All Chapters of Penjelajah Benak: Chapter 21 - Chapter 30
62 Chapters
Bab 20
“Apakah masih jauh?” tanya Ashlyn ke Firroke.  Kami baru selesai beristirahat menikmati makan siang kami di pinggir hutan yang berada di kaki sebuah bukit yang menurut Firroke bernama Bukit Sunji. “Seharusnya nanti sore sebelum matahari terbenam kita sudah sampai di kota. Kita hanya perlu melewati Celah Sunji yang berada di puncak bukit ini dan kita sudah mencapai wilayah terluar Dharana.” Aku memijit-mijit pinggang dan punggungku yang pegal. “Aku tidak membayangkan kalau kita harus melakukan perjalanan selama enam hari. Dengan berjalan. Tiga hari saja sudah melelahkan. Padahal kita mengendarai kuda.” Aku mendesah sambil meluruskan lenganku ke atas. "Ah, Raja Narawana memang baik." Firroke mendengus. “Dan kau bilang kau tidak selemah yang kukira.” Aku menarik jubahku yang digunakan Firroke untuk alas duduk. Daunas yang seperti capung itu terjengkang dan langsung berdiri sambil berkacak pinggang. “Hei!” “Ing
Read more
Bab 21
"Lubang yang ada disana adalah pintu masuk Celah Sunji.”Firroke menunjuk sebuah lubang yang berada sekitar lima puluh meter di bukit atas kami. Aku mengangguk. Setelah menyusuri Bukit Sunji yang keterjalannya lebih sesuai jika dikatakan sebagai tebing, akhirnya kami sampai ke pintu masuk negeri para peri angin, Dharana. Menurut Firroke ada tiga pintu masuk menuju Dharana, namun Bukit Sunji adalah yang paling mudah dilalui dan paling dekat dengan Hutan Seda. Aku mengelus surai kudaku dan menarik tali kekangnya, memerintahkannya berjalan. Ashlyn di belakangku melakukan hal yang sama dan segera mengikutiku. “Apa kuda-kuda ini tidak punya nama?” Entah mengapa pertanyaan ini tiba-tiba terlintas dalam pikiranku. “Tentu saja mereka punya.” Kata Firroke. “Ini adalah Misu. Sedangkan yang dinaiki Ashlyn bernama Tashi. Mereka bersaudara. Seperti kalian.” “Benarkah?” Firroke mengangguk. Ashlyn mengelus bulu Tashi yang berwarna abu-abu deng
Read more
Bab 22
Matahari sudah hampir tenggelam saat kami akhirnya tiba di pintu gerbang Dharana yang berukuran raksasa. Aku mendongak saat melewatinya. Pintu gerbang ini terbuat dari batu dan tingginya mungkin lebih dari dua puluh lima meter. Tidak bisa kubayangkan berapa orang yang harus dikerahkan untuk membuka dan menutup pintu ini setiap harinya.Tidak ada penjaga yang memeriksa kami. Tapi aku bisa melihat ada dua menara yang berada di masing-masing sisi gerbang, dan aku yakin para prajurit itu sudah mengawasi kami sejak kemunculan kami disini.Setelah melewati pintu gerbang, kami melewati jalan berpaving yang setelah kuamati, memiliki corak melingkar lingkar yang unik dan rumit. Kami yang buta arah hanya memiliki pilihan mengikuti jalan ini yang sepertinya merupakan jalan utama karena ukurannya yang lebar.Setelah beberapa saat berkuda akhirnya kami sampai di daerah yang berpenghuni. Setelah menyusuri jalan, akhirnya kami sampai di sebuah alun-alun dengan sebuah air mancu
Read more
Bab 23
