社長さん、あまり誘わないで!正体を隠した前妻は不可侵よ!

社長さん、あまり誘わないで!正体を隠した前妻は不可侵よ!

By:  水木生Kumpleto
Language: Japanese
goodnovel4goodnovel
7
4 Mga Ratings. 4 Rebyu
428Mga Kabanata
26.2Kviews
Basahin
Idagdag sa library

Share:  

Iulat
Buod
katalogo
I-scan ang code para mabasa sa App

離婚後、松山昌平は後悔の念でいっぱいだった。  かつての退屈で魅力のない元妻が、どうして突然成功を収めているのか?  豪門の御曹司が彼女の子分で、国民的なアイドルが彼女のファンで、金融界の大物が彼女を先輩と呼んだ......  篠田初、一体いくつの顔を持っているのか?全部暴いてやった!  松山昌平:「俺の元妻は、優柔不断で自立できない女性だから、君たちは彼女をいじめるなよ」  人々:「怒髪天を突くような彼女が、誰がいじめるって?」  松山昌平:「元妻は良家の出だから、君たちは無駄にアプローチするな」  人々:「ごめんなさい、これほど心を惑わす妖艶な良家の出は見たことがない!」  松山昌平:「こっちよ、初、大人物を紹介するよ」  大人物:「いいえ、とんでもございません。こちらこそ、私の崇高な敬意をお受け取りください!」  こうして、松山昌平は、昼は冷徹な大企業の社長だが、夜は涙を流しながら妻を追い求める道を歩むことになった。

view more

Kabanata 1

第1話  

Abi berusaha keras mengendalikan mobil SUV miliknya agar tidak oleng karena jalanan yang dilaluinya sangat berlumpur dan licin. Dia harus berhati-hati dan fokus mengemudikan mobilnya agar tidak terperosok ke dalam jurang yang berada tepat di sampingnya.

"Bukankah ini sangat menyenangkan, Bi?"

Abi menggeram kesal. Rasanya dia ingin sekali mengumpat mendengar pertanyaan sang ayah barusan.

Bagaimana mungkin ayahnya menganggap kegiatan yang mempertaruhkan nyawa seperti ini menyenangkan? Apa ayahnya sudah kehilangan akal?

"Jangan terlalu tegang, Bi." Dewangga mengusap lengan Abi yang sedang fokus mengemudi sambil tersenyum kecil.

"Ayah lebih baik diam," desis Abi tanpa mengalihkan pandang dari jalanan yang ada di hadapannya. Dia harus fokus jika tidak ingin mati konyol karena mobilnya jatuh ke dalam jurang.

Sepanjang jalan yang Abi dan Dewangga lalui penuh dengan lumpur karena hujan turun deras tadi malam. Abi harus ekstra hati-hati mengemudikan mobilnya agar tidak terselip dan terjebak di dalam lumpur.

Embusan napas lega sontak lolos dari bibir Abi ketika berhasil melewati jalanan berlumpur tadi. Jika tahu jalanan yang akan dilaluinya berlumpur dan licin, Abi pasti akan memilih diantar sopir dari pada membawa mobil sendiri.

"Apa rumahnya masih jauh, Yah?"

"Kalau tidak salah, anak buah ayah kemarin bilang rumah Bik Ijah tidak jauh dari jembatan, seharusnya sebentar lagi kita sampai, Bi."

Abi pun mengurangi laju kecepatan mobilnya karena sudah melewati jembatan sambil melihat ke kanan kiri mencari rumah perempuan yang bernama Bik Ijah itu.

"Bi, stop, Bi!"

Abi refleks menginjak rem mobilnya karena ayahnya tiba-tiba menyuruh untuk berhenti.

"Sepertinya ini rumah Bik Ijah." Dewangga mencocokkan sebuah foto rumah yang ada di tangannya dengan rumah yang berada tepat di samping kirinya.

Abi pun ikut melihat foto berukuran 4R yang ada di tangan ayahnya. Ada sebuah pohon rambutan dan jambu air yang tumbuh di halaman rumah yang dindingnya terbuat dari kayu tersebut. Selain itu, di samping kanan rumah tersebut ada kandang ayam. Sama persis dengan yang ada di foto.

"Rumahnya benar yang ini, Bi. Ayo, turun." Dewangga melepas sabuk pengaman yang sejak tadi melingkari tubuhnya lantas turun dari mobil SUV milik Abi.

Seorang wanita berusia sekitar enam puluh tahunan terlihat sedang memberi makan ayam-ayam peliharaannya sambil menyenandungkan tembang Jawa lawas. Suaranya terdengar begitu merdu dan lembut di telinga.

"Dhek jaman berjuang. Njur kelingan anak lanang. Mbiyen tak openi. Ning saiki ono ngendi. Jarene—"

"Permisi ...."

