Brug
Beberapa dari warga yang merasa ketakutan tiba-tiba terjatuh, seperti ada sesuatu yang membuat mereka lemas seketika ketika melihat makhluk tersebut, badannya menggigil dengan keringat dingin yang memenuhi badannya.
Pak Ardi dan Aki Karma sibuk menggelar alas yang terbuat dari sarung warga yang dibentangkan di atas rerumputan, dan mereka yang tidak kuat ketika melihat kejadian tadi, langsung diminta untuk duduk dan beristirahat.
“Bagi yang masih tahan terhadap dingin, kasih jaketnya untuk menghangatkan para warga yang lemas! ” Aki Karma berteriak-teriak di depan gerbang. Mencoba membantu sebisanya di tengah-tengah udara yang sangat dingin.
Sebagian dari warga yang melihat makhluk itu dari dekat, adalah para warga yang ingin pulang ke rumah Pak Ardi karena mereka sudah tidak sanggup lagi menungguku di depan gerbang.
Namun, naas bagi mereka. Ketika baru saja mereka melangkahkan kakinya beberapa langkah menuju kampung yang kini sepi itu. Mer
Maaf ya, saya masih lelah setelah kemaren dari Purwakarta, hari ini up nya 1 aja ya. selamat membaca dan semakin penasaran dengan kelanjutan ceritanya. Jangan lupa dukungan Vote dan komennya ya.. Happy Weekend!!!
Suara-suara benda yang bertabrakan kini terdengar kembali, namun kali ini terdengar dari arah pemakaman di sebelah kampung, yang berbatasan langsung dengan persawahan luas yang membentang hingga ke sungai perbatasan Kampung Sepuh. Pemakaman yang sangat luas tersebut, awalnya sunyi dan sepi. Karena jarang sekali dikunjungi oleh manusia, kini tampak gaduh dengan suara-suara benda yang saling beradu. Seperti suara-suara yang muncul di Gunung Sepuh beberapa saat yang lalu. Situasi semakin tidak terkendali, pikiran para warga semakin tidak karuan karena waktu semakin menipis. Namun terror yang mereka alami semakin terasa nyata. Banyak yang berpikir bahwa ini adalah akhir dari Kampung Sepuh, senekad apa pun aku melepaskan perjanjian yang selama ini mengikat mereka, aku masih dianggap belum mampu seperti bapak dan kakek yang lebih dulu berpulang. Namun, banyak juga yang percaya bahwa aku bisa melakukan hal itu. Meskipun kurang dari satu tahun ini, aku baru m
Di tengah-tengah tanah yang tandus yang berwarna merah darah tersorot oleh bulan yang tertutup oleh kabut berwarna merah di atasnya. Aku hanya bisa terkapar dengan banyak luka yang disebabkan oleh Kala. Luka-luka yang aku terima sebagai manusia biasa yang merasakan teror dari para makhluk yang menjadi penyebab dari segala hal yang terjadi di Kampung Sepuh. Meskipun aku kini dianggap lebih kuat daripada bapak dan kakekku sendiri, karena aku bisa membawa para makhluk yang ikut bersamaku untuk bertarung pada malam ini. Namun, tetap saja. aku tidak mempunyai pengalaman sebanyak Bapak dan Kakek, yang sudah belajar keilmuan ini dari saat mereka masih kecil. Sehingga mereka bisa memaksimalkan ilmu yang Ki Wisesa diturunkan kepadanya. Aku kini hanya bisa melihat hamparan pasir-pasir yang kini merah menempel di kepalaku saat ini. Aura biru yang menutupi wajahku rupanya tidak menganggap pasir-pasir merah itu bukan suatu ancaman, sehingga pasir-pasir tersebut dibiarkan
HWAHAHAHAHAHAHAHA Kala semakin tertawa hebat ketika pohon-pohon yang mati itu terbakar hebat di depanku, bahkan kini pohon-pohon yang berwarna hitam itu, secara perlahan menjadi abu dan menghilang sekejap. Aku melihat api yang membara membakar pohon tersebut di depan mataku, seperti ada tekanan hebat yang membuat pohon itu berhenti dan terbakar secara bersamaan. HAHAHAHA HAHAHAHA “Aku sekarang tidak bisa seenaknya mendekatimu lagi, Jang. ” “Karena aku tidak akan melakukan kesalahan yang sama, ” “Jadi....” “AKU AKAN MENYERANGMU DARI JAUH!!!” Tiba-tiba, pasir-pasir yang ada di dekatku melayang dengan sendirinya, pasir-pasir itu berusaha untuk menutupiku dengan perlahan. Namun lagi-lagi, ketika pasir-pasir itu mendekat, ada tekanan hebat yang membuatnya berhenti dan menghitam secara perlahan. Tubuhku yang belum bisa aku kendalikan tiba-tiba menghentakan kakiku beberapa kali ketika pasir-pasir itu masih beru
