Home / Romansa / Wanita Yang Kau Pilih / 9. Sebuah Permintaan

Share

9. Sebuah Permintaan

Author: Ajeng padmi
last update Last Updated: 2025-02-12 19:10:19

Rumah sakit.

Kata itu memberikan trauma tersendiri untuk Luna, dia tak pernah berkawan baik dengan bangunan megah tempat orang sakit itu.

Dia sangat ingat hari-hari yang dilaluinya penuh dengan kekhawatiran saat sang ibu masih di rawat di sana dan akhirnya harus menyerah dan meninggalkan Luna untuk selama-lamanya.

Apa ayahnya sakit?

Sebuah kesadaran itu membuat tubuh Luna bergetar hebat, dia tak mau kehilangan lagi, hanya ayah yang dia punya saat ini.

“Apa ayah sakit? Apa parah?” katanya dengan terbata.

“Kamu itu ngomong apa, Lun, bukan ayah yang sakit, tapi kita kesana untuk menjenguk seseorang.”

“Syukurlah kalau begitu Luna sudah takut sekali. Jadi kita akan menjenguk siapa?” tanya Luna dengan penasaran karena sang ayah tidak menjelaskan apapun.

“Teman ayah.”

Perjalanan ke rumah sakit mereka lalui dalam diam entah kenapa menurut Luna sang ayah lebih banyak diam, tak ada lagi pertanyaan tentang kegiatan sehari-hari Luna, atau sekedar godaa
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Wanita Yang Kau Pilih   10. Dilema

    “Nikahi Luna, Nak.” Baik Luna maupun Laksa terbelalak mendengar permintaan itu, sejak awal memang mereka sudah menduga tapi tak menyangka permintaan akan sefrontal itu. “Ma, jangan pikirkan itu dulu, yang penting mama sembuh,” Laksa berkata lembut berusaha menutupi amarah yang siap meledak di dadanya. Bukan pada sang mama tentu saja, tapi pada gadis sok polos di sampingnya yang telah berhasil mengacaukan semua impiannya untuk bersanding dengan wanita pujaannya. “Mama tahu penyakit ini sudah tak dapat lagi disembuhkan, dan sebelum mama pergi mama ingin melihatmu menikah, dan Luna adalah pilihan terbaik untukmu.” Laksa memejamkan matanya. “Bicaralah, Nak.” “Sebentar, Ma, Laksa ingin merangkai kata dulu, supaya tidak ada yang terluka dengan kalimat Laksa.” Laksa tahu itu kata yang sangat kasar untuk mamanya, apalagi wanita yang sangat disayanginya itu sedang terbaring sakit. “Mama ingatkan kalau dia sudah menjebak Laksa, supaya tidur dengannya.”

    Last Updated : 2025-02-12
  • Wanita Yang Kau Pilih   11. Bukan Pengecut

    Pak Erwin memandang putrinya yang langsung terdiam dengan kedatangan pemuda di depannya  ini. Tak dapat dipungkiri ingin rasanya dia memukuli Laksa hingga babak belur, sebagai seorang ayah tentu saja dia tak terima putrinya diperlakukan seperti itu. “Silahkan bicara,” kata Pak Erwin tenang.Laksa terlihat tak suka. “Maaf om saya ingin bicara berdua dengannya.”“Luna... nanya Luna bagaimana kamu ingin bicara dengannya, kalau namanya saja kamu tak tahu.” Laksa tahu dia tak dapat mencapai keinginannya kalau keras kepala. “Maaf Om iya saya ingin bicara dengan Luna sebentar.” “Untuk apa, saya ayahnya tentu saja saya tak akan mengijinkan dia disakiti siapapun, apalagi dituduh yang tak jelas hanya untuk menyelamatkan ego seseorang.” “Dia-““Kami permisi.” “Apa karena permintaan mama kalian bersikap seolah-olah sok dibutuhkan,” kata Laksa dengan jengkel. Tapi baik Luna maupun ayahnya sudah biasa menebalkan telinganya menghadapi gunjingan semua orang