Wanita yang akrab dipanggil Bik Ijah itu sontak berhenti bersenandung karena mendengar suara yang berasal dari belakang tubuhnya. Perempuan yang rambutnya selalu disanggul itu pun sontak berbalik, menatap dua orang lelaki berpakaian rapi yang berdiri tepat di hadapannya.

"Maaf, apa benar ini rumah Bik Ijah?"

"Iya, benar," jawab Bik Ijah sambil menatap Abi dan Dewangga bergantian karena wajah ayah dan anak itu terlihat asing di matanya.

Dewangga tersenyum lega karena datang ke rumah yang tepat. Akhirnya dia bisa bertemu dengan orang yang sudah merawat putri kandung mendiang sahabat baiknya setelah mencari selama puluhan tahun lamanya.

"Apa Bibik masih ingat saya?" 

Bik Ijah menggeleng pelan.

"Saya Dewangga, sahabat baik Fabian," ucapnya memperkenalkan diri.

"Dan ini putra saya, Abi," imbuhnya.

Abi pun memperkenalkan diri yang disambut ramah oleh Bik Ijah. Wanita itu tidak pernah menyangka akan bertemu lagi dengan sahabat baik mantan majikannya ketika bekerja di kota lima belas tahun yang lalu.

"Kenapa Bapak datang ke rumah saya? Apa Bapak ada urusan dengan saya?" tanya Bik Ijah terdengar was-was.

Dewangga menarik napas panjang sebelum bicara. "Saya datang karena ingin menjodohkan anak saya dengan Jena."

"Apa?" Tubuh Bik Ijah menegang mendengar ucapan Dewangga barusan. Dia benar-benar terkejut hingga tanpa sadar menjatuhkan tempat makan ayam-ayam peliharaannya yang sejak tadi berada di dalam genggaman hingga membuat isinya berhamburan keluar.

"Maaf kalau ucapan saya mengejutkan, Bibik. Apa kita bisa bicara di dalam, Bik?"

Bik Ijah tergagap mendengar pertanyaan Dewangga lantas meminta mereka untuk masuk ke dalam rumahnya.

Abi dan Dewangga duduk di kursi kayu yang cat-nya sudah terkelupas. Rumah Bik Ijah berukuran kecil seperti rumah di desa pada umumnya. Lantainya pun masih terbuat dari tanah liat. Meski begitu, Bik Ijah dan Jena tidak pernah mengeluh tinggal di sana.

"Maaf kalau rumah saya jelek."

"Jangan bilang seperti itu, Bik. Rumah Bibik cukup bersih dan nyaman. Iya kan, Bi?" tanya Dewangga seolah-olah meminta persetujuan putra sulungnya.

Abi mengangguk meskipun dia ingin sekali pulang sekarang. Bagaimana mungkin ada orang yang betah tinggal di rumah yang kecil seperti ini?

Abi pikir tidak ada. Keterbatasan ekonomi yang memaksa Bik Ijah dan Jena untuk mensyukuri apa yang mereka punya.

"Jena di mana, Bik?" tanya Dewangga karena ingin melihat calon menantunya. Jena pasti tumbuh menjadi gadis yang cantik, pikirnya.

"Non Jena sedang mencari ikan di sungai, Pak. Maaf, saya tinggal ke belakang sebentar." Bik Ijah beranjak ke dapur karena ingin membuat minum untuk Abi dan Dewangga, tapi Dewangga malah melarang.

"Tidak perlu repot-repot, Bik."

"Saya tidak merasa direpotkan sama sekali, Pak. Mohon tunggu sebentar." Bik Ijah melangkah kembali menuju dapur untuk membuat teh panas. Setelah selesai, dia menyuguhkan minuman tersebut untuk Abi dan Dewangga.

"Silakan diminum, Pak."

Abi dan Dewangga pun menyesap sedikit teh mereka untuk menghargai Bik Ijah. Ayah dan anak itu sama-sama tertegun karena aroma teh tersebut sangat wangi.

"Teh buatan Bibik enak sekali," komentar Dewangga mewakili Abi. "Kalau boleh saya tahu. Anda membeli teh ini di mana? Saya ingin membeli beberapa untuk dibawa pulang."

Bik Ijah tersenyum senang mendengar pujian Dewangga. "Teh itu Non Jena yang membuatnya."

Dewangga terenyak mendengar ucapan Bik Ijah barusan, begitu pula dengan Abi. Mereka tidak pernah menyangka gadis yang tinggal di kampung seperti Jena bisa membuat teh seenak ini.

"Calon istrimu ternyata berbakat, Bi. Ayah jamin kamu pasti tidak akan kecewa dengan pilihan ayah." Dewangga menepuk punggung Abi sambil tersenyum kecil. Sepertinya keputusannya untuk menikahkan Abi dan Jena sudah tepat.