Bagi setiap manusia yang sudah siap untuk menyerahkan jiwa-jiwanya agar dia bisa menjadi manusia yang memiliki kekayaan dan kekuasaan sesuai dengan apa yang dia mau dalam hidupnya. Akan membuat jiwanya sengsara ketika dia meninggal. Para manusia tersebut akan meninggal jauh sebelum waktunya, dan selama itu pula jiwanya akan menjadi budak bagi para makhluk untuk selamanya. Sampai menunggu kehancuran dunia tiba dan memusnahkan semua isi di dalamnya. Hanya ada dua cara untuk membebaskan jiwa-jiwa yang malang ini, jiwa-jiwa yang selama hidupnya, hidup dalam kesenangan yang mendalam dan kekuasaan yang berlebih. Namun akan menangis dan menyesal ketika mereka meninggal di saat puncak kejayaannya. Mereka akan menjadi sesuatu yang bahkan lebih rendah daripada tumbal-tumbal yang seringkali mereka berikan kepada para makhluk tersebut, dan para makhluk pun membiarkan para jiwa-jiwa ini bertemu kembali dengan tumbal-tumbal yang sudah mereka bunuh untuk memenuhi syarat dar
Situasi yang terjadi di tempat itu semakin kacau, aku tidak tahu sudah berapa lama aku di tempat ini, karena realita waktu sangat berbeda dengan waktu yang terjadi di Gunung Sepuh.Aku melihat kehancuran ini dengan seksama, semua makhluk yang ada di tempat ini hampir semuanya terkapar dalam keadaan yang mengenaskan, sedangkan yang lainnya lagi terlihat menghilang dan menjadi pasir-pasir yang berkumpul di tempat ini.BlugAku kembali terjatuh, tepatnya di dalam salah satu ruangan yang kini sudah hancur berkeping-keping. Menyisakan dinding yang masih berdiri utuh tanpa atap dengan banyaknya puing-puing yang berserakan di mana-mana.Ruangan itu sepertinya ruangan yang sangat mewah apabila bangunan ini belum hancur seperti sekarang, dengan banyaknya ornamen-ornamen yang indah yang kini tampak hancur di kiri dan kanan ruangan tersebut.lantainya yang dibuat dari batu hitam yang berkilau dengan garis-garis putih tipis yang membuat cantik ruangan tersebut
Entah apa yang terjadi, Aku hanya bisa menutupi mataku karena cahaya dari petir itu sangatlah menyilaukan. Aku sudah pasrah akan keadaanku saat ini, mungkin apabila aku membiarkan tubuh dan jiwaku terpisah di tempat ini, para warga Kampung Sepuh mungkin saja tidak bisa menemukan jasadku, dan aku akan menghilang, layaknya para manusia yang datang ke Gunung Sepuh dan tidak pernah kembali.Seekor kucing yang rasanya aku kenal tiba-tiba muncul, dia melompat ke atas tubuhku yang penuh luka ini dan mengeong seperti layaknya kucing pada umumnya.Namun, sepersekian detik ketika suara itu terdengar. Tiba-tiba petir yang Kala layangkan kepadaku tiba-tiba terbelah. Dan menghantam lantai tempat aku berbaring sekarang.MeowKucing itu tiba-tiba berjalan ke atasku dan menjilati tangannya seperti layaknya kucing pada umumnya, tidak ada rasa takut atau rasa khawatir karena tidak jauh di dekatnya ada makhluk yang sangat menyeramkan dan buas dengan tinggi yang berpuluh-pul
Situasi yang terjadi di tempat tersebut secara tiba-tiba berubah, suatu tempat dengan bangunan megah dengan warna langit yang memerah karena tertutup kabut tebal kini seketika menghilang, digantikan oleh cahaya bulan purnama yang indah dan bintang-bintang yang berhamburan menjaga sang bulan tersebut agar tetap memancarkan sinarnya yang terang. Dan dibalik terjadinya situasi seperti itu, adalah sosok Nenek Anteh dengan kucingnya yang selalu setia menemaninya. Dia datang di saat-saat terakhir, saat di mana kita semua sudah mencapai batas dan tidak mampu bergerak kembali karena tubuh kita sudah bekerja sangat keras hingga akhirnya mencapai batasnya. Sinar bulan purnama yang muncul itu tiba-tiba menghangatkan badanku dan mengisi kembali energi yang sudah terkuras habis, juga menutup kembali luka-luka yang ada di dalam tubuhku sehingga aku bisa bangkit kembali dan berdiri dengan kedua kakiku di tempat ini. Sinar bulan mempunyai elemen penting dalam kehidupan, apal
TikTokTikTokSetiap detiknya, waktu semakin bergerak menuju pagi. Pak Ardi, Mang Rusdi, Aki Karma, Mang Dadang, Mang Uha, dan para warga yang masih menunggu di depan gerbang masih berharap bahwa aku akan segera pulang.Karena, hingga saat ini, mereka semua tidak menemukan tanda-tanda bahwa aku akan keluar dengan selamat dari Gunung Sepuh. Wajah-wajah khawatir semakin terlihat, bercampur dengan rasa ketakutan yang dialami oleh warga yang melihat beberapa makhluk yang keluar hutan dengan mata kepalanya sendiri.Mang Rusdi berjalan bolak-balik dengan tangan yang sesekali melihat HP lama nya dengan keadaan yang tidak karuan, juga Pak Ardi yang masih berdiri dengan Aki Karma juga kini lebih sering melihat HP nya dengan menggerak-gerakan tangannya.“Mang, sudah jam berapa sekarang?” Kata Mang Uha kepada Mang Dadang yang memegang senternya dengan sangat erat.“Setengah lima Mang, ” Kata Mang Dadang sambil me