All Chapters of Bukan Pernikahan Impian : Chapter 41 - Chapter 50
69 Chapters
Bab 41
Fara terbangun karena sebuah tepukan lembut di pipinya. Dia pun membuka matanya dan mendapati wajah Ivan yang begitu dekat dengan wajahnya. Hangat embusan napas suaminya itu terasa menyapu pipinya. Dan dilihatnya Ivan tersenyum seolah senang telah berhasil membuatnya terjaga. "Bangun, pemalas. Sudah pagi," kata Ivan pelan. "Aku masih mengantuk. Semalam mas membangunkan aku terus," sahut Fara dengan sikap malas. "Jangan mengeluh. Itu kewajiban seorang istri," kata Ivan menyahuti. "Huh?" "Melayani suami, itu tugas seorang istri." Ivan menegaskan kalimatnya tadi karena dilihatnya Fara seperti bingung. "Memperlakukan istri dengan baik dan menjaga perasaannya juga tugas seorang suami," celetuk Fara cepat. "Aku memperlakukanmu dengan baik. Aku selalu memberimu nafkah lahir dan batin. Iya, kan?" "Ya. Tapi tidak menjaga perasaannya. Tidak setia dan...." "Cukup! Jangan menyulut pertengkaran! Ini masih p
Read more
Bab 42
Mereka sampai di rumah mertua Riska sebelum jam makan siang. Begitu mereka sampai, rengekan dua buah hati Riska langsung terdengar menyambut mereka. Rupanya kedua bocah itu tidak mau dijemput pulang. Mereka masih betah menginap di rumah nenek mereka yang asri dan berhalaman luas itu. Riska pun sibuk mendiamkan rengekan kedua putranya. Dia berjanji untuk membawa mereka pulang sore hari. Jadi mereka masih ada waktu siang ini untuk bermain bersama dengan teman-teman mereka di halaman rumah nenek mereka yang luas ini. Fara tertawa melihat tingkah dua bocah itu. Si sulung tampak protes karena merasa waktu yang diberikan oleh ibunya begitu sempit. Dia ingin satu atau dua hari lagi. Tapi setelah dibujuk dengan lembut akhirnya dia mau diam dan menurut. "Biarkan saja mereka di sini barang satu atau dua hari lagi, Ris. Mereka masih betah di sini," kata ibu mertuanya. "Tapi saya takut jika mereka terlalu lama di sini, nanti akan merepotkan ibu," sahut Riska member
Read more
Bab 43
"Kenapa akhir-akhir ini mas semakin jarang menemuiku? Sedang asyik dengan Fara atau ada yang baru?" tanya Lusy dengan wajah cemberut. Ivan yang baru saja sampai di rumah Lusy itu pun langsung mengerutkan keningnya, bingung menatap kekasih hatinya itu. "Yang baru?" tanyanya. "Ya, kekasih baru!" jawab Lusy cepat, bernada cemburu. "Ah, ada-ada saja kamu. Mana mungkin aku punya kekasih baru? Menghadapi kamu dan Fara saja sudah bikin aku pusing." "Kenapa pusing? Bukannya mas dan dia akan segera bercerai? Mas bilang dia sudah pulang ke rumah orangtuanya." Ivan menghela napas panjang. "Ya, Fara memang sedang menginap di rumah orangtuanya sekarang. Tapi bukan berarti perceraian kami sudah di depan mata. Aku belum menemukan alasan yang tepat yang akan aku berikan pada orangtua dan keluarga besarku. Aku bingung, Lusy." "Jadi harus berapa lama lagi aku menunggu?" tanya Lusy kesal. "Sabarlah, Lusy," pinta Ivan dengan nada lem
Read more
Bab 44