Dewangga yakin sekali Abi pasti akan hidup bahagia bersama Jena.

"Ayah, please. Kita saja belum tahu calon istri Abi seperti apa," ucap Abi jengah karena Dewangga selalu mengelu-elukan Jena.

Jika bukan karena perjodohan sialan yang diatur oleh kedua orang tuanya dan orang tua Jena, Abi pasti akan memilih melajang seumur hidup karena dia belum bisa melupakan mantan kekasihnya.

Dewangga berdeham pelan. "Maaf kalau saya banyak bicara." 

"Tidak apa-apa, Pak. Apa Anda serius ingin menjodohkan Non Jena dengan putra, Bapak?"

Dewangga mengangguk. Tidak ada keraguan yang terpancar dari kedua sorot mata lelaki berusia lima puluh enam tahun itu. Dewangga memang serius ingin menjodohkan Abi dan Jena karena putranya yang lain tidak mau dijodohkan dengan gadis itu.

"Iya, Bik. Saya dan almarhum Fabian sudah berjanji akan menikahkan anak kami jika mereka sudah dewasa. Karena itu saya datang jauh-jauh dari kota untuk meminta Jena sebagai istri Abi. Sebagai wali Jena, apa Bik Ijah menyetujuinya?"

Bik Ijah meremas kesepuluh jemari tangannya yang terasa dingin. Dia tidak bisa memutuskan karena semua keputusan ada di tangan Jena.

"Maaf, Pak. Saya tidak mempunyai hak untuk memutuskan karena semua keputusan ada di tangan Non Jena."

Dewangga menghela napas panjang. Padahal dia ingin mendengar jawaban 'Iya' dari Bik Ijah. Namun, wanita yang sudah merawat Jena sejak sahabatnya meninggal itu malah menyerahkan semua keputusan pada Jena. Semoga saja Jena mau menerima perjodohan ini.

"Baiklah, saya akan menunggu jawaban Jena. Kapan dia kembali?”

"Mungkin sebentar lagi, Pak."

Abi dan Dewangga pun menunggu Jena datang sambil menikmati teh hangat dan sepiring singkong rebus yang Bik Ijah suguhkan. Makanan itu sangat sederhana, tapi entah kenapa terasa sangat lezat di lidah mereka. Abi bahkan meminta dibuatkan teh lagi ketika teh-nya sudah habis.

"Bibik lihat! Jena dapat ikan banyak sekali! Hari ini kita makan enak!" 

Abi sontak menoleh, menatap gadis berambut cokelat yang berdiri di depan pintu sambil membawa seember penuh ikan. Pakaian gadis bermata hezel itu penuh dengan lumpur dan bau amis di mana-mana.

Apakah benar gadis yang mirip orang-orangan sawah itu adalah calon istrinya?

[Bersambung]