“Kalian mau apa?”Salah seorang penjaga di pintu gerbang istana Dharana menghentikan kami. Ia seorang peri bertubuh jangkung dengan kulit sewarna coklat susu dan mata hitam.“Kami ingin bertemu Raja Vathu.” Kataku“Raja Vathu tidak menerima tamu di waktu seperti ini. Kalian kembali saja besok pagi.”“Tapi ini penting. Tidak bisakah kami bertemu dengannya hari ini?”“Semua yang ingin bertemu Raja Vathu pasti memiliki hal penting yang ingin mereka sampaikan. Tapi kalian hanya bisa bertemu dengan raja saat pagi sampai siang hari. Kembali saja besok pagi bersama dengan warga lain yang juga ingin bertemu raja.”Ia membuang muka. Kembali menatap lurus ke depan.Aku berpandangan dengan Ashlyn. Ashlyn menggamit lenganku menjauh dari penjaga itu.“Sepertinya memang tidak ada pilihan lain. Kita tunggu sampai besok saja.”“Kita cari makan malam saja
Read more
Bab 24
“Menurutmu apa kita akan berhasil kali ini?” Ashlyn bertanya di sela-sela perjalanan kami ke istana Dharana. Kami memilih berjalan kaki dan meninggalkan Misu dan Tashi di tempat Pratvi agar mereka bisa beristirahat. Jarak penginapan ke istana memang agak sedikit jauh dan menanjak tapi kami sepakat dengan cara ini kami iakan dapat  menikmati pemandangan dan situasi kota dengan lebih baik. “Tentu saja. Kan kita memiliki kotak pemberian Raja Narawana.”  Kata Firroke dengan yakin. “Yah, semoga saja.” Aku menimpalinya sambil menghindari seorang peri yang berjalan tergesa-gesa dari arah berlawanan. Kami melewati sebuah pasar kecil namun terlihat sibuk yang menjual berbagai kebutuhan sehari-hari lalu melewati pemukiman penduduk. Semakin kami menanjak mengikuti jalan yang berkelok-kelok semakin sedikit jumlah rumah dan peri yang kami temui. “Kemarin sepertinya tidak sejauh ini.” Aku mulai mengeluh. “Karena kita mengendarai Tashi dan
Read more
Bab 25
Tidak ada jawaban dari patung di depan kami.Tentu saja. Apa yang bisa diharapkan dari sebuah patung bukan?Tapi tidak mungkin seorang panglima perang seperti Lord Enki akan mempermainkan kami. Apalagi menggunakan rajanya sebagai bahan gurauan.“Apa maksud Anda, Lord Enki?” Tanya Ashlyn terdengar kebingungan.“Bukankah kalian ingin bertemu dengan Raja Vathu?”“Tapi ini kan..” Lord Enki menatap kami sungguh-sungguh.“Ini adalah Raja Vathu. Pemimpin Erde yang ingin kalian temui.”“Tapi, Raja Vathu tidak seperti ini.” Sela Firroke. “Ini, ini hanya patungnya.”Firroke berkata dengan terbata-bata. Lord Enki menggeleng mengisyaratkan ketidak setujuan.Baru saja Lord Enki hendak berbicara tiba-tiba pintu di belakang kami terbuka. Lord Enki memandang ke arah pintu dan kami bertiga serempak menoleh ke belakang. Seorang wanita dengan tubuh mun
Read more
Bab 26
Dengan tergesa-gesa kami mendekati Raja Vathu. Firroke terbang begitu dekat dengan cincin yang menjadi sumber rasa ingin tahu kami sampai-sampai hidungnya hampir menempel di permukaan batu ruby yang mengkilap itu.“Ya. Ini sama!” Seru Firroke kegirangan. “Ini sama!” Ia terbang naik turun karena gembiranya. Ashlyn mendekatkan kalung ibu dan membandingkan keduanya lalu mengangguk dengan senyum di bibirnya. Aku menegakkan badanku dengan perasaan lega.“Akhirnya kita memiliki sebuah titik terang.’’“Apakah Anda tahu dimana ayah Anda mendapatkan cincin ini, Putri?” Tanya Ashlyn. Putri Kaya menggeleng.“Tidak. Aku juga tidak pernah menanyakannya karena ayah memiliki banyak cincin seperti ini.”Ia berhenti sebentar.“Seperti yang kalian tahu, bangsa kami adalah bangsa yang mahir dalam membuat perhiasan. Perhiasan menjadi suatu hal yang umum bagi bangsa kami. Maka tidak heran ji