"Jangan bilang kalau kamu telah jatuh cinta padanya," kata Riska pada Gilang di satu pagi. "Apa salahnya? Setiap orang berhak untuk jatuh cinta, kan?" Gilang menyahuti dengan sikap santai. "Tapi dia istri orang, Gilang! Dan usianya jauh di atas kamu!" Riska menatap tak berkedip pada Gilang yang sedang duduk di depannya. "Cinta tak terbatas umur. Apa lagi saya tahu kalau dia akan berpisah dari suaminya." "Begitukah? Jadi Fara telah menceritakannya padamu?" Gilang menggeleng. "Fara tak pernah bercerita tentang rumah tangganya. Tapi saya bukan orang bodoh yang tidak bisa melihat kalau sedang ada sesuatu antara dia dan suaminya. Kalau rumah tangga mereka baik-baik saja, apa mungkin mereka hidup terpisah seperti sekarang? Mungkin jodoh Fara adalah saya, mbak." "Fara? Mbak Fara! Dia jauh lebih tua darimu, Gilang!" kata Riska mengoreksi cara Gilang menyebut nama Fara. "Kalau sudah cinta, tidak perlu lagi panggil dengan s
Read more
Bab 45
Ivan masuk ke ruang makan, membuka kulkas dan mengambil sebuah apel. Digigit dan dikunyahnya apel itu dengan nikmat. Lalu dia menaik sebuah kursi untuk kemudian duduk santai di sana sambil menikmati buah apelnya. Fiona yang sedang duduk di sana pun menoleh sekilas pada kakaknya itu. Gadis yang sedang asyik bermain hp sambil ngemil biskuit cokelat buatan ibunya itu pun menghentikan kegiatannya dan melontarkan sebuah pertanyaan pada Ivan. "Makin genting, ya?" Ivan yang sedang sedang menggigit apel pun cepat menoleh padanya. "Apanya?" tanyanya bingung. "Hubungan Mas Ivan dengan Mbak Fara. Sepertinya makin genting. Mbak Fara sampai pulang ke rumah Om Surya sekarang," kata Fiona menjelaskan pertanyaannya barusan. "Loh, kenapa kamu bisa berpikiran seperti itu? Fara pulang ke rumah orangtuanya karena ingin merawat bapaknya. Kondisi Om Surya kan sudah semakin membaik sekarang. Dia ingin mendampingi bapaknya biar bapaknya cepat sembuh. Kamu, kok, mikirnya malah
Read more
Bab 46
"Selamat malam, Fara." Fara terpaku menatap Gilang yang sedang berdiri sambil tersenyum manis di hadapannya. "Fara?" ucapnya bingung. Sebab baru kali ini dia mendengar Gilang memanggil namanya seperti itu. "Kenapa? Apa tidak boleh aku memanggilmu seperti itu?" tanya Gilang. "Oh, tidak apa. Hanya saja terdengar sedikit tidak biasa," jawab Fara masih dengan perasaan bingung. "Kalau begitu aku harus sering memanggil namamu biar kamu terbiasa mendengarnya." Gilang kembali memperlihatkan senyum manisnya. Fara pun tersenyum kikuk, tak tahu harus berkata apa. Dia merasa sikap Gilang agak aneh malam ini. Tak hanya memanggilnya hanya dengan sebutan Fara saja, tapi pemuda itu pun kini sudah mulai beraku-aku padanya. Tidak lagi memakai bahasa 'saya' saat bicara dengan Fara seperti biasanya. Mungkin ada sesuatu yang terjadi padanya, pikir Fara. Tapi apa? "Kamu belum kembali ke Bogor?" tanya Fara kemudian. "Sudah, semalam. Tap
Read more
Bab 47
"Masuk!" perintah Ivan dengan nada tegas. Fara tercekat. Untuk beberapa detik lamanya dia berdiri terpaku di tempatnya. Sorot mata Ivan yang tajam membuat lututnya terasa lemas. Apa lagi wajah Ivan tampak begitu garang diliputi emosi. Rasanya baru kali ini Fara melihat Ivan semarah itu menatapnya. "Ada apa, mas? Kenapa mas marah seperti itu?" tanya Fara setelah hilang rasa terkejutnya. "Bagaimana aku tidak marah jika aku datang kemari dan mendapati istriku sedang duduk berduaan dengan laki-laki lain?!" jawab Ivan segera. Fara pun kembali tercekat. Dia menatap Ivan dengan wajah terkejut. "Apa yang mas pikirkan tentang aku dan Gilang?" "Menurutmu apa?! Pantaskah seorang perempuan yang bersuami duduk berduaan dengan laki-laki lain? Sekarang cepat masuk ke dalam! Aku ingin bicara!" "Bicara atau marah-marah?" "Aku suamimu! Aku berhak untuk bicara, termasuk juga untuk marah-marah padamu!" geram Ivan kesal. Far
