Home / Rumah Tangga / Wanita yang Kau Sakiti / Mari Ngontrak Sendiri!

Share

Mari Ngontrak Sendiri!

Author: Farid-ha
last update Last Updated: 2022-12-04 21:59:56

"Ngontrak sendiri?" Arik malah mengulang ucapan Hayana. Wanita itu menanti jawaban suaminya dengan seksama.

"Iya, ngontrak sendiri. Mau kan?" Hayana masih menatap suaminya.

"Nggak! Aku nggak mau ngontrak lagi. Aku ingin menyatukan kalian! Kamu itu belum kenal Ibu. Tugasku adalah menyatukan kalian!" sergah Arik.

Mustahil!

"Menyatukan kami? Aku nggak mau! Bisa mati berdiri kalau aku kelamaan di dekat orang tuamu!" bantah Hayana sambil berdiri dari tempat duduknya.

"Kamu belum mencoba sudah ngomong mati berdiri. Coba dulu!"

"Mas, tiga bulan di sini sudah cukup bagiku untuk mengenal seperti apa ibumu.

 Aku pastikan tidak akan pernah ada kecocokan antara ibumu denganku. Bagaikan minyak dan air, bisa satu wadah tapi tak pernah bisa bersatu. Perbedaan itu jelas dan tak pernah bisa melebur."

"Kamu sok tahu! Ini perintah suami jangan dibantah!" tegas Arik sambil berjalan ke luar dari kamar mereka.

"Dasar suami egois!" umpat Hayana.

Perut perempuan bertubuh mungil itu keroncongan, tanda meminta diisi. Mata wanita berkulit sawo matang itu menatap jam dinding. Sudah menunjukkan pukul sebelas siang. Wajar kalau sudah lapar.

Wanita itu menggerakkan kakinya menuju meja makan, sambil mengusap perutnya, sebagai tanda untuk bersabar.

"Hah. Kemana telur dadar yang aku masak tadi? Padahal tadi banyak, lho! Apa mungkin Mas Arik menghabiskan semua? Tega sekali lelaki itu! Awas saja kamu, Mas!" ujar Hayana ketika membuka tudung saji.

Telur dadar ala masakan Padang yang dia masak dengan sepenuh hati, tiba-tiba hilang tak tersisa, hanya tinggal wadahnya saja. 

"Kenapa piringnya tidak sekalian dimakan? Dasar rakus!" umpat Hayana. 

Terpaksa Hayana hanya makan dengan tumis kacang serta sambal terasi. Matanya mencari keberadaan kerupuk yang tadi dibeli Arik. Lagi, lagi kerupuk tersebut tak ada. Semua sudah ludes, bahkan bungkusnya tak ada.

"Dasar manusia rakus! Aku belum makan malah diembat semuanya! Tak punya perasaan memang!" umpat Hayana sebelum menyuapkan makanan dalam mulutnya.

Berdekatan dengan mertuanya selama tiga bulan terakhir, bagai neraka untuk Hayana. Memang, mereka tidak tinggal satu atap, tapi wanita yang telah melahirkan suaminya itu selalu ikut campur urusan mereka. 

Selama lima tahun pernikahan hanya beberapa kali Hayana menginap di rumah mertuanya. Hayana merupakan seorang perantauan dari pulau Andalas. Dari awal bekerja sudah mengontrak sendiri. Pertemuan antara Hayana dengan Arik pun di tempat kerja. Itu sebabnya setelah menikah tak pernah ikut dengan ibu mertuanya.

Setelah Hayana memutuskan resign dari pekerjaan, Arik membawanya pindah ke rumah bibinya yang telah lama kosong. Hayana menyetujui karena memang dulu mertuanya terlihat baik. Setiap bertandang ke rumah mertua, Hayana Selalu disambut dengan baik, dimasakkan makanan kesukaan. Setiap pulang pun selalu dibawakan oleh-oleh dari ibu mertua. Hayana merasa dicintai oleh ibu mertuanya. Namun, setelah tinggal berdekatan Bu Sastro baru memperlihatkan sifat aslinya.

Memang, benar adanya pribahasa yang mengatakan 'bila jauh bau wangi kalau dekat bau kotoran'. Kini apa pun yang dilakukan Hayana serba salah di mata mertuanya.

Hayana hendak mengangkat jemuran yang telah kering. Dari tempatnya berdiri terlihat pintu rumah Bu Sastro terbuka. Tangan wanita itu mengangkat jemuran dengan terburu-buru.

Setelah mengangkat semua baju yang dijemuran, Hayana menaruh tumpukan pakaian tadi di kursi plastik yang ada di teras belakang. Wanita itu pun segera melangkahkan kaki menuju rumah mertuanya, mumpung masih dibuka.

Matanya memindai setiap sudut ruang dapur tersebut. Meja makan jadi sasarannya. Dibuka tudung saji berbahan rotan tersebut, mata Hayana membola.

"Dasar! Kenapa tidak berbasa-basi dulu!" umpat Hayana. Sialnya tangannya menyenggol sendok hingga jatuh ke lantai.

