sambil berusaha melepaskan tangannya dari cengkraman Erlan.

"Memberimu pelajaran supaya kamu ingat kamu sedang berhadapan dengan siapa!" desis Erlan sebelum melumat bibir Laura. Tentu saja Laura berusaha menghindar hingga ciuman itu terlepas. Namun bibir Erlan kini mengarah ke leher jenjangnya, dan Laura kembali memekik saat pria itu menggigitnya dengan kasar.

"Arrgh bajingan kamu! Lepaskan aku!"

Erlan kembali menatap Laura dan memberikan senyuman jahat padanya,  "Kapan terakhir kalinya aku menyentuhmu, Ra? Satu bulan yang lalu? Dua bulan? Atau bahkan satu tahun? Aku tidak dapat mengingatnya. Tapi yang pasti sekarang ini, aku akan melakukannya padamu, dan akan memastikan kamu mengandung anakku!"

“Kamu melakukan ini karena kamu tahu konsekuensi yang akan kamu terima nantinya setelah aku memiliki bukti tentang perselingkuhanmu itu, kan?”

Namun bukan Erlan namanya kalau ia tidak bisa menekan Laura. Pria itu hanya terdiam sebentar sebelum akhirnya memberikan tatapan mencemoohnya ke Laura,

"Ternyata benar, kau menikahiku hanya karena menginginkan saham itu!"

"Oh jelas. Memangnya untuk apa lagi? Cinta? Jangan mimpi! Kamu bahkan tidak layak dicintai seorang pengemis sekalipun!" ejek Laura.

Adu mulut, itu adalah hal yang biasa untuk mereka. Selalu seperti itu tiap kali mereka bertemu. Tidak saling membunuh saja sudah menjadi sebuah keuntungan untuk mereka.

"Apa menurutmu kamu layak? Tidak ada satu pun pria yang akan menikahi wanita dingin dan sombong sepertimu, bahkan dalam mimpi mereka sekalipun. Dan terutama ... “ Erlan menggantung kata-katanya saat tangannya yang bebas menekan rahang Laura,

"Kamu payah sekali dalam bercinta. Kaku seperti kayu, sama sekali tidak menarik apalagi dapat memuaskanku," lanjutnya.

"Oh bagus! Jangan kamu pikir aku mau berurusan lagi dengan para pria yang hanya akan menyusahkan aku saja! Yang hanya mengutamakan kebutuhan biologis mereka saja!"

"Maksudmu kamu ingin pria baik-baik yang akan menjadi penggantiku nanti? Cih, semua pria pada dasarnya sama, mereka perlu menyalurkan hasrat mereka. Sementara kamu ... “  Erlan menyusuri tatapannya ke seluruh tubuh Laura dengan tatapan jijik, seolah ia melihat bangkai alih-alih istrinya sendiri,

"Kamu sama sekali bukan tipe wanita yang akan menjadi fantasi pria, jangankan yang tertinggi, yang terendahpun tidak," ejeknya tanpa ampun.

"Peduli setan dengan fantasi busuk kalian! Yang terpenting sekarang, aku sudah terbebas dari iblis sepertimu."

Tekanan tangan Erlan semakin mengencang di rahang Laura, hingga Laura sedikit meringis karenanya. Namun ia tidak mau memperlihatkan kesakitannya di depan suaminya itu. Ia tidak mau memberikan Erlan kepuasan karenanya.

"Aku tidak akan pernah melepaskanmu! Silahkan mimpi dan berkhayal semaumu, kamu hanya akan menemukan kesia-siaan saja!" tegas Erlan.

"Tidak mau melepaskanku? Apa kamu jatuh cinta padaku?"

Tangan Erlan beralih dari rahang ke pipi Laura, ia mengusap lembut pipi Laura saat berkata dengan malas,  ”Umm, mungkin aku bisa mempertimbangkannya kalau kamu mau membatalkan niatmu bercerai dariku. Mari kita mulai dari awal lagi, bagaimana?"

"Kita memang akan memulai lagi dari awal, tapi dengan hidup masing-masing!"

"Ck, itu satu-satunya hal yang tidak akan pernah aku berikan padamu, Sayang. Begini saja, aku janji kalau kamu memberikan aku kesempatan lagi, aku akan berubah menjadi suami yang setia. Aku tidak akan menyentuh wanita lain lagi, hanya kamu yang menjadi satu-satunya," bujuk Erlan.

"Percaya padamu, sama saja percaya kalau bebek bisa terbang! Lagipula, bagaimana aku bisa memberikanmu kesempatan kedua, kalau apa yang telah kamu lakukan tidak akan berdampak apapun padaku, apalagi sampai menyakiti hatiku. Dan satu hal yang pasti, aku tidak akan pernah menyia-nyiakan kesempatan berharga untuk menceraikanmu dan mendepakmu dari kursi CEO itu!" desis Laura.

Kalau bisa meludahi wajah Erlan Laura pasti sudah akan melakukannya, hanya saja ia tidak ingin menjadikan hal itu sebagai amunisi Erlan dan pengacaranya untuk menyerangnya.

Kata-kata Erlan selanjutnya terdengar begitu dalam dan sarat akan dendam, "Ah, kamu membuatku semakin berat untuk melepaskanmu, Sayang. Semakin kamu ingin pergi dariku, semakin aku akan mengeratkan cengkramanku padamu! Dan harap ingat satu hal, semua aku lakukan bukan karena aku tidak ingin kehilanganmu, apalagi sampai mencintaimu. Aku melakukan itu hanya karena ingin terus menyiksamu, wanita jahat yang telah membuat Tiara meninggalkanku!"

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Difa Farhanah
ini ko mirip cerita yg pernah kubaca ttg perjanjian nikah yg d dlmnya klo slh 1 psgn ada yg terbukti selingkuh dia kehilangan separo asetnya, setengah saham perusahaannya & turun dr posisi ceo...cm ak ga inget judul ceritanya apa, krn bnyk yg kuvaca. tumben kam nice ceritanya mirip2 gini...maaf
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status