Palawakin
Susunod na Kabanata
I-download

Pinakabagong kabanata

Mga Comments

user avatar
はーの
えぇ〜?? 完結しないうちに終了?? そうなんですかぁ… 今の所は クスッと笑いながら楽しく読んでます。 315話 じゃ〜あと少しで終わりかぁ。。
2025-04-18 16:03:47
2
user avatar
Masako Fujii
かっこいい初ちゃん、頑張って〜! 昌平への未練は早くポイ捨てしましょ。
2024-12-29 14:53:07
4
user avatar
ちょび
後1話か2話あればもう少しきれいに終わりそうなのに勿体ない
2025-04-09 16:21:40
2
user avatar
むに丸ナマケモノ
完結しない内に連載終了ってΣ(°꒫°◍)? 詐欺だわ〜。。。_| ̄|○
2025-03-19 04:40:50
2
428 Kabanata
第1話  
「篠田初、離婚しよう!」 松山昌平の声が後から聞こえてきたとき、篠田初はステーキを焼いていた。  「ジュウジュウ」と熱い油が頬に飛び散ってきたが、痛みを感じることはなかった。 「俺たちの関係には、ただの夫婦の名目だけが残っていて、夫婦としての情はない。四年の期限が来た今、もう終わるべきだ」 彼の声は冷たく、どこか距離感を感じさせるものだった。 篠田初は唇を噛んだ。  ついに、この日がやってきた...... 四年前、篠田家は破産した。父と母は重荷に耐えきれず、二人揃ってビルから飛び降りた。残されたのは、篠田初一人に押し寄せる厄介事だった。 篠田初の祖父と松山昌平の祖父は、共に戦場で戦った戦友だった。篠田初の祖父は戦場で松山の祖父を救ったことがあった。 臨終の際、篠田初の祖父は最も心配していた孫娘を松山昌平の祖父に託した。 こうして、この名目ばかりの結婚が成立したのだった。 しかし、いつの間にか彼女はその結婚の中で、松山昌平のことが好きになって、自分の心を完全に捧げてしまっていた。 彼女は、時間をかけて「妻」としての役割を果たせば、いつか彼の心を得られるだろうと思っていた。 結局、残されたのはただ離婚の言葉だった! 「八十億円と港区の最上階のマンションを補償として用意している。これが離婚協議書だ。異議がなければサインしてくれ」 松山昌平は無表情で一部の書類を篠田初に渡した。眉をしかめた冷淡な表情は、まるでビジネスの話をしているかのようだった。 篠田初は協議書を受け取り、その数字を見つめた。 四年間で八十億円だった。 松山家は相変わらず財力があった。 「本当に離婚しなければならないのですか」 篠田初は協議書を閉じ、目の前の男を見つめた。 彼女が四年間愛してきた男は、極めて美しい顔立ちを持ち、すらりとした姿はいつも真剣で自制的で、高嶺の花のように遠くて手の届かない存在だった。 「離婚しなければならない」 松山昌平の冷たい声には、一切の躊躇もなかった。 心が少しだけ痛かった。 だが、篠田初は決してぐずぐずするような人間ではなかった。 もしどれほど捧げても、傷だらけになるだけなら、引き返すべきだった。 まあ、四年の夫婦生活で、八十億円が手に入るなら、悪くはなかった! 
Magbasa pa
第2話 
松山昌平が今夜すぐにでも、彼女を追い出そうとした理由が、こういうことだったのか。新しい恋人が急いでこの家に入りたがっているというわけか。 ふん、自分がそんな男のことで、さっきまで思い悩んでいたなんて考えると、怒りのあまり自分を叩きたくなった! 小林柔子は高飛車な態度で篠田初の前に歩み寄り、その言葉は非常にとげとげしくて傲慢だった。 「あんたが篠田初?まだ出て行ってないの?」 「昌平さんがあんたを追い出したのに、いつまでぐずぐずするの?恥ずかしくないのか!」  篠田初は彼女の挑発に耳を貸さず、地面に散らばった荷物を黙々と片付け続けていた。 「ちょっと、聞こえないの?私が話してるのよ!」 「ごめん、聞こえなった」 篠田初はようやく顔を上げ、無表情で答えた。「ただ、一匹の犬が無駄吠えしているのは聞こえたけど」 「ちょっと、私を罵ってるの?」 「別に。あなたが勝手にそう思ってるだけ」 そう言い放ち、彼女はスーツケースを引きながら、自分の前に立ちふさがる小林柔子に向かって少し頭を傾けた。「どいてくれ!邪魔なんだけど」 「この!」 小林柔子は怒りで足を踏み鳴らし、その顔は紅潮し、怒りと恥じらいが入り混じっていた。 噂によると、松山家の次男の嫁は気弱でよくいじめられる人と知られているはずじゃなかったの?どうしてこんなに口が達者なの? その様子を見ていた使用人が、すぐに小林柔子に取り入ろうと前に出た。 「小林さん、怒りをおさめてください。