Suara sendok yang jatuh tadi mengundang tanya mertuanya. "Apa itu? Jangan-jangan kucing!" Bu Sastro setengah berlari menuju tempat makan. 

"Hayana! Kamu mau ngapain?" pekik Bu Sastro. Wanita muda itu menoleh ke arah sumber suara, terlihat mertuanya menatap nyalang. Di belakang mertua ada Arik yang menatapnya heran.

"Hanya mau ngecek sesuatu." Hayana memamerkan senyumnya.

"Mau ngecek apa? Kamu mau mengambil apa memangnya?" cecar Bu Sastro.

"Haya mau memastikan telur dadarnya ada di sini nggak? Soalnya raib dari tempatnya, Bu!"

 Mata Hayana masih tertuju pada telur dadar yang ada di atas meja makan tersebut. Arik pun mengikuti arah tatapan istrinya. Pria itu pun kaget, seingat dia telur dadar tadi masih ada di bawah tudung saji di rumahnya. 

"Kamu kan pintar masak. Sana buat lagi! Itu yang sudah ibu ambil, ikhlaskan saja!" tegas Bu Sastro tanpa rasa bersalah sama sekali. Ajaib memang mertua satu itu!

"Tapi, Bu. Haya belum makan, lho! Minta dong satu aja!" rengek Hayana bak anak kecil yang minta jajan pada ibunya.

"Sudah, buat lagi sana! Itu mau buat makan ibu nanti." Wanita tua itu segera menutup tudung saji kembali setelah tadi dibuka Hayana. Istri Arik hanya mendengus kesal sambil mengelus dada.

"Kenapa mengelus dada? Nggak suka? Sama aku juga nggak! Ini ni Arik kalau punya menantu beda suku! Selalu membantah dan pelit setengah mati!" cicit Bu Sastro sambil menatap wajah anak bungsunya.

"Gua yang buat kenapa pula yang gua yang disalahkan? Dasar mertua rakus!" umpat Hayana dalam hati, sambil memonyongkan bibirnya.

Arik melihat ekspresi wajah istrinya yang tak enak dipandang, segera menarik tangannya dibawa pulang.

"Mas. Lepaskan!" Hayana memberontak.

"Diam! Ayo, pulang!" Arik semakin mempererat cengkraman tangannya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Wanita yang Kau Sakiti    Ending

    "Diana. Tolong cari ke dalam atau belakang!" Hai ... lancang sekali manusia satu itu. "Anda siapa? Berani menggeledah rumah orang? Mau saya laporkan polisi?" Diana tidak mengindahkan ancaman suamiku. Begitu pun dengan Bu Sastra yang terlihat meremehkan Mas Bas.Aku tersenyum kecil saat melihat Diana hendak berjalan ke arah dalam. Kamu jual aku borong! Lihat apa yang akan aku lakukan"Diana. Bukankah kamu itu seorang guru?" tanyaku sinis. Sengaja untuk memancingnya. Setidaknya aku berusaha menggagalkan rencananya untuk masuk kedalam belakang.Diana menghentikan langkahnya. Menatap aku dengan kedua tangan yang dilipat di depan dada."Iya, aku seorang pendidik. Makanya percayakan anakmu padaku. Jangankan mendidik anak tiri, mendidik anak orang saja aku tidak keberatan," jawabnya dengan pongah. Jelas sanggup karena waktumu bersama mereka tidak banyak, belum lagi kamu itu dibayar. Kerja!Aku tersenyum kecil mendengarnya. Begitu pun dengan mas Bas."Benar itu, Haya. Govind lebih pantas di

  • Wanita yang Kau Sakiti    Kedatangan Arik

    "Bukankah itu Arik, Sayang? Dia tahu rumah kita dari mana?" tanya suamiku sambil menunggu gerbang dibuka oleh mbok Tum. "Aku juga tidak tahu, Mas." "Sejak kapan berdiri di situ?" gumam mas Bas. Aku mengangkat bahu. Siapa orang yang telah membocorkan alamat kami pada Arik? "Haya. Apa kabar?" sapa Arik setelah kami turun dari mobil. "Seperti yang kamu lihat. Tidak hanya baik, sekarang aku sangat-sangat bahagia." Sengaja aku tekankan kata bahagia. Memang, kenyataan sekarang aku bahagia setelah melewati masa-masa sulit dalam pernikahan kedua ini. Limpahan kasih sayang dan cinta dari suami membuatku hari-hari lebih indah. "Ternyata anak kita sudah besar, ya. Boleh aku menggendongnya?" Arik sudah mengulurkan tangannya hendak menggendong. Namun, aku mengabaikannya. Memangnya dia siapa?"Percaya diri sekali kamu! Memangnya kamu punya anak? Ini anakku dengan Mas Baskoro. Bukankah kamu tidak mempunyai anak denganku?" tukasku, lantang. Seandainya saja waktu itu mulutnya tidak mengeluarka

