Di saat yang sama, Ivy dan Tita sedang berada di dapur. Keduanya sedang menyiapkan makan siang dan belum menyadari kedatangan Avyan di villa tersebut."Di villa semewah ini tidak ada asisten rumah tangga, apa tuan Avyan begitu perhitungan hingga kamu juga yang harus melakukan semua pekerjaan rumah?" Tita sedikit kesal karena selama ini dia selalu menggunakan jasa delivery ketika sedang lapar. Tidak perlu mengotori tangan untuk sekedar mengisi perut seperti yang dilakukan Ivy saat ini."Biasanya ada, Tita," kata Ivy sedikit bingung. "Aku juga heran kenapa bibik Mary dan pelayan lainnya tiba-tiba menghilang dari villa ini?" Di ruang tamu, Avyan tak kalah heran melihat suasana dalam villa. Ruangan itu masih berantakan. Sampah dan botol minuman ada di mana-mana, ke mana Mary, Ivy dan pelayan lainnya hingga villa itu tampak seperti tak terurus?Melalui ponselnya, Gibran mulai menghubungi Mary, tapi yang dia dapatkan hanya suara dari operator seluler. Nomor wanita paruh baya itu tiba-tiba
Ivy merasa marah diremehkan secara terus menerus. Dihina dan dianggap sebagai wanita rendahan membuatnya ingin segera menjatuhkan wanita sombong itu.Tadinya Ivy masih bisa menahan diri, namun ejekan Kimmy seketika membuatnya meledak."Apa yang kamu katakan, Ivy?" Tita sempat berbisik, namun Ivy tidak menanggapinya lagi. "Aku akan membuatnya bertekuk lutut di depanku," kata Ivy dengan tenang.Sedangkan Kimmy justru tidak terganggu dengan perkataan Ivy. Dia memang berhenti dan berbalik menatap Ivy, namun tidak ada ekspresi ketakutan dalam wajahnya."Aku beritahu padamu, selama ini, banyak orang yang pernah bertemu denganku, tapi apakah aku harus mengingat mereka semua, termasuk dirimu?" Kimmy melipat kedua tangan di dadanya dan menganggap rendah pada lawan bicaranya."Aku bukanlah tandinganmu, Ivy," lanjut Kimmy lagi. "Seharusnya kamu sadar dengan menjadi wanita penghibur untuk suamiku, selamanya kamu hanya akan menjadi gundik di mata orang banyak, sedangkan aku tetap menjadi istri da
Ivy memperhatikan satu persatu orang yang ada dalam villa itu. Dia tidak mengenal satu pun di antara mereka semua.Penerangan di ruangan itu tidak seperti biasanya, seseorang pasti telah menggantinya dengan cepat dan dalam waktu beberapa jam, ruang tamu itu pun seketika berubah bak klub malam."Apa yang terjadi di sini?" Ivy tidak habis-habisnya berpikir, siapa yang telah melakukan semua itu. Dia bahkan tidak menemukan Mary di tempat itu."Apa kamu benar-benar tidak tahu, Ivy?" Tita ragu untuk melangkah, khawatir jika kejadian itu akan berakibat buruk pada sahabatnya."Tentu saja aku tidak tahu." Di tengah kebingungannya, lengan Ivy tiba-tiba ditarik oleh seorang pria yang tidak dikenal. Dia dibawa ke tengah-tengah ruangan, lalu dipaksa untuk mengikuti gerakan pria itu.Pun dengan Tita yang ikut dipaksa pada malam itu. Meskipun dunianya identik dengan pesta malam, tapi dia tidak mungkin menikmati acara yang membuatnya kebingungan."Lepaskan aku ....!" Ivy berontak ketika pria asing i
Sudah berada di bawah atap yang sama, kenapa harus menghindar? Pikiran itu terlintas dalam benak Ivy. Sekarang atau nanti, cepat atau lambat, mereka juga pasti akan dipertemukan lagi.Selain itu, Ivy juga berniat untuk mendekati Kimmy dengan caranya sendiri. Seberapa licik wanita itu hingga berani menyelingkuhi seorang pria seperti Avyan.Bersama lima orang tamunya, Ivy berjalan santai melintasi ruangan tamu, tempat di mana Kimmy dan Suzy juga sedang duduk menikmati hidangan sore hari."Kenapa banyak perempuan di sini?" Suzy bertanya bingung saat melihat beberapa wanita melintas di hadapan mereka. "Apa mereka semua ini adalah pelayan?" sambungnya.Kimmy meneliti satu persatu wanita itu. Satu orang yang mencuri perhatiannya adalah Ivy yang terlihat lebih menonjol dari wanita lainnya. Pandangannya yang tajam pun tertuju hanya pada wanita muda itu.Tatkala semua orang meninggalkan villa, Ivy kembali berbalik dan berpura-pura terkejut dengan kehadiran Kimmy dan Suzy.Karena Kimmy dan Suzy
27.Mengetahui Avyan telah berangkat ke luar negeri, Kimmy pun mulai merencanakan sesuatu. Satu kesempatan baginya untuk berkunjung ke villa yang baru dibeli oleh suaminya.Bersama Suzy, Kimmy mendarat di kota Parou. Mereka tiba di villa pada sore hari. "Wow ... ini amazing ...!" Suzy takjub. Begitu menginjakkan kaki di halaman villa yang luas dan terawat, dia turut melebarkan kedua tangan, menikmati udara taman bunga yang begitu segar dan menenangkan jiwa."Pantas saja tuan Avyan lebih sering berkunjung ke sini dari pada apartment yang kalian tinggali dulu," lanjut Suzy dan itu terdengar seperti ejekan untuk Kimmy. "Aku benci dengan semua kebohongan Avyan," Kimmy sangat marah. Ekspresinya berbeda jauh dengan sang asisten. Meski tidak mengungkapkan kekagumannya pada villa tersebut, tapi jauh dalam lubuk hatinya, dia juga berniat untuk memiliki villa tersebut."Bagaimana kalau kamu minta saja villa ini sebagai permintaan harta gono gini saat kalian bercerai nanti?" Suzy memberikan sa
26Begitu keluar, orang pertama yang Ivy lihat adalah kedua kakaknya. Karena posisi Nina dan Nara tidak terlalu jauh dari ruangan Suhana, Ivy khawatir percakapan mereka terdengar oleh sang ibu.Ivy setengah berlari untuk menjauh dari ruangan itu. Nara dan Nina pun segera mengejar. Keduanya menarik lengan Ivy, lalu menyeretnya ke tempat yang lebih sepi."Mau ke mana kamu?" bentak Nina dengan geramnya. "Mau lari ke mana, hah?""Aku mau kerja, bukan lari," bantah Ivy."Berani kamu sekarang ya!" Nara segera mendorong Ivy hingga tubuh adiknya menempel pada tembok. "Apa kamu tidak takut ibu mengetahui pekerjaanmu yang sebenarnya?" Ancaman itu membuat Ivy tidak tenang, tapi dia juga tidak bisa memenuhi keinginan kedua kakaknya. "Aku belum punya uangnya, berikan aku waktu!"Nina meremas mulut Ivy. "Aku dengar kamu bertemu dengan rentenir dan menyelesaikan seluruh hutang ayah dan ibu, kenapa kamu mendahulukan kepentingan mereka?" Karena ulah kasar Nina, Ivy tidak bisa bicara. Dia berusaha b