たかが元妻のことで、体を壊しては引き合わないですよ」 「これからは、小林さんこそがこの別荘の若奥様ですから、あの女なんて、へでもありません......」 「すでに昌平様の指示でお部屋を整えておりますので、ご案内いたします!」 小林柔子はそのお世辞で機嫌が直り、篠田初に構うのをやめ、使用人と共に豪邸の中へと入っていった。 冷たい風の中、篠田初はまた一人きりになった。 彼女はその壮大な建物を見上げ、胸の中に複雑な感情が渦巻いていた。 四年の歳月をここに費やした結果が、この惨めな結末だなんて、本当に皮肉なものだった。 「さようなら、松山家!」 深く息を吸い込み、篠田初は一度も振り返ることなく、その場を後にした。 その夜、彼女は都心部で1LDKのアパートを借りた。 部屋は広くなかったが、ようやく落ち着け
Magbasa pa
第3話  
翌日、約束は九時に集合することになっていたが、篠田初は八時半にはすでに役所の前で待っていた。 早く着いただけでなく、彼女はおしゃれなメイクを施し、最もお気に入りのローズピンクのロングドレスに着替えていた。長い髪も、普段は肩に垂れていたが、今は高く結い上げられ、白鳥のように長く白い首筋が露わになっていた。 遠くから見ると、まるで女神のようで、優雅で冷ややかな気品が際立っていた。 しかし、前夜の風邪の影響か、少し熱があり、体調が優れなかった。 ちょうど九時、銀色のブガッティ・ヴェイロンが役所前の屋外駐車場に入ってきた。 松山昌平は冷淡な表情で車を降りた。 既に門前で待っていた篠田初を見つけると、彼の深みのある瞳に一瞬の驚きが浮かんだが、すぐに不可解な不快感に取って代わった。 「随分と積極的だな」 松山昌平は無表情で篠田初をすり抜け、長い脚でさっそうと離婚手続きのカウンターに向かって歩き出した。 この男......なんてぶっきらぼうだった! 篠田初はその高く冷ややかな背中を見ながら、心の中で思った。彼がこんなに急いでいる様子は、まるで黄泉へ突っ込みたいかのようだった。彼だって結構積極的じゃないの? 手続きはすぐに終わった。署名、指印、押印の手順で、前後でわずか十分ほどだった。 「新しい規則によれば、離婚には1ヶ月の冷却期間があります。本日から30日以内に、もしどちらかが離婚を取り消したいと思った場合は、必要な書類を持参して単独でキャンセルできます」 スタッフが説明を終え、離婚届のコピーを二人に渡した。 彼らのように淡々とした二人を見たのは初めてで、スタッフたちは驚きつつも感心していた。男は背が高く、ハンサムだった。女は細身で、美しかった。どこから見てもお似合いで、どうして離婚に至ったのかが不思議だった。 篠田初は申請書を受け取り、条項を眺めながら、皮肉を感じた。 「離婚には冷却期間があるなら、結婚にも冷却期間があればよかったのに......」 松山昌平の顔はますます曇っていき、薄い唇が冷ややかな笑みを浮かべた。「どうした?もし結婚にも冷却期間があったら、君は俺と結婚しなかったのか?」 「それは違うわ!」 篠田初は眉を上げて言った。「私は八十億円を手に入れたのよ。八十億円よ、普通の人が一生働いても稼
Magbasa pa
第4話  
聞いてごらんなさい、なんて堂々としているんだった! 篠田初は全てがあまりにも滑稽に感じた。 高嶺の花である松山昌平に対して、男女の関係にはあまり興味がないと彼女は思っていた。 しかし、結局彼は結婚中にも不倫をしていた。 愛人を自宅に招き、子供までできた。 篠田初は突然目が覚めたような気がした。心の中に残っていたわずかな感傷も煙のように消え去った。 「つまり、これが不倫ってこと?」 松山昌平がまだ言葉を発することなく、小林柔子が我慢できずに割り込んできた、涙を堪えながら言った。「篠田さん、すべて私のせいです。殴っても、叱っても構いません......」 この女性はまるで川劇の変面のように、表情を変えるのが得意だった。 「そうなの?」 篠田初はすぐに腕を高く掲げ、頬を打つ構えを取った。 小林柔子は驚いて「ギャア!」と叫び、おどおどしながら松山昌平の後ろに隠れた。 「殴っても、叱ってもあなたに構わなくって言ったんじゃないの?なんで隠れるの?」 篠田初は髪の毛を軽く整え、微笑みながら言った。「そういう小芝居はやめてくれよ。私も悪女じゃないんだから、愛人を引き裂くようなことはしないわ。 もし君たちはお互いを本当に心から愛しているというなら、引き裂くどころか、むしろ応援するわよ!」 「な、何?」 小林柔子はこの発言に完全に混乱した。準備していた「悲劇的な演技」が全く通用しなかった様子だった。 どうやら噂は本当だったらしい。 松山昌平と篠田初は契約結婚で、感情は全くなかった。 そうでなければ、正妻が愛人に対してこんなに優雅に、寛容に接するわけがなかった。 続けて、篠田初は言った。「しかし、不倫が発覚した以上、離婚協議書の財産分割について再協議が必要だと思うわ」 小林柔子は篠田初が財産を争うつもりだと悟り争おうとしているのを聞くと、ぶりっ子を続けるのも面倒くさくなった。彼女は激しく言った。「昌平はすでに八十億円と港区のトップフロアのマンションを渡したじゃないですか。それだけで充分ですよ。それに、この数年、松山家は篠田家の問題を解決するために多くの資金を費やしてきましたわ。欲張りすぎはよくないですわ」 篠田初はそのお金も名誉も欲する言動に腹が立ち、直接反論した。「あら、私がまだ正式に離婚していないの
