Share

Kinaya

Kinaya mengetuk-ngetuk gelas yang berisi ice lemon tea yang tinggal separuh. Dia memilih mengamati pemandangan jalan raya dari jendela restoran. Matahari bersinar amat terik di.luar sana,.meski jam sudah menunjukkan pukul empat sore.Pedagang kaki lima dan asongan mendominasi trotoar yang seharusnya menjadi hak pejalan kaki. Kamacetan tak terelakkan ketika para pedagang juga memakai bahu jalan untuk menggelar dagangannya. Mata wanita itu juga sibuk mengamati pejalan kaki yang mondar-mandir turun-naik.dari jembatan penyebrangan. Apa saja dia perhatikan asal bukan pria di hadapan yang kini sedang menatapnya lekat.

"Puas matamu jalan-jalan?"

Kinaya mendengkus. Sindiran pria itu membuatnya kesal. "Apa urusanmu dengan mataku. Kalau ngga suka jangan liat," ketusnya sembari menyorot lawan bicaranya.

Pria itu terkekeh. "Masih saja judes."

Kinaya memutar matanya malas. Dia menyeruput minumannya cepat, lalu bersiap berdiri. "Kalau ngga ada yang mau diomongin aku pergi, Dru."

"Wait!" Dru menahan
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status