    Last Updated : 2025-02-13
  • Wanita Yang Kau Pilih   12. Ancaman Laksa

    Luna menatap Laksa dengan tak mengerti, orang ini apa sudah amnesia siapa kemarin yang bilang kalau dijebak dan tak mau lagi ketemu dengannya. “Pak Laksa tidak ingat kata-kata bapak sendiri, kalau tidak mau bertemu dengan saya, dan saya sudah terima itu, saya juga tidak mau menikah dengan orang yang tidak menginginkan saya.” Laksa memandang gadis di depannya dengan tajam. Posisi Laksa yang masih berdiri di depan pintu dan Luna yang memegang daun pintu dengan kuat, seolah takut sewaktu-waktu Laksa akan masuk ke dalam rumahnya. Dan itu memang yang diinginkan Laksa membuat Luna tahu siapa dirinya. “Kamu kira aku dengan sukarela mau menikahimu, jika bukan karena kamu yang menjebakku-“ “Saya tidak menjebak bapak.” Kata Luna cepat.Laksa memandang Luna dengan sorot mata tajam terlihat sekali kalau dia tak terima dengan perkataan Luna.“Kita akan menikah-““Lho ada tamu rupanya.” Ucapan Laksa langsung terhenti saat mendengar suara di belkangnya, seora

    Last Updated : 2025-02-13
  • Wanita Yang Kau Pilih   13. Sudah Dewasa

    Luna cepat-cepat mengunci pintu, begitu terdengar mobil Laksa menjauh dari rumahnya. Tubuhnya merosot bersandar pada pintu yang telah tertutup, kakinya seolah tak kuat menompang bobot tubuhnya. Dia ingin menangis dan menjerit. Sungguh rasa itu masih ada, bersemayam dalam hatinya. Dia memang bisa berkoar pada semua orang kalau dia baik-baik saja, tapi Luna tahu dia rapuh. Bertemu Laksa tanpa ayahnya ternyata membuatnya takut. Takut karena dia masih mengharapkan laki-laki itu bahkan setelah semua yang terjadi, juga takut kalau Laksa akan melaksanakan ancamannya memberitahukan apa yang terjadi pada para tetangganya di sini.Bukan Luna takut akan digunjing oleh tetangga, dia tidak akan perduli dengan hal itu, dia hanya takut nama baik ayahnyalah yang akan rusak. Ayahnya yang baik itu harus setiap hari digunjingkan orang karena dirinya, tak sanggup dibayangkan oleh Luna, apalagi kalau semua itu terjadi. Tapi untuk menerima Laksa sebagai suaminya Luna juga sangat takut

    Last Updated : 2025-02-13
  • Wanita Yang Kau Pilih   14. Permintaan Memaksa

    Sikap sang ayah yang tidak menyalahkannya, dan malah memberikan dukungan padanya untuk membuat keputusan yang diinginkannya, membuat Luna makin merasa bersalah. Dia tak mungkin membuat ayahnya sedih dan menanggung malu seumur hidupnya. Akhirnya disinilah Luna dan ayahnya, kembali ke rumah sakit yang menjadi awal. Luna bukannya tak menyadari sesekali ayahnya mencuri pandang padanya. “Ada yang ingin ayah bicarakan dengan Luna?” “Apa, tidak ada.” “Kenapa ayah memandang memandang Luna begitu?” “Begitu bagaimana?” “Ayah dari tadi terus melihat Luna seolah takut Luna hilang.” Sang ayah tersenyum sayang. “Kamu putri kecil kesayangan ayah, tentu saja ayah takut kamu diculik orang.” “Ayah berlebihan siapa juga yang mau menculik Luna.” Luna tentu tahu apa yang dimaksud dengan kata menculik itu, tapi seperti sang ayah yang berpura-pura semua baik-baik saja demi membuatnya tak bersedih, Lunapun demikian. Luna dan ayahnya tiba di depan ruang

    Last Updated : 2025-02-13
  • Wanita Yang Kau Pilih   15. Yakin untuk Mengalah

    Luna masih ingat bagaimana rasa perih dan ngilu di pangkal pahanya malam itu. Kali pertama Luna berhubungan badan dengan seorang laki-laki. Seharusnya hal itu akan jadi malam yang terindah dia bisa melepaskan mahkota yang selama ini dia jaga pada laki-laki yang memiliki hatinya. Tapi. Semuanya menjadi bencana, menghancurkan mimpi indahnya dan mengoyak harga dirinya, saat semua itu dilakukan sebelum mereka resmi menjadi suami dan istri dan parahnya lagi hal itu dilakukan Laksa secara tak sadar dan dengan sangat kasar. Dan saat Laksa sudah sadar dari semua itu. Boom!Bom atom yang menghancurkan Luna langsung ditembakkan, dengan teganya laki-laki yang baru saja merenggut kesuciannya dengan paksa menuduhnya sebagai dalang dari semua kejadian buruk ini. Luna memilih menyingkir, hatinya tak cukup kuat untuk terus bertahan di sini di tengah semua orang yang menghina dan menghujatnya tanpa tahu apa yang terjadi.Tapi permintaan sang ayah yang ingin dia pulang se

    Last Updated : 2025-02-13
  • Wanita Yang Kau Pilih   16. Bukan Pernikahan Impian

    “Segera datang ke rumah sakit, ijab qabul akan diadakan di sini satu jam lagi, jangan coba lari atau mengulur waktu, kamu pasti tahu apa akibatnya.” Kalimat yang diucapkan dengan datar itu masih terngiang jelas di telinga Luna. Membuatnya meyakinkan hati agar setelah ini tak akan tersungkur pada penyesalan. Setidaknya inilah pilihan yang terbaik yang bisa dia lakukan. Meski dengan konsekuensi setelah ini hidupnya tidak akan sama lagi. Luna menatap sang ayah yang telah rapi dengan kemeja batiknya, tapi sayang sekali senyum yang Luna harapkan tersungging di bibir sang ayah tak dia dapati lagi hari ini. Pijar teduh yang biasanya bersinar di mata ayahnya entah hilang ke mana. “Belum terlambat untuk membatalkan semuanya anakku.”Luna tersenyum. “Dia laki-laki yang baik, Yah, buktinya ayah setuju untuk menjodohkan Luna dengannya waktu itu, anggap saja ini jalan awal yang harus Luna lalui sebelum bahagia.” Luna berusaha bicara seoptimis mungkin, dia tak mau ayahnya

    Last Updated : 2025-02-14
  • Wanita Yang Kau Pilih   17. Prasangka

    Bahkan setelah tiga jam menunggu, Laksa tak juga kembali ke ruang rawat ibunya. Baik Luna maupun sang ayah sadar kalau kemungkinan laki-laki itu menghindar. Tanpa banyak basa basi lagi Pak Erwin mengajak Luna untuk pulang ke rumahnya, orang tua Laksa yang ada di sana tak mampu berbuat banyak mereka tahu kalau putra mereka sendiri yang salah. Bahkan sang ibu hanya bisa menatap tak berdaya saat Pak Erwin berkata dengan tegas. “Jika putra kalian ingin mengembalikan Luna pada saya tolong hubungi saya secepatnya.” Kalimat sang ayah itu masih terus terngiang di telinga Luna. Semenyedihkan inikah rasa tak diinginkan oleh seseorang, apalagi dia adalah orang yang baru saja mengikat janji pada Tuhan untuk memilikimu.Perayaan kesedihan seolah datang silih berganti dalam hidupnya. Hatinya patah sebelum bertumbuh. Luna bahkan tak mampu menjabarkan perasaannya dengan baik, hatinya seolah mati rasa, hatinya kosong, tertelan kesedihan yang datang menghadang. Luna hanya dudu

    Last Updated : 2025-02-14

Latest chapter

  • Wanita Yang Kau Pilih   208. Pengganggu 2

    “Apa mama dan opa baik-baik saja? Kenapa mereka  tidak dibawa ke rumah sakit?” tanya Luna yang baru ngeh tentang keadaan mertuanya itu, sungguh bukannya Luna melupakan dua  keluarga suaminya itu, tapi masalah yang menderanya akhir-akhir ini membuat otaknya penuh sesak. “Mereka baik-baik saja, kemarin papa juga sudah menghubungi dokter  keluarga, dan dokter hanya menyarankan mereka untuk tenang dan beristirahat.” Luna mendongak tak menatap mata sang suami, mencari kebenaran di sana, dan saat kebenaran itu dia dapatkan,Luna bisa menarik napas lega, berarti tak ada yang perlu dikhawatirkan bukan. Malam  ini kedua insan itu tidur dengan saling berpelukan erat seolah mereka sudah tak bertemu bertahun-tahun lamanya, tidur  lelap yang sangat mereka butuhkan untuk menghadapi hari esok yang penuh dengan aral rintangan yang menghadang. Pukul enam pagi baik Luna maupun Laksa sudah berpakaian rapi, tentu saja Laksa akan berangkat kerja, akan tetapi sebelu

