All Chapters of CINTA SUAMIKU UNTUK WANITA LAIN: Chapter 31 - Chapter 40
72 Chapters
Siapa?
[Hal, kamu lagi di mana?] [Di luar Dit, kenapa?][Bu Wida ingin bertemu, berkas percerainnmu sudah selesai.][Oh ya. Tapi, aku tidak bisa keluar lama-lama, Bian sendirian di apartemen. Apakah bisa bertemu di apartemen saja?][Ok. Aku hubungi bu Wida nya ya. Kamu hati-hati.][Iya.]Aku menghela napas sebelum menyimpan ponsel itu kembali. Keputusan ini sudah bulat kupertimbangkan, pernikahan kami tidak bisa dilanjutkan. Apalagi kalau Mas Rian dan Riana sudah berbicara pernikahan, aku tidak bisa jadi istri tua yang bahkan tidak dicintai.Tak kusangka pernikahanku akan berakhir oleh kertas yang akan kuanjukan nanti.Aku menginjak gas dan mulai mengemudi, bayangan kebahagiaanku bersama Mas Rian berkali-kali terbesit, canda tawa kebahagiaan yang kukira begitu sempurna saat kelahiran Bian ternyata tidak dirasakan oleh Mas Rian."Hei! kalau mengemudi lihat-lihat!" sentak seseorang. "Astagfirullah." Aku segera menginjak rem dan celingukan. Seseorang baru saja terjatuh di trotoar. Segera kuha
Read more
Orang Gila
Kuletakan begitu saja bunga itu, aku jadi enggan memegangnya. Sedikit takut dengan hal yang tak biasa ini."Mah ....""Iya sayang," Bian sudah duduk di kursi roda dan bergerak mendekat."Ada yang kirim bunga lagi, Mah?""Iya nih sayang, dari siapa ya?" tanyaku menggaruk ujung alis."Apa mungkin Mamah punya penggemar?" tanyanya menyelidik."Penggemar?" Aku berpikir sejenak, "ha ... ha ... ha ... mana ada sayang. Mamah udah tua, udah mau punya anak dua," jawabku sekenanya."Kata siapa? Mamah itu masih muda dan cantik. Om Radit aja sering terpesona," goda Bian sembari mengikutiku dari belakang."Hus! anak kecil udah tahu yang begituan," tegurku mencubit pipinya."Aw! sakit Mah," pekiknya, "Bian suda besar, bukan bayi lagi," protesnya."Di mata Mamah kamu masih bayi mungil yang lucuuuuu, gemes bangeeet," imbuhku memasang ekspresi gereget sembari memperagakan kedua tangan untuk mencubit."Hallo semua ...," sapa Radit sudah di depan pintu, ia baru saja membuka sepatunya. Sudah terlihat rapi
Read more
"Kamu Terlalu Meremehkanku, Riana!"
Mataku tertuju pada sebuah surat yang kutemukan tidak sengaja dari pemulung itu. Kuperhatikan dengan seksama, nama di surat itu jelas tercantum nama Riana dan Bastian.Apa sebenarnya tujuan mereka, aku tidak percaya Riana bisa melakukan ini. Dan bagaimana mereka bisa saling mengenal?Bastian terlihat sangat tidak bersahabat dengan Mas Rian. Percakapan mereka menunjukkan ada persaingan di antara keduanya, lalu apa tujuan dia terus mengirimiku bunga?"Mah." Kulihat Bian menengok di depan pintu."Apa sayang?""Ada bi Asih, Mah," jawabnya terlihat senang.Bi Asih_bibi yang ikut merawat Bian dari kecil datang kesini?"Bian nggak salah lihat?" tanyaku sedikit tak percaya, lalu berjalan menghampiri."Enggaklah, Mah. Tuh Bi Asihnya." Tunjuk Bian pada wanita setengah baya yang masih berdiri di ruang tamu."Bi Asih ...," teriakku setengah berlari. Rasanya senang bisa dikunjungi Bi Asih."Neng Halwa," teriak Bi Asih tak kalah histeris, menurunkan tas besarnya dan berlari memelukku."Neng Halwa,
Read more
Laki-laki yang Mencintaiku