  • Wanita yang Kau Sakiti    Pemecatan Arini

    Mas Baskoro tak melepaskan pandangannya ke Arini. Apa yang ada dalam pikiran suamiku?"Aduh. Tolong aku, Pak. Mbak Haya tiba-tiba melemparkan gelas ke arahku?" Arini memasang muka sedih. "Kenapa kamu tega melakukan semua ini, Mbak?"Rabb. Tolong lindungi hamba dari fitnah Arini. "Kamu kenapa, Rin?" tanya Mas Bas dengan wajah datar. Tidak terpancing sama sekali dengan kelakuan Arini."Pak, tolong. Aku takut. Mbak Haya pasti ingin mencelakai anak kita." "Anak kita?" tanyaku dan suami secara bersamaan.Arini mengangguk wajahnya terlihat puas."Aku lupa belum memberitahumu, Mbak, Pak." Arini segera membuka tas dan mengambil tes pack."Lihat! Inilah alasan aku ingin menjadi madumu, Mbak. Suamimu telah menodai aku ketika menginap di konveksi waktu itu!" Dadaku bergemuruh hebat. Bukan karena aku percaya dengan alat itu, tapi marah dengan kelakuan Arini. Dia tega melakukan apa pun demi mendapatkan incarannya. Aku percaya itu bukan benih suamiku. Namun, tidak mungkin Arini nekat mengatak

  • Wanita yang Kau Sakiti    Izinkan Aku Menjadi Madumu

    POV HayanaAku mematung beberapa saat di ambang pintu. Aku kaget saat melihat siapa yang datang. Ada keperluan apa dia datang ke rumah ini? Kenapa Mbok Tum bilang tidak tahu siapa yang datang? Bukankah wanita ini pernah datang kemari saat diminta untuk menolong Mas Bas waktu itu? Aku semakin dibuat kaget saat menatap wajah Arini. Mengapa dandanannya kini seperti ondel-ondel? Sangat berlebihan. Pipinya dipoles blush on hingga memerah seperti habis ditonjok istri sah. Bibirnya pun diberi warna teramat mencolok seperti habis makan darah. Bulu matanya dipasang anti topan. Aku tidak tahu apa yang membuatnya berubah drastis begini. Aku seperti tak mengenali pribadi Arini lagi. Tidak bertemu beberapa hari mengapa dia menjadi seperti ini? Biasanya dia selalu tampil dengan polesan sederhana sehingga cantiknya alami. Apa yang membuatnya berubah? Aku sengaja menjaga jarak dengannya setelah kejadian itu. Hati ini semakin tidak ingin mengenalnya kembali.Ini pertama kalinya Arini datang ke ru

  • Wanita yang Kau Sakiti    Membakar Kenangan Masa Lalu

    "Ini untuk yang —""Bu, Pak, maaf saya mengganggu. Nak Govind sudah bangun dan menangis." Baskoro tersenyum saat melihat Mbok Tum menyembulkan kepalanya dari balik pintu. Sebelah tangan perempuan berumur itu membopong balita yang sedang mencari ibunya."Nggak papa, Mbok. Kami sudah selesai, kok." Baskoro menjawab dengan santainya. Lelaki itu merasa terselamatkan dari pertanyaan istri yang menurutnya adalah sebuah jebakan."Aku masuk dulu, ya, Mas." Haya menarik kursi kemudian bangkit meninggalkan suaminya. Lelaki yang mengenakan tuxedo hitam itu mengangguk. Dia merasa lega saat ini."Mas juga mau ke ruang kerja, ya?" Kini Basko meminta izin pada istrinya. Haya pun membalas dengan anggukan."Gantengnya bunda sudah bangun rupanya. Maaf, ya, tadi ditinggal sama bunda." Istrinya Baskoro menciumi anak yang sudah berada dalam gendongannya.Haya telah mengambil Govind dari tangan Mbok Tum. Anak lelaki itu dibawanya ke kamar."Mbok, tolong bereskan ini, ya." Baskoro pun segera menyusul

  • Wanita yang Kau Sakiti    Hadiah Bertubi-tubi

    Istriku menatap kotak kado itu dengan raut penuh keheranan. "Aku kan sedang tidak ulang tahun. Kenapa dikasih hadiah segala?" tanyanya polos. Namun, sorot matanya berbinar."Memberikan hadiah tidak harus menunggu ulang tahun, Sayang." "Mbok, tolong Govind bawa sini!" Perempuan yang telah bekerja di keluarga Eyang itu segera memberikan bayi yang umurnya kurang dari satu tahun ini.Aku mencium pipinya sembari menjatuhkan bobot tubuh di samping perempuanku. Aku tidak tahu bagaimana pernikahan Haya yang terdahulu. Toh, aku memang tidak ingin tahu masa lalunya. Akan tetapi, mudah untuk ditebak bahwa, suaminya jarang memberikan hadiah. Istriku memang aneh malah memasang wajah bingung, setelah menerima hadiah. Tangannya seolah sedang menimbang berat kotak tersebut. Aku mengulas senyum melihat tingkahnya. Kenapa tidak langsung dibuka? "Nak, Bunda aneh, ya, mendapatkan hadiah malah seperti orang yang bengong." Aku mengajak ngobrol Govind yang ada dalam pangkuan.Haya hanya mencebik."

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status