  • Wanita Yang Kau Pilih   207. Pengganggu

    Luna merasakan usapan tangan di pipinya, dia memandang pemilik tangan itu.“Jangan menangis, aku  tidak ingin melihat air matamu,” kata Laksa dengan lembut. Ternyata dia menangis, Luna bahkan tak menyadari itu semua, pikirannya  terlalu kalut sampai dia tak bisa merasakan apapun. Luna berusaha tersenyum, meski siapapun tahu kalau senyum itu terpaksa bertengger di wajahnya sekedar supaya tidak menjadi tambahan beban untuk suaminya “Semuanya akan baik-baik saja, aku tidak tahu apa yang sudah  kamu dengar, tapi percayalah semuanya akan teratasi dengan baik, Kemarin aku bekerja keras bersama opa dan papa juga Dirga untuk membongkar semuanya,” kata Laksa lebih kepada untuk meyakinkan dirinya sendiri dari pada sang istri. Pandangan laki-laki itu sedikit menerawang, masalah kali ini memang cukup rumit untuknya, hotel yang dipimpinnya bisa saja dianggap melakukan kelalaian pajak yang harusnya dibayar  oleh semua warga negara yang baik, meski

  • Wanita Yang Kau Pilih   206. Tak Lagi Sama 2

    "Kemana semua orang?" "Mereka ada, mungkin sedang beristirahat di kamar."Luna menatap jam dinding yang masih menunjukkan pukul delapan malam, waktu makan malam memang baru saja terlewat, biasanya keluarga ini masih sibuk mondar-mandir melakukan beberapa hal, tapi sekarang tak ada satu pun yang muncul bahkan para asisten rumah tangga juga tak kelihatan batang hidungnya. "Sudah nyaman?" tanya Laksa saat membantu Luna bersandar pada beberapa bantal yang telah disusun oleh suaminya itu."Iya, terima kasih, Kak."Laksa tersenyum dan berniat akan meninggalkan kamar tapi cepat-cepat Luna mencegahnya."Kakak mau kemana? Kenapa dari tadi menghindar terus, apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa Raya sampai mengamuk seperti orang gila begitu, kakak tidak berjanji aneh-anehkan padanya?""Istriku sayang, lancar banget ngomelnya kayak kenek metromini," kata Laksa yang terdengar geli dengan omelan sang istri. "Kenapa tidak di

  • Wanita Yang Kau Pilih   205. Tak Lagi Sama

    Beberapa kali Luna melirik pada suaminya yang sedang serius untuk mengemudikan mobil yang mereka tumpangi untuk keluar dari halaman parkir rumah sakit ini. "Jangan lirik-lirik terus nanti kamu tambah cinta sama aku." Luna langsung cemberut, Suaminya ini memang sangat suka membuatnya penasaran, apa susah coba langsung bicara di rumah sakit tadi, bukannya tidak ada orang lain selain mereka di sana, kenapa harus nanti sampai di rumah coba. "Jangan cemberut juga, nanti kalau ada yang lihat dikira aku nggak kasih kamu makanan, padahal tadi aku sudah bawakan makanan kesukaanmu." Luna hanya bisa mencebik dengan kesal, lihatlah Laksa terlihat begitu santai menanggapi kemarahan. Hah! Jangan bilang suaminya ini sedang mengumpulkan alasan untuk membohonginya. "Kakak sedang menyusun kata untuk mencari alasan ya." Laksa langsung menyemburkan tawanya begitu mendengar kalimat sang istri.

  • Wanita Yang Kau Pilih   204. Salah Paham 2

    "Luna sudah diperbolehkan pulang, tepatnya karena dia tidak tenang ada di rumah sakit ini." jarang-jarang bukan Vira mau berbaik hati memberi penjelasan untuk orang lain, meski hatinya geram bukan main.Laksa memandang sahabat istrinya yang menampakkan wajah tidak bersahabat padanya, bukan hal yang aneh memang sejak awal memang sahabat istrinya ini terlalu protektif pada istrinya, satu hal yang tidak tahu harus dia syukuri atau tidak. "Terima kasih sudah menjaga Luna." "Tidak perlu, aku memang harus menjaganya apalagi di sini dia sendirian menghadapi nenek lampir," Vira segera menghadap Luna, memandang sahabatnya itu yang terdiam tak tahu harus berbuat apa."Kamu mau aku antar pulang atau bersama suamimu?" "Lebih baik dia pulang bersamaku saja," bukan Luna yang menjawab tapi Laksa.Vira mendelik pada Laksa seolah ingin berkata kalau dia tidak bertanya pada Laksa, dan tentu saja itu membuat Laksa mati gaya. Dasar  sahabat istri