"Apa yang kamu tahu tentang kami?" tanya Riana menekan, wajahnya semakin terlihat ketakutan."Kenapa Riana, apakah kamu menyembunyikan sesuatu dari Mas Rian?" tanyaku masih bersikap tenang.Dia menatapku lekat. Lalu, menggeleng."Aku tahu, kamu hanya menggertak," ucapnya kemudian berdiri."Bagaimana jika Mas Rian tahu, kalau kamu mendekatinya karena ada alasan lain?" ucapku menghentikan langkah pertamanya.Dia langsung berbalik, melihatku masih dengan sikap santai memandang keluar."Jangan coba-coba mengancamku Halwa, kamu tidak bisa mendapatkan Mas Rian kembali. Malulah sebagai istri, kamu bahkan tidak bisa meluluhkan hatinya meski kalian sudah lama bersama," ujarnya terdengar tegas. Semakin hari semakin terlihat sifat aslinya. Sekali manusia berbuat curang maka ia akan semakin pandai dengan kecurangan-kecurangan lainya."Kamu salah besar Riana. Aku melakukan ini bukan untuk mendapatkan cinta Mas Rian. Tidak ada penyesalan dalam pernikahan kami meski tanpa cinta, pengabdianku padanya
Read more
Rencana Pembunuhan
Pagi ini adalah sidang pertama perceraianku dengan Mas Rian. Sebelum berangkat aku masuk ke dalam kamar Bian. Anak usia 7 tahun itu masih berbaring di tempat tidurnya."Hei sayang," sapaku membuyarkan lamunanannya."Mamah," jawabnya tersenyum."Apakah kamu baik-baik saja jagoan?" Kutatap matanya untuk menyelami."Ya, Bian sangat baik," jawabnya tersenyum tipis."Apakah Bian masih memikirkan ucapan Papah kemarin?" tanyaku menebak. Matanya tidak bisa berbohong ia sedang memikirkan sesuatu."Mah, Papah kayanya sakit deh," jawab Bian serius, membalas tatapan mataku."Enggak kok, Papah sangat sehat," tuturku agar membuatnya tenang."Tidak, bukan itu Mah. Tapi, sakit yang lain ...," ujar Bian lagi."Sakit yang lain?" Aku menyipit dan pura-pura tak paham, ingin mendengar penjelasannya."Kemarin, Papah menatap Bian, mengelus tangan Bian seperti ini," ucapnya sembari memperagakan, "lalu dia berkata sembari menyentuh pipi Bian, ''Seburuk-buruknya Papah Nak, kenyataan bahwa Papah adalah orang tu
Read more
Hukuman untuk Riana
"Ibu, Zain suka hadiah ini, nanti Zain mau minta ayah beliin lagi warna yang lain," celoteh Zain tak henti. Sedangkan Riana sibuk dengan ponselnya.Pintu depan rumah mereka sedikit terbuka, aku masih berdiri memperhatikan."Ibu, Zain bahagia banget kita bisa sama-sama. Zain mau kita bisa terus bersama ya Bu," coletehnya lagi masih memainkan mainan robot yang dibelikan Mas Rian. "Zain tidak punya siapa-siapa lagi selain ibu dan ayah, Nenek tidak suka sama Zain, jadi Mamah sama ayah jangan pisah lagi," ucapnya sedikit merengut.Riana meletakkan ponselnya di atas meja, menghampiri Zain yang sedang bermain."Iya sayang kita akan terus sama-sama. Ibu tidak akan meninggalkan Zain sendirian," jawab Riana."Horeeee Zain suka punya Ibu dan Ayah Rian," Zain berteriak gembira, berdiri dan memainkan pesawat terbangnya."Meluncuuuuuur ...," celotehnya sembari berputar. Lalu, tubuhnya mematung menatapku. Riana yang tertawa melihat keceriaan Zain tiba-tiba merasa heran dengan perubahan raut wajah a
Read more
Rekaman Terakhir Rian
"Hei," panggil Radit. Aku menoleh lesu."Ada apa?" tanyanya lagi, matanya bolak balik memandangku dan jalanan di depan."Entahlah Dit, hatiku kosong dan terasa sakit. Apa yang aku lakukan ini salah?" Aku menghela napas dan membuang pandangan."Kenapa aku tidak merasa bahagia saat Riana mendapat balasan. Dia telah menghancurkan keluargaku, harusnya aku bahagia sekarang saat dia mendapat balasannya. Tapi ...." Aku menggigiti kuku, hatiku bimbang dan sedih."Hentikan Halwa! kamu akan melukai tanganmu," cegah Radit. Lalu, ia menepikan mobilnya."Aku merasa sangat iba pada Zain. Bagaimana pun dalam darahnya mengalir darah yang sama dengan Bian. Meskipun di lahirkan dengan status berbeda mereka adalah saudara," ucapku lagi penuh emosi. Rasa sedih, bimbang, dan marah yang menjadi satu."Rasa itu muncul karena hatimu baik Halwa. Seorang wanita yang telah dikhianati suaminya, apalagi sampai menyakiti anaknya ia akan menjadi lupa diri, sama seperti yang dilakukan Riana. Ia adalah orang baik awa