Magbasa pa
第5話 
篠田初は、今度こそ冷たい床と親密な接触をすることになると覚悟していた。 次の瞬間、彼女の細い腰が、長くて丈夫な男性の腕にしっかりと抱きしめられていた。 ミントのような清涼感のある香りが鼻をくすぐり、彼女はその香りに一瞬心を奪われた。 「熱い......熱があるのか?」 松山昌平は、腕の中にいる女性を見下ろし、冷たい眉宇にわずかな関心の色を浮かべた。 彼女は本当に細かった。羽のように軽く、彼の保護欲を掻き立てるほどだった。 「関係ないでしょう!」 篠田初は、なんとか体勢を取り戻し、歯を食いしばりながら男性の腕から逃れようとした。 離婚するなら、きっぱりと別れ、堂々と背を向けるべきだった。 彼女は決して病弱な姿を見せて、彼に惨めだと思わせたくはなかった。 篠田初は強がっていたが、体は正直で、全身が力が抜けるようにふわふわとしていた。 松山昌平は彼女をそのまま横抱きに持ち上げた。 「病院に連れて行く」 「何するの......放して!」 篠田初は苦しくて恥ずかしく、必死に抵抗した。 「忘れないで、私たちはもう離婚したのよ......」 「手続きがまだ終わってない。君はまだ俺の妻だ」 彼の声は確信に満ちていて強引で、篠田初が拒否する余地を全く与えなかった。 二人が出かけようとしていると、小林柔子が焦って声を上げた。 それは彼女が望んでいた結果ではなかった。 彼女は慌てて腰を押さえながら、わざと弱々しい声で後ろから叫んだ。 「昌平さん、待ってよ。お腹が大きくて、歩くのが不便なの......」 「そこで待っていろ。東山を迎えに来るから」 松山昌平はそう言い終わると、再び篠田初に視線を戻し、低い声で言った。「彼女の調子が悪い。放っておけない」 これを聞いた篠田初は、思わず目を白黒させそうになった。 これは何?さっきまで妊娠している愛人を連れて離婚を迫り、次の瞬間には情熱を演じようとしているの? 彼は自分を何だと思っているのか、捨てたあとでも名残を残そうとしているのか? 小林柔子というぶりっ子とのペアは本当に絶妙だった! それならば、彼らのゲームに付き合ってやろうじゃないか。 篠田初は抵抗するのをやめ、松山昌平の首に腕を回して、目を大きく瞬かせながら甘えるように言った。「それじゃあ、ありがとうね、もうすぐ元夫になるあなた」 
Magbasa pa
第6話  
白川景雄のだらしない声が、冷徹な松山昌平が病室に立っているのを見て、突然止まった。 彼は松山昌平をじっと見つめた。 松山昌平も白川景雄をじっと見ていた。 病室が一気に緊迫した雰囲気に包まれた。 「君たちは知り合いか?」 松山昌平は篠田初に向かって、冷たい声で尋ねた。 この二人、一方は名の知れたぐうたら息子で、もう一方は真面目な名門の若奥様だった。全く異なる世界の人間なのに、どうして関わりがあったのか? 「それは......」 篠田初は額に手を当てながら、少し気まずそうに言った。 彼女が白川景雄に病院に来るようにメッセージを送ったのだが、彼がこれほど早く来るとは思っていなかった。 元婚約者とイケメンが出くわすのは、どうも修羅場の予感がした。 「知っているどころか、姉御はまさに俺の女神だ!」 白川景雄は金色に輝くヒマワリの花束を持ち、情熱的に篠田初に近づきながら、松山昌平に笑っているのかいないのか分からないような表情で言った。「松山さん、実は姉御は俺たちの学校で有名人だったよ。彼女を慕う人の列は、フランスまで延びそうだった。そして、俺はその無数のファンの中でも一番の崇拝者さ! 今日は彼女が離婚届を出した記念すべき日だから、俺のような大ファンが真っ先にお祝いしなければならないよね?」 白川景雄はそう言うと、ふざけた様子を一変させ、真剣で情熱的に花束を篠田初に渡した。 「女神の姉御、このヒマワリをお送りします。これがあなたの一番好きな花だと覚えています。花言葉は太陽に向かって咲くことで、つまり逆境を乗り越えるってことですよね? この花ほど、あなたにふさわしいものはないと思います!」 篠田初は確かにヒマワリが好きだった。 ただし、ヒマワリの花言葉は「あなただけを見つめる」という意味であり、彼女の松山昌平への感情にぴったりだった。 彼を初めて見た時から、彼女の目には他の男性が映ることはなかった。 でも、今は他の可能性も見てみるべき時期だった。彼に一生縛られているわけにはいかないから! 篠田初は喜んで花束を受け取り、鼻に近づけて香りを嗅ぎながら、花のような笑顔で白川景雄に感慨深げに言った。「結婚してから四年間で、初めて花をもらった。本当にいい香りね」 「女神が喜んでくれるなら良かったです。これ