  • Wanita Yang Kau Pilih   203. Salah Paham

    “Aku sudah diperbolehkan dokter pulang.” Begitu pesan yang dikirim Luna untuk suaminya, dan pesan itu sudah dia kirim lebih dari satu jam yang lalu, tapi nasibnya sama dengan pesan-pesan Luna yang lain pada suaminya, tetap saja centang dua abu-abu itu tak berubah menjadi biru. Luna menggigit bibirnya dengan resah, bunyi gemericik air dari kamar mandi masih terdengar, tentu saja Vira yang ada di sana, dia sampai tak enak hati pada Luna yang harus menemaninya dari tadi siang. Meski Vira bilang bahwa dia tidak masalah menemani Luna sampai malam. Tapi tetap saja, dia tidak enak hati, Vira pasti juga punya keperluan lain yang harus dia lakukan. Sanggar memang berada di bawah kendali Vira sepenuhnya, sedangkan kakaknya hanya memantau saja. Ayahnya juga sedang banyak  pekerjaan dan Luna tidak tega untuk menghubunginya, jadi dia hanya mengatakan supaya sang ayah istirahat di rumah saja. Orang yang seharusnya bertanggung jawab menjaganya malah tidak ad

  • Wanita Yang Kau Pilih   202. Perlu Membalas 2

    “Bisa dibilang begitu, kalau saja bukan dia sendiri yang menjebak kami.” “Eh? Dia pelakunya.” “Memang aku nggak pernah bilang ya?” tanya Luna polos, memang seingatnya dia belum memberi tahu Vira, dia bercerita sekarang karena kesal dengan Raya yang terus saja membuat ulah, lagipula dia tak sudi kalau  orang mengira dialah yang menjadi orang ketiga rusaknya hubungan Raya dan Laksa, dia nggak ngerebut kok, bahkan Luna sudah berusaha menjauh waktu itu.Vira hanya menggeleng, dan memajukan tubuhnya dengan wajah sangat kepo. Dasar Vira. Luna lalu menceritakan semua yang dia ketahui tentang Raya dan juga hubungannya dengan sang suami yang kandas  karena Laksa yang berkeinginan untuk tetap bersama Luna, tapi tidak disangka, Laksa malah melihat dengan mata kepalanya sendiri kalau Raya berselingkuh dengan banyak laki-laki.“Wow...” komentar Vira sambil memandang Luna dengan tatapan mata membulat, wajah cantik dan dari keluarga terpandang memang

  • Wanita Yang Kau Pilih   201. Perlu Membalas

    “Kenapa tidak ada adegan saling menjambak?” Luna menoleh pada Vira yang masih saja melipat tangannya dengan tenang menatap kepergian Raya. “Kamu kecewa?” Vira mengangkat bahu dengan acuh, gadis itu lalu melangkah menghampiri kursi roda Luna dan meminta sahabatnya itu untuk duduk kembali di atas kursi roda. “Mau jalan saja atau duduk di kursi roda.” Luna mengerucutkan bibirnya dengan kesal, lalu duduk di atas kursi roda, dia tidak ingin terlalu memaksakan diri  dan berakibat fatal, meski emosi masih menguasai dirinya. Laksa sedang dalam masalah.Luna sedikit kecewa dengan suaminya  yang  tidak mengatakan padanya, tapi Raya yang notabene mantan kekasih suaminya malah tahu terlebih dahulu, juga  kalimat Raya tadi yang menurutnya sangat ambigu. “Apa wanita itu dirawat di sini karena sakit jiwa?” Luna menoleh pada Vira dengan  kening berkerut. “Kenapa  kamu berpikir begitu?” tanya Luna heran.

  • Wanita Yang Kau Pilih   200. Konspirasi 2

    "Aku di sini saja," kata Vira sambil tersenyum semanis racun. "Tidak tahu diri," desis Raya gusar. "Kamu yakin, tidak akan muntah atau ikut marah-marah," goda Luna pada sahabatnya itu."Tenang saja aku akan duduk manis di sini sebagai penonton." Raya bertambah geram mendengar perkataan Vira yang terdengar sangat meremehkannya. "Kampungan." Vira hanya mengangkat alis, dan memandang Luna."Jadi apa yang kamu inginkan, aku tidak tahu kalau kamu sangat sibuk mengurusi urusan kami." "Jaga bicaramu, kamulah yang harusnya tahu diri, kamu hany benalu di hidup Laksa.""Kalau maksudmu itu karena aku tidak bekerja dan hanya mengandalkan hidup pada suami itu benar, tapi kenapa kamu yang marah, suamiku sendiri baik-baik saja, bahkan dia memaksaku untuk membeli apapun yang aku pinta." Luna bukan orang yang sombong memang, tapi menghadapi orang seperti Raya, yang sombong luar biasa, rasanya sah-sah saja menyombo

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status