Read more
Obat Peluruh Kandungan
"Makan dulu." Radit menyodorkan sepiring makanan yang baru saja ia angkat dari wajan."Aku sudah tak selera," gumamku enggan, hanya menatapnya begitu saja.Radit menarik kursi, duduk di sebelah dan menungguku untuk mulai makan, tapi sungguh aku sudah tidak berselera."Heum ...." Terdengar suaranya menghembus berat, mengambil tanganku dan memberikannya sendok."Aku nggak mau makan Radit," ucapku lagi mengkerucutkan bibir."Aku tidak memintamu makan, tapi bayi di dalam perut itu kelaparan. Makan makanan ini atau aku pindahkan bayi itu ke dalam perutku," kelakarnya. Aku menatap wajahnya, ekspresi serius dengan kata-katanya yang seperti itu membuatku geli."Emang di dalam perutmu ada rahim?" tanyaku datar."Aku akan menelan balon sebagai gantinya," jawabnya lagi dingin.Aku kembali menatap wajahnya, dia pun terlihat sudah tak mampu menahan tawa."Haruskah kupinjamkan bersama rahimnya?" timpalku lagi."Haruskah tanganku pun melambai seperti ini?" ucapnya sembari memperagakan."Hiiiii! amit
Read more
Penangkapan Bastian
Apa kamu sudah meminumnya?" tanyanya pelan."Aku hanya tidak ingin calon kekasihku menjadi gendut. Tenanglah, aku hanya berniat membersihkan perutmu," ucap Bastian santai."Hal-wa?" Suara Radit terdengar gamang.Aku menatap Radit, wajahnya yang putih berubah merah padam. Lalu, berbalik menatap Bastian, lelaki itu hanya tersenyum cilik.Saat kulihat tangan Radit siap melayang untuk memukulnya, aku beranjak dari duduk dan menahannya.Kucondongkan tubuh tepat di hadapan lelaki itu, ia masih terlihat santai bersandar di kursi.Bruuuuusss! kopi yang baru saja kusesap, keluar seperti air shower tepat di wajah angkuhnya."Sebelum kamu membersihkan perutku, bersihkan dulu wajahmu itu!" pekikku lantang.Wajahnya terbengong sesaat, lalu ia meneggakan tubuh, mengusap kasar wajahnya."Beraninya kamu?" sentaknya tak terima, lalu ia tertawa licik, "aku suka wanita yang berani seperti ini," ucapnya kemudian, hendak menyentuh wajahku."Jangan sentuh dia!" ancam Radit, menarik tubuhku dan menghadapi l
Read more
Tabungan untuk Riana
"Hal ... Halwa ... bangun.""Halwaaa ...."Aku mengerjap, "Astagfirullah, Dit ...."Aku terdiam sejenak, mengumpulkan nyawa yang masih tertinggal di alam mimpi."Kenapa semua gelap?" gumamku ketakutan. Berkali-kali mengucek mata, tapi tidak bisa kulihat sedikit pun cahaya."Radit ... Bian, kalian dimana?"Aku meraba sekitarku, ini adalah kursi tempatku tadi tidur, tapi kenapa sekarang semua jadi gelap."Bian ...." Aku berjalan merayap, hati terasa gundah, bagaimana mungkin saat ini aku tidak bisa melihat apapun?"Diamlah Halwa, kamu bisa jatuh." Suara Radit terdengar menggema di kegelapan."Kamu di mana Dit?""Aku di sini," jawab Radit sembari membawa lilin dari arah pintu."Alhamdulillah," ucapku lega. Aku kira mataku yang bermasalah."Ada pemadaman listrik untuk sementara, aku sengaja datang membawa lilin, pintu masih belum terkunci dan di rumahmu gelap gulita. Aku balik lagi karena koreknya ketinggalan," paparnya sembari mencari tempat untuk menyimpan beberapa lilin."Ini jam berap
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status