Read more
Bab 27
“Aku senang kalian mau menginap di sini.” Kata Putri Kaya sambil meletakkan gelasnya. “Kami sangat berterima kasih Anda berkenan mengundang kami, Tuan Putri.” Kataku sungguh-sungguh. Menginap di istana benar-benar membuat kami berhasil memangkas pengeluaran. Yah, meskipun bekal kami lebih dari cukup, tapi bukankah menginap di istana adalah sebuah pengalaman sekali seumur hidup?Putri Kaya tersenyum pada kami. “Sudah lama aku tidak mendapat tamu. Keberadaan kalian sedikit membuat aku tidak merasa kesepian.” “Apa Anda tidak punya teman, Putri?” “Firroke.” Ashlyn mendesah lelah. Putri Kaya tersenyum. “Aku punya. Tapi hanya sedikit. Dan mereka jarang berkunjung karena mereka bukan dari negeri ini.” “Apa Anda tidak punya teman dari Dharana?” “Firroke..” Putri Kaya menggeleng. “Kenapa?” “Firroke.” Ashlyn menarik Firroke dan mendudukkannya di hadapannya. “Maafkan dia, Tuan Putri.” Put
Read more
Bab 28
Aku mengangguk pada dua prajurit penjaga di depan pintu ruangan Raja Vathu. Mereka balas mengangguk lalu membukakan aku pintu. Suara langkah kakiku menggema di tengah ruangan yang luas dan hampir kosong seiring semakin pendeknya jarak antara aku dengan raja yang membatu itu. Kutatap Raja Vathu dengan seksama. Saat pertama kali aku melihatnya kemarin aku tidak memiliki kesempatan untuk memperhatikannya. Raja Vathu duduk dengan kepala menunduk. Badannya besar, bahkan saat aku berdiri, tinggiku hanya mencapai bahunya. Kedua tangannya berada di atas pegangan singgasananya sementara wajahnya menatap ke bawah dengan raut sedih. Rambut sebahunya tampak seperti dipahat helai demi helai dengan sebuah mahkota sederhana melingkar di kepalanya. Seluruh tubuh Raja Vathu tampak berkilau. Aku merunduk lalu menyentuh tangannya dan terkesiap saat menyadari apa yang ada di hadapanku. Berlian. Seluruh tubuh Raja Vathu merupakan berlian. I
Read more
Bab 29
“Apa yang ingin kau sampaikan, Lord Enki?” Tanya Putri Kaya begitu ia duduk di salah satu kursi di ruangan Lord Enki. Lord Enki mengangguk dan segera berbicara. “Hamba telah menemukan informasi mengenai kalung milik orang tua Axel, Putri.” “Benarkah?” Kami semua berseru bersamaan seperti paduan suara. Sekali lagi Lord Enki mengangguk. “Ya. Kami sudah menemukan pembuatnya.” “Benarkah?” Mata Putri Kaya melebar penuh rasa ingin tahu. “Siapa?” “Pembuatnya adalah Klan Romraa.” “Klan Romraa? Itu salah satu klan yang tertua, bukan? Setahuku mereka hanya membuat senjata saja. Aku tidak pernah mendengar mereka membuat perhiasan.” “Apa yang Anda katakan memang benar. Tapi menurut informasi yang hamba dapat, Klan Romraa adakalanya memang membuat hal-hal khusus atas permintaan Raja Vathu.” “Lalu, peri manakah dari klan Romraa yang membuatnya?” “Hamba akan menemui putra tertua klan Romraa untuk mengetahui informasi l
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status