Read more
Bab 48
"Pertengkaran macam apa itu?" tanya Riska ketika Fara selesai bercerita. "Entahlah. Aku bingung dengan sikap Mas Ivan. Dia begitu yakin kalau aku tidak akan bisa pergi darinya." "Mungkin dia melihat kalau kamu sangat mencintai dia selama ini. Itulah yang membuatnya yakin kalau kamu tidak akan pergi meninggalkan dia, Far. Bahkan setelah dia berselingkuh dengan Lusy." "Aku memang mencintai dia." Fara jujur mengakui perasaannya. "Bahkan sampai detik ini, setelah semua perbuatannya itu?" Riska tampak sedikit terkejut. Fara menggeleng pelan. "Sekarang hatiku mulai membeku. Aku lelah. Jika pun aku masih tetap melayaninya sebagai seorang suami, itu hanya sebatas kewajiban saja. Karena bagaimanapun aku masih tetap istrinya." "Lalu bagaimana dengan Gilang?" "Maksudmu?" "Dia sudah menyatakan perasaannya padamu, kan? Bagaimana menurutmu?" "Entahlah." Fara tampak ragu. "Bagaimana perasaanmu padan
Read more
Bab 49
Fara kembali pulang dan disambut dengan pelukkan hangat dari ibu mertuanya. Tampak sekali jika perempuan paruh baya itu senang dengan kepulangan Fara ke rumah itu. "Bagaimana kondisi bapakmu, Fara? Mama dan papa baru besok rencananya mau datang ke sana," kata Bu Elsa pada Fara. "Bapak sudah jauh lebih baik, ma," jawab Fara dengan nada lega. "Syukurlah, mama senang mendengarnya. Semoga bapakmu segera pulih seperti semula." "Pasti cepat sembuh karena kemarin Fara yang merawatnya, ma," kata Ivan menimpali. Bu Elsa pun tersenyum. "Ya, itu pasti. Tapi sekarang perawatnya sepertinya butuh istirahat. Kamu terlihat lelah, Fara. Cepatlah ke kamarmu dan istirahat. Nanti mama suruh bibik untuk buatkan jus biar badanmu bisa segera segar kembali." Fara mengangguk dan segera melanjutkan langkahnya menuju ke kamarnya di lantai atas. Sementara Ivan mengekor di belakangnya dengan wajah puas. Sesampainya di kamar, Fara segera duduk
Read more
Bab 50
Hari menjelang sore. Matahari mulai turun ke langit sebelah Barat. Saat itu Lusy tiba di depan rumah orangtua Fara. Dia pun berdiri dan memperhatikan suasana rumah yang terlihat sepi. Perlahan Lusy membuka pagar dan berjalan pelan memasuki halaman yang luas. Rumah yang dulu sering didatanginya itu kini terasa asing baginya. Seperti ada aura tak bersahabat di sana. Aneh. Tapi entahlah, mungkin itu hanya perasaannya saja. Lusy terus memasuki halaman rumah. Berjalan pelan di jalan setapak berbatu menuju ke teras. Lalu langkahnya terhenti tepat di depan teras yang sepi. Pintu rumah itu tertutup rapat. Lusy memperhatikan sesaat sambil menguatkan hatinya. Dia berbisik pada hatinya, mengatakan bahwa apa yang dilakukannya ini adalah benar. Dia harus memperjuangkan cintanya. Dan sepertinya inilah jalan satu-satunya yang harus dia tempuh agar Fara bisa menyingkir dari kehidupan Ivan, kekasih hatinya. Tiba-tiba pintu itu terbuka. Lusy terkejut. Wajah ibunda Fara menyembul d
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status