Share

BAB 2

Waktu berlalu begitu cepat, tak terasa kini sudah memasuki bulan ke tiga Aluna menjalani hidup sebagai seorang mahasiswi di salah satu Universitas Islam di ibu kota. Kini, gadis itu sudah tidak diantar oleh ayahnya lagi setiap ingin berangkat kuliah, Aluna memilih naik transportasi umum yaitu Transjakarta yang kebetulan menyediakan rute dari rumahnya menuju kampus, cukup satu kali naik, tanpa perlu berpindah-pindah halte (transit) maka Aluna sudah sampai di halte Transjakarta dekat kampusnya.

Pagi ini suasana di dalam bus Transjakarta cukup ramai, kursi-kursi penumpang pun terisi penuh oleh para pengguna jasa angkutan Transjakarta, Alhamdulillahnya Aluna masih mendapat tempat duduk sehingga gadis itu tidak perlu berdiri. Jalanan cukup lengang pagi ini, langit pun masih cukup gelap karena sang mentari yang masih malu-malu tuk menyapa indahnya bentala, tetapi tak sampai 15 menit lagi ia akan muncul untuk memberi kehangatan kepada umat manusia di muka bentala. Bus yang ditumpangi Aluna pun berhenti di salah satu halte, seorang ibu-ibu berusia lanjut terlihat memasuki bus, Aluna segera berdiri dan mendekati si ibu, membiarkan ibu tersebut duduk di kursi yang sebelumnya gadis itu tempati.

"Terima kasih, nak." Kata ibu tadi sambil tersenyum ramah kepada Aluna.

"Sama-sama ibu." balas Aluna sopan sambil tersenyum hangat.

"Kamu nggak apa berdiri gitu? Halte tujuan ibu nggak jauh kok, kamu duduk aja nak."

"Nggak usah ibu, biar saya yang berdiri, ibu duduk aja nggak apa-apa walau pun halte tujuan ibu itu dekat, saya masih kuat berdiri lama kok bu, Insyaa Allah."

Ibu itu tersenyum mendengar penuturan Aluna dan kembali mengucapkan terima kasih kepada gadis itu.

Bukan hal yang sulit bagi Aluna untuk memberikan kursinya kepada orang yang memang lebih membutuhkan untuk duduk dibanding ia yang masih muda, masih kuat berdiri lama. Namun faktanya, saat ini masih sering ia temui anak muda sekarang yang lebih egois dengan tetap memilih duduk disaat ada seseorang yang dinilai lebih membutuhkan kursi tersebut, bahkan tak jarang mereka berpura-pura tidur atau sibuk dengan smartphone nya agar tidak usah memberikan kursi yang mereka duduki kepada penumpang prioritas. Miris sekali rasanya, disaat kita yang muda, masih sehat dan sanggup berdiri lama malah memilih untuk bersikap egois hanya karena sebuah kursi di transportasi umum, mereka berdalih bahwa halte tujuannya masih jauh dan lelah jika harus berdiri hingga mereka turun nanti.

***

Aluna berjalan melewati selasar Pendidikan Ekonomi yang masih nampak lengang pagi ini, gadis itu melihat jam tangan berwarna biru Luna di pergelangan tangan kirinya, waktu masih menunjukkan pukul 06.05, waktu yang masih sangat pagi bagi para mahasiswa untuk tiba di kampus, hanya beberapa saja dari mereka yang memang datang lebih awal karena faktor jarak yang cukup jauh antara rumah dengan kampus.

Aluna berjalan menuju Koperasi Pendidikan Ekonomi yang terletak di ujung selasar Pendidikan Ekonomi, begitu sampai di koperasi, gadis itu bergegas membeli dua kotak susu UHT rasa Moka dan kembali berjalan menuju kelasnya. Ketika sampai di kelas, Aluna melihat sudah ada Gabriel ternyata, gadis itu tengah menikmati bekal sarapan yang selalu ia bawa. Gabriel yang menyadari kehadiran Aluna pun tersenyum hangat, baru mereka berdua penghuni kelas PE 2 yang sudah hadir.

"Nyusu mulu lu tiap hari, heran amat gua mah ama lu ukhti, tiap pagi nyusu mulu, mana dua kotak lagi sekali minum, anak sapi lu yak minum susu sapi tiap hari." Gabriel berujar sebelum kembali menyuapkan sesendok bekal nasinya.

Aluna pun tertawa mendengar ucapan salah satu teman sekelasnya, "Kan biar sehat tiap hari minumnya susu, biar kayak orang-orang bule yang sarapannya susu."

"Bulepotan lu mah ukhti hahaha"

"Hahahaha"

Memang sudah menjadi kebiasaan bagi Aluna yang selalu mengkonsumsi Susu UHT rasa Moka sebanyak dua kotak setiap paginya, dan sudah menjadi kebiasaan pula bagi Gabriel yang memanggil Aluna dengan sebutan "Ukhti" karena gaya berpakaian gadis itu yang selalu mengenakan gamis dan khimar panjang.