Magbasa pa
第7話  
「もう準備が整いました。姉御の指示ですから、私は怠慢なんてできません」 白川景雄はふざけた顔を引っ込め、厚い資料の束を真剣な面持ちで篠田初に手渡した。 篠田初は資料を受け取り、熱で辛い体調を顧みず、一目十行で内容を読み進めた。 やがて、彼女の白く美しい顔に満足げな笑みが浮かんだ。「なかなかいいわね。この弁護士たち、やはりただ者ではないわ。八十億円やトップフロアのマンションよりもずっと価値があるわ」 「ちっ、松山昌平の部下だなんて、大したやつではありません!」 白川景雄は長い足を組み、ベッドの手すりにだらしなく寄りかかり、きざに言った。「俺はもっと優秀な弁護士が知っているけど、必要ならすぐに紹介しますよ」 「いいえ、私は彼らがいいの」 篠田初は資料を閉じ、断固とした声で言った。 彼女の気分が非常に良さそうで、離婚の影響をまったく受けていないように見えた。 「姉御、何か企んでいますか?陰謀の匂いがするんですけど」 白川景雄は興味津々で尋ねた。 四年ぶりだった! 四年ぶりに、事業に情熱を注いでいた女神が完全復活したことに、彼は大喜びだった。 「はやく教えてくださいよ!」 篠田初は意味深な笑みを浮かべながら言った。「急がないで。すぐにわかるわ」 白川景雄は篠田初の性格をよく知っているので、これ以上は質問せず、黙って待つことにした。 質問しても答えは得られず、逆に嫌われてブロックされると、泣くしかないからだった。 「でも......」 白川景雄は姿勢を正し、慎重に篠田初に尋ねた。「本当にあの冷血な男を手放せますか」 彼は篠田初が松山昌平に対して本気で愛していたことをよく理解していた。 それほど愛していた人を、どうして簡単に諦められるのか? 「手放せるかどうかは関係ない」 篠田初はすでに心が死んだように冷淡に言った。「松山昌平の妻でいるのはあまりにも疲れるだけで、損をするばかり。今はただ、篠田初に戻りたいだけよ」 ——— 松山家の別荘にて、松山明夫と柳琴美は、お腹を大きくした小林柔子を見て、全く異なる表情を浮かべた。 柳琴美は非常に喜び、小林柔子を上から下まで見ながら、興奮して言った。「よかった。あなたが松山家の子供を孕んでくれて! 三ヶ月前に陽平が事故で亡くなってから、私は
Magbasa pa
第8話 
松山昌平はスタイルがよくて、近寄りがたい雰囲気を持ち、まるでこの無茶な争いには無関係であるかのようだった。 彼の視線は、小林柔子の微かに膨らんだお腹に沈んだ。淡々と述べた。「見た通り、柔子はすでに三ヶ月以上も妊娠している。この子は松山家の血筋であり、相応の身分を与える必要がある。 篠田初とは離婚届を出した。婚姻関係が解消され次第、柔子と正式に結婚する」 その言葉が終わると同時に、柳琴美と小林柔子は一息ついて安堵した。 一方、松山明夫は怒りに燃え、不肖の息子をぶん殴ってやりたい気持ちを抑えられなかった。 「君というやつは、本気でこんなことをするつもりか?外の女なんて、遊びで十分だ。なのに、正妻を蹴ってまで愛人に席を譲るなんて、頭がおかしいんじゃないのか? 初ちゃんの祖父がこれを知ったら、君を許せると思ってるのか!あの老人はかつて猛将として名を馳せ、数十万の兵を率いていたんだぞ。君は彼に地獄まで連れて行かれるのが怖くないのか?」 「もういいだろう!」 柳琴美は腕を組み、軽蔑の目で松山明夫を見下ろしながら言った。「そんなに偉かったら、篠田家も破滅しなかったでしょうに。この数年、我々が彼の唯一の孫娘を守らなかったら、篠田家はとっくに絶えていたんじゃない?当時、篠田家がどれだけ敵を作ったかも考えずに、私たちは篠田初を嫁に迎えた。そのことで、多くの敵を作ったのよ。恩返しだって、もう十分にしたはずよ。 それに、あの老人が自分で定めたルールじゃない。二人の結婚は四年間の約束で、四年後に情が生まれなかったら、平和に別れるって。それなら、昌平も悪いことをしてないでしょう!」 松山夫婦が再び口論し始めようとするのを見て、松山昌平は不機嫌そうに眉をひそめ、冷たい声で言った。「言うべきことは全て言った。喧嘩を続けるなら、場所を変えてくれ」 「もういい!もういい!」 松山明夫は長く深いため息をつき、感慨深げに言った。「君という奴は、昔から孤高で独断的だったが、決めたことは、兄以外の誰にも変えられないんだ......もし彼がまだ生きていたら、君を説得できたかもしれないのに」 その場の空気は一気に重苦しく、悲しいものとなった。 三ヶ月前、松山陽平の突然の死は、松山家に壊滅的な打撃を与えた。もともと冷淡だった松山昌平をさらに冷たくなり、心を閉ざした。 「この女と結婚した
