"Ini, aku sudah mesan dua tiket, kamar dan akomodasi lengkap sudah siap, kamu nggak bisa nolak."
Terkejut, Hanin datang menunjukkan dua tiket ke Bali, padahal sudah jelas aku menolak dari awal untuk pergi dinas dengannya.
"Nanti kuminta Firman yang gantikan aku. Kamu bisa pergi dengannya," tolakku.
"Sayangnya tidak bisa. Aku sudah buat janji dengan Pak Wilman soal meeting yang bakal dihadiri olehmu langsung Mas, kalau Mas tidak ikut dan tidak hadir di rapat itu maka kredibilitas perusahaan Samudra group dipertanyakan." Dengan entengnya Hanin mengatakan hal tersebut. Tanganku sampai mengepal kuat. Pena dalam genggaman ingin rasanya kupatahkan jadi dua. Keterlaluan Hanin. Untuk apa dia mengatur jadwal kerjaku sesuka hatinya.
"Rin, tolong masuk ke ruangan saya sekarang."
&nb
Pov MaysarahMas Sam pulang setelah Maghrib. Padahal siang itu dia bilang akan pulang sore. Mungkin kesibukannya di kantor menyebabkan ia telat pulang. Aku harusnya memaklumi hal tersebut.Masuk kamar, Mas Sam diam tanpa suara. Dia melepas jas dan dasinya, dan meletakkan sembarang di tempat tidur. Sepertinya itu memang kebiasaan lelaki. Para teman guru sering mengeluh kebiasaan suaminya yang lempar sana, taruh sini barang pribadi sesuka hati. Seperti handuk basah yang akan diletakkan di atas tempat tidur. Namun sejauh ini, Mas Sam selalu meletakkan handuk di tempatnya.Setelah melepas pakaian, ia berlalu masuk ke kamar mandi. Aku cuma dilihatnya sekilas. Apa jangan-jangan Mas Sam marah padaku soal siang tadi?Padahal kan bukan salahku. Mana kutahu ada Ken di rumah ini. Dia memang dekat dengan Bulan dan aku tidak mungkin melaran
Sesuai keinginan Mas Sam, aku izin sehari ngajar. Hari ini adalah hari keberangkatan ke Bali. Semua keperluan yang hanya untuk dua hari sudah kusiapkan.Mas Sam menggenggam erat tanganku dari dalam mobil sampai masuk ke bandara. Kami layaknya pasangan yang memang ingin pergi berbulan madu."Mas Sam!" Hanin melambaikan tangannya ke arah kami.Aku dan Mas Sam berjalan menuju ke arahnya. Eh tapi, siapa yang disamping Hanin? Seperti kenal?Setelah jarak kami dekat. Aku baru bisa memastikan siapa wanita yang berdiri di samping Hanin.Nirmala?Kenapa Nirmala bisa berada di samping Hanin? Apa ini? Ada apa antara Hanin dan Nirmala?Aku memandangi Mas Sam. Ia pun sama mengernyitkan kening saa
Sudah malam dan Mas Sam belum juga kembali. Untuk menghubungiku pun juga tidak. Awalnya sih masih biasa saja berada di dalam kamar sendirian dengan fasilitas lengkap di dalamnya. Aku sempat bervideo call-an sama Bulan dan Ibu. Tidak lupa juga dengan Ayah dan Ibu Denok. Aku sempat bilang kalau Nirmala berada di Bali dan Ibu Denok kaget seperti tidak tahu keberadaan anaknya. Entah itu benar apa tidak, aku tidak ingin ambil pusing. Malah beliau yang minta aku memanggilnya biar bisa v-call an bareng. Namun kutolak. Kubilang saja kami beda kamar dan aku tidak bisa ke kamarnya. Untungnya Ibu percaya. Kalau beliau ingin bicara, kuminta saja Ibu menghubungi secara langsung ke ponselnya Nirmala.Kukira setelah menutup pintu dan menguncinya, Nirmala berhenti mengusikku. Ternyata tidak. Dia mencoba ingin masuk lewat pintu kaca yang view-nya terhubung ke pantai. Mungkin karena kamar kami bersebelahan, makanya viewnya sama. Untungnya pintu tersebu