"Assalamu'alaikum, pagi gais." Sapa Nisa yang baru saja datang, gadis itu menutup pintu kelas dan bergegas duduk di kursinya, persis di sebelah kiri Aluna.

"Wa'alaikumssalam." balas Aluna dan Gabriel bersamaan.

"Eh, kalian pada daftar himpunan nggak?" Nisa bertanya sambil mengeluarkan kotak bekal yang biasa ia bawa.

"Nggak tau dah gue, pengen ikut sih tapi rumah gue jauh banget, bingung gue kalo balik malem kudu begimana pulangnya." Jawab Gabriel, gadis itu rumahnya memang cukup jauh dengan kampus, ia tinggal di daerah Ciledug, Tanggerang.

"Ya rumah gue juga kan jauh, boto. Lah lu masih mending di Ciledug, nah gue, Tambun coy Tambun udah masuk luar planet rumah gue tuh." Nisa menimpali omongan Gabriel sebelum gadis itu menyuapkan sesendok bekal ke mulutnya.

"Ya iyaa siih, kalo lu ukhti, ikut hima apa engga?" Kini Gabriel bertanya pada Aluna yang sejak tadi tengah sibuk dengan dua kotak susu dihadapannya.

Aluna mengerjap, meletakkan kotak susu kedua yang sudah habis ia minum. "Hmmm, pengen ikut sih, tapi kurang tau juga, liat aja nanti bakal ikut atau engga." Jawab Aluna ringan sambil tersenyum hangat, gadis itu berdiri dan melangkah keluar kelas untuk membuang kotak susu yang sudah habis.

"Nyusu mulu lu tiap pagi, mana sekali minum langsung dua kotak lagi, gimana nggak gendut tuh badan kalo tiap pagi minum susu sampe dua kotak." Ujar Nisa begitu Aluna memasuki kelas. 

Aluna tertawa mendengar ucapan Nisa, ia bergegas menutup pintu kelas dan kembali ke kursinya.

"Biar sehat sih, sirik aja lo, wleee" Ledek Aluna sambil kembali tertawa riang.

Terlalu asyik mereka mengobrol, hingga tak terasa kelas semakin ramai oleh mahasiswa yang berdatangan, beberapa diantara mereka sarapan bekal di kelas, beberapa lagi membeli makanan di Koperasi Pendidikan Ekonomi, dan sisanya memilih mengobrol santai sebelum dimulainya pembelajaran.

Tepat pukul 07.00 WIB, kelas dimulai dengan mengucap Basmallah, doa belajar dan tadarus Qur'an.

Mata kuliah pagi ini adalah Bisnis dan Pemasaran, Bu Wati selaku dosen pengampu mata kuliah ini pun mulai menjelaskan di depan menggunakan media PowerPoint.

Tepat ketika ditengah pembelajaran berlangsung, terdengar ketukan dari pintu kelas, kemudian masuklah dua orang kakak tingkat pengurus Himpunan Mahasiswa Pendidikan Ekonomi atau yang biasa disebut HIMPE.

Mereka berjalan menghampiri Bu Wati, mencium tangan beliau dan kemudian izin untuk mensosialisasikan kegiatan Pelatihan Dasar Kepemimpinan yang akan diadakan sebentar lagi.

Begitu mendapat izin dari Bu Wati, kedua kakak tingkat itu segera mensosialisasikan acara yang akan mereka adakan, semua mahasiswa PE 2 sibuk memperhatikan segala ucapan kakak tingkatnya, hingga akhirnya satu diantara mereka berdua menghampiri ketua tingkat kelas PE 2 untuk memberikan formulir pendaftaran himpunan.

"Formulirnya paling lambat dikumpul 2 hari lagi ya, itu artinya kalian punya waktu lebih lama untuk mempertimbangkan mau ikut himpunan atau tidak." Ujar salah satu kakak tingkatnya yang memakai kerudung coklat susu.

Usai mensosialisasikan kegiatan himpunan, kedua kakak tingkat itu pamit kepada Bu Wati dan pergi meninggalkan kelas untuk lanjut sosialisasi ke kelas lain, pelajaran pun berlanjut hingga waktu istirahat tiba.

Linda bergegas membagikan formulir pendaftaran himpunan kepada teman-teman sekelasnya begitu Bu Wati meninggalkan kelas, "Kalo ada yang mau daftar, tinggal diisi formulir pendaftarannya, kalo ada yang nggak ikut juga nggak apa, nanti formulirnya balikin lagi aja ke gue, terus buat yang mau daftar kumpulin ke gue formulirnya 2 hari lagi pagi-pagi. Makasih." Linda menjelaskan di depan kelas terkait formulir pendaftaran himpunan yang diberikan kepadanya tadi oleh kakak tingkat.

"Ikut nggak nih?" Nasyika bertanya kepada Aluna, Keyara, dan Fahrunnisa.

"Ikut yuk." Jawab Keyara.

"Yuk ikut." Timpal Aluna dan Nisa barengan.

"Oke, fix ikut nih ya kita berempat." Nasyika memastikan kembali jawaban teman-temannya.

"Fix." Jawab Aluna, Keyara juga Fahrunnisa serempak. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status