Magbasa pa
第9話  
もし時を戻せるなら、松山昌平はすべてを賭けてでも、三ヶ月前のあの夜に戻りたいと思った。 その夜、彼は兄と共にニューヨークの街を歩きながら、松山家の未来について語り合っていた。 突然、彼らは襲撃を受けたのだった。 兄は身を挺して、自分に向かっていた銃弾を防いでくれた。 死の間際、兄は言った。愛する彼女がいて、その名は小林柔子だった。 彼女は今、兄の子どもを身ごもっていた。 「柔子と結婚してくれ。俺の代わりに生きてくれ。そして、彼女と子供に、ちゃんとした家庭を作ってくれ」 血にまみれた兄の手が、自分の手を握りしめ、絶望的な目で懇願するその瞬間を、彼は一生忘れられなかった。 もし時を戻せるなら、松山昌平は兄を押しのけ、自分がその死を受け入れただろう! 「あなたは私と子供のためにお父様を怒らせ、篠田さんを傷つけたわ。私の良心が痛むの。だから本当に、もうやめよう! 私一人で子供を育てるわ。確かに、未婚の女性が子どもを持つのは厳しいけれど、陽平の後を残すためなら、我慢できる」 小林柔子はすすり泣き続けた。 彼女は、この譲歩に松山昌平が無反応でいられるはずがないと信じていた。 松山昌平は冷徹な表情で、さりげなく彼女との距離を取った。 「父さんは事情を知らないから、君に偏見を持っているだけだ。気にしないでくれ。 それに篠田初についてだが......」 松山昌平は言葉を切り、冷たく続けた。「俺は彼女に何の感情も持っていない。四年間一緒にいたが、関係を持ったこともない。たとえ君がいなくても、俺は彼女と離婚するつもりだった」 「でも、篠田さんは?彼女はあなたを愛しているに違いないわ。だって、あなたはこんなにハンサムで優秀だから」 小林柔子は甘い声で、松山昌平を見つめる目は憧れに満ちていた。 彼女は遊び女として、松山陽平を遊び相手にしていただけで、本当の意味で恋愛感情はなかった。だって、あいつはあまりにもつまらなくて、アッシー君すぎた。 しかし松山昌平に出会ったとき、彼女は一目惚れということが分かった。 そして、松山昌平こそが彼女の真のターゲットだと決めたのだった。 篠田初は、松山昌平との間に立つ最大の障害だった。 「彼女も俺を愛していない」 そうでなければ、離婚をこんなに積極的に進めることはな
Magbasa pa
第10話  
篠田初は不安な気持ちで病院に向かった。 そして、看護師から渡された検査結果を見たとき、彼女は完全に茫然とした。 「篠田さん、血液検査の結果から見ると、HCG値と黄体ホルモンの値が共に高く、妊娠していることが確認されました。おそらく妊娠一ヶ月を過ぎた頃かと思われます」 「な、何ですって、妊娠......一ヶ月ですか!」 「そうです、おめでとうございます。お母さんになりますね」 看護師が去った後も、篠田初は茫然自失の状態だった。 こんなドラマみたいな展開が現実に起こるなんて? たった一度の過ちで妊娠するなんて、自分の生殖能力が高すぎるのか、それともあの男の遺伝子が強すぎるのか、神様は一体なぜこんな仕打ちを! 疑いの余地もなく、この子供はあの冰山である松山昌平の子どもだった。 一ヶ月前のあの夜のことをまだ覚えていた。その時、松山家は松山陽平の葬儀を終えたばかりで、家全体が悲しみに包まれていた。 篠田初は初めて、あの松山昌平が高圧的で傲慢な仮面を脱ぎ捨てた。子どものように脆弱で、顔を覆って泣きながら、一本また一本と酒を飲む姿を目の当たりにした。 彼女は彼に同情し、彼と一緒に泣き、共に酒を飲んだ。 そして、気がつけば二人はベッドにいた...... 結婚して四年、あの夜が二人が最も親密だった一夜だった。 篠田初は、その夜の後に彼と自分の関係が少しでも改善されると信じていた。 しかし、改善するどころか、関係は完全に終わってしまった! 終わったことは仕方がないが、突然現れたこの子どもは、彼女の計画を一瞬で狂わせた。 「やっぱり、男に同情するとろくなことがない!」 篠田初は自分を叱責したい気分だった。 彼女は松山昌平に自分が妊娠していることを伝えるべきかどうか、悩んでいた。 何せよ、子供には彼の血が半分流れていた。産むか産まないかは二人で決めるべきかもしれなかった。 「篠田さん、なんて偶然でしょう。あなたも病院に来ましたね?」 背後から、小林柔子の声が聞こえてきた。 篠田初が振り向くと、小林柔子は腰を抑えながら幸せそうに微笑んでいた。 そして、小林柔子の隣には、間もなく自分の元夫となる松山昌平が立っていた。 松山昌平はいつものように高大で凛々しい姿で、冷たい表情と自然に漂う威厳が、彼を
Magbasa pa
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status