Belum hilang lipatan di dahiku, Mas Sam sudah merebahkan kembali badan ini ke atas tempat tidur. Posisinya aku di bawah dan Mas Sam berada di atasku. Deru napas saling beradu menerpa wajah masing-masing. Lalu kami saling tatap tak berkedip.Aku baru paham maksudnya. Jadi kututup mata setelah merasakan wajahnya semakin mendekati wajahku. Degup jantungku bertalu lebih cepat. Meski sudah pernah melaluinya bersama, tetap saja menimbulkan kegugupan dalam hatiku. Mas Sam mulai melancarkan serangannya yang memantik gairahku semakin naik. Aku kembali larut dalam perlakuan manisnya. Mulai ikut menikmati manisnya kehalalan hubungan kami. Kuharap malam ini tidak berakhir seperti yang kemarin. Ada nama perempuan lain saat pelepasan hasratnya terpenuhi. Jangan … karena aku tak sanggup mendengarnya lagi, meski orang itu sudah tidak ada di sini di dunia ini.***
Aku terduduk kembali di kursi sambil mencerna isi pesan Nirmala.Ting!Ada pesan masuk ke ponsel. Dengan cepat kubuka.[Ada apa Sayang? Seperti orang kebingungan. Nirmala kemana?]Ternyata pesan dari Mas Sam. Kupandangi ia yang duduk di meja sana dengan menggelengkan kepala. Kukirim pesan padanya kalau aku tidak apa.Lalu kembali menatap ponsel fokus ke pesan Nirmala.Besok kalau pulang jangan jauh dari Mas Sam? Kalimat itu terngiang di benakku dan selalu kubaca ulang.Ya tentu aku tidak akan jauh dari Mas Sam. Namun untuk apa Nirmala memperingatkanku begini?"Hei, sendirian? Boleh gabung?" Lagi fokus ke ponsel ada seseorang yang mengajakku bi
"Jaga baik-baik. Kulihat dia memang berlari seperti orang ketakutan. Hanya saja saya tidak melihat dua orang yang ia maksud."Hening, tidak ada sahutan dari Mas Sam memaksaku mendongak menatapnya.Aku dan Mas Sam saling tatap. Mas Sam hanya mengusap lembut kepalaku yang tertutup hijab. "Tidak apa, kita kembali ke kamar," katanya masih dengan mendekapku dan menuntunku berjalan."Alasan. Tadi mesra-mesraan sama cowok lain, eh ketahuan pura-pura ketakutan bilang dikejar orang." Walau pelan masih kudengar suara Hanin yang meragukan kisahku."Aku nggak bohong! Siapa yang bermesraan? Aku aja nggak kenal sama laki-laki itu," ucapku menentang keras tuduhan Hanin."Hussstttt! Mas percaya kok sama kamu. Udah nggak usah dengarkan Hanin." Ucapan Mas Sam sedikit melegakan. Yan
"Kenapa May, seperti ada yang kamu pikirkan?" Mas Sam bertanya sambil mengusap kepalaku yang bersandar di bahunya. Kami di dalam mobil sedang dalam perjalanan menuju ke rumah. Mang Diman yang menjemput kami langsung dari bandara."Aku kepikiran Nirmala. Nomornya sampai sekarang tidak aktif," jawabku dengan raut cemas."Mas sudah menyuruh orang buat mencari dia. Sekarang tenang ya. Kita tunggu kabarnya.""Yang benar Mas?" Aku menegakkan badan, menatapnya intens."Mas segera nyuruh orang buat nyari Nirmala setelah kamu menceritakan semuanya sama Mas." Ternyata Mas Sam peduli. Kukira sikap cueknya karena dia memang tidak suka dengan Nirmala."Sama kayak kamu, Mas juga curiga kalau Nirmala mengetahui sesuatu tentang kejadian di Bali yang menimpamu waktu
Ting! Nada pesan masuk berbunyi. Aku yang berada di kantor guru segera merogoh ke dalam saku rok untuk mengecek pesan yang masuk.[Kak May, setelah pulang sekolah temui aku di cafe 99.] Pesan dari Nirmala. Aku coba menghubunginya tapi tidak diangkatnya.[Kamu apa kabar? Baik kan? Kenapa teleponku tidak diangkat?] Kukirimkan pesan padanya.[Nanti saja bahasnya kalau ketemu. Aku malas jawab telepon.] Balasan darinya.Dasar. Aku mencemaskannya dan ternyata alasannya hanya karena malas angkat telepon.Kutengok jam arloji di pergelangan tangan, waktu pulang tinggal setengah jam lagi. Janji ketemu dengan Nirmala menurutku sangat penting. Setidaknya aku ingin melihatnya secara langsung apakah dia dalam keadaan baik-baik saja atau tidak. Sekalian ingin menan