All Chapters of Istri Nakal Mas Petani: Chapter 11 - Chapter 20
281 Chapters
11. Alasan
Malam sebelumnya Wira tak bisa tidur. Sejak awal bertemu dengan dua orang wanita di gapura pintu masuk desa, perasaannya sudah campur aduk. Rasanya ia hanya menggunakan sekelebat keberanian mengutarakan rencananya, dan dalam sekejab saja seorang wanita sedang tidur di ranjangnya. Wira menyugar rambut dan menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan. Bayangan wajah Ira melintas di benaknya. Sedikit menyesal bahwa rencana yang diutarakannya sebelum tiba di rumah terlalu impulsif. Terlalu buru-buru. Terlalu asal-asalan.Sully yang berbaring menghadap dinding dan memunggungi Wira sudah terlelap dari tadi. Begitu nyenyak dengan suara napas teratur yang akrab dengan istilah tidur kelelahan. Sesekali tangan Sully mengusap-usap betisnya. Lalu, tiba-tiba satu tangan Sully terangkat menutup kepala.Wira terkesiap menatap punggung Sully. Apa semua wanita tidur segaduh itu? Dia beringsut menjauh hingga mencapai tepi ranjangnya. Sedikit khawatir kalau Sully tiba-tiba berbalik dan menyentuhnya. Wi
Read more
12. Pasrah
Sebelum bertemu pemilik satu-satunya salon pengantin dan petugas desa pagi itu, langkah kaki Wira menuju rumah Ketua Tani pagi itu diwarnai dengan kegalauan.Wira baru saja tertidur selama dua jam ketika tersentak saat langit masih gelap. Merasa tak mungkin kembali tidur, ia buru-buru mandi dan pergi ke rumah Ketua Tani. Percakapan dengan bapaknya dini hari tadi masih memenuhi kepalanya.Tanah kakak perempuan Wira, hasil pemberian dari Pak Gagah telah digadaikan oleh suaminya untuk meminjam uang dalam jumlah besar ke tengkulak. Itu sebabnya Pak Gagah bersikukuh menjodoh-jodohkan Wira dengan Ratna. Tak sadar, Wira berdecak kesal. Dalam cerita novel, yang harusnya dijodohkan untuk menebus hutang orang tua itu adalah anak perempuan. Bukan malah anak laki-lakinya.Predikat pria paling ganteng, paling terpelajar, paling kalem, paling rajin, paling pintar, paling populer, dan paling diminati hampir semua perawan di Desa Girilayang hanya dihargai bapaknya dengan satu hektar kebun aren milik
Read more
13. Mengganggu
Wira juga sepertinya baru tersadar dengan yang barusan dikatakan Budhe Lina si Bidan Pengantin. Matanya terbelalak sedetik, lalu menoleh gelisah ke arah Sully. “Kalau gitu saya geser ke sini aja,” kata Wira, bergeser beberapa langkah ke sebelah kanan ranjang. Ia menghadap dinding untuk membelakangi Sully. Banyak hal melintas di pikiran Wira. Soal kakak perempuannya, soal istri bohongan, soal Ira di pulau Sumatera, juga soal keluarga Ratna yang pernah didatangi bapaknya. Ternyata semakin dipikirkan, masalahnya semakin serius. Di sisi lain, Wira juga memikirkan soal Sully. Apa akibatnya buat wanita itu? Bagaimana dengan keluarganya? Apa Sully tidak punya keluarga yang mencarinya? Apa hubungan Sully dengan aktor pendatang baru yang didengarnya tadi tidak serius? Sebesar apa masalah Sully sampai wanita itu begitu pasrah menerima nasib? Atau … kenapa Sully begitu membutuhkan tempat tinggal di desa itu? Atau jangan-jangan Sully benar-benar buronan? Wira merasa lehernya tiba-tiba kaku. Se
Read more
14. Kesal
“Lihat itu istrimu. Baru jam segini bangun tidur. Pakaiannya juga apa enggak ada yang lebih sopan? Perempuan mana di desa ini yang pakai celana pendek?” Perkataan Pak Gagah itu nyaris membuat Sully membanting pintu kamar yang ditempati Oky. Ditambah melihat Oky yang kembali tertidur di selembar kasur dengan nyenyaknya. Suara dengkuran Oky membuat Sully semakin kesal. “Bangun,” Sully berjongkok menepuk bokong Oky. Wanita 25 tahun itu meregangkan tubuh dan berbalik menatapnya. “Enak ya kamu,” ucap Sully. “Kenapa lagi? Bukannya kamu yang bersedia nikah sama Mas itu?” Oky memeluk sebuah guling tipis dengan sarung batik. “Aku enggak ikut-ikutan,” tambah Oky. “Harusnya kamu malu tiduran sambil meluk guling ini kalau enggak mau ikut-ikutan.” Sully menarik guling yang didekap Oky. “Kamar ini bisa kamu tempati karena pengorbananku.” “Ya makasih, tapi aku tetap enggak ikut-ikutan. Aku enggak berani bayangin apa reaksi ayah kamu. Anak bungsunya yang kabur dari rumah tiba-tiba pulang dengan
Read more
15. Titipan
Sully menatap seember penuh air yang sangat jernih. Permukaan ember terlihat jelas saking jernihnya. Saat itu ia bisa merasakan dingin air di desa kaki gunung bakal sedingin apa. Sully berjongkok menarik sebuah bangku kecil kayu yang tersandar ke dinding kamar mandi. Sedikit menerawang ia mencelupkan satu jarinya. Seperti disetrum, ia seketika mengangkat jarinya lagi.“Kenapa enggak ada suara mandinya, Mbak?” seru Wira dari luar.“Perempuan mandi itu enggak langsung jebar-jebur aja. Pasti ada step-stepnya. Kalau mau lanjut nelfon, ya nelfon aja,” sahut Sully dari dalam.“Ya enggak mungkin. Nanti malah ada suara-suara aneh,” jawab Wira pelan. Ia melirik layar ponselnya yang baru saja menerima notifikasi pesan. Nama Ira muncul di atas layar mengatakan, “Yang tadi siapa, Mas? Bukannya Mbak Ajeng enggak tinggal di situ? Masih pagi sekali. Lagipula Mbak Ajeng sepertinya enggak mungkin ngomong dengan Mas Wira begitu.”Wira berdecak pelan. Kepalanya menoleh ke dinding kamar mandi dengan raut
Read more
16. Daun Sirih
Wira menggerakkan sedikit kepalanya untuk meminta Sully masuk ke kamar. Pertanyaan Pak Gagah barusan sedikit membuatnya tak nyaman. Apalagi Sully yang mendengarnya. Hal yang sangat aneh dibicarakan di pagi hari di depan wanita yang baru dikenalnya semalam.“Baru, Pak. Baru dua bulan menikah. Untuk itu, Bagus dan Sulis enggak mau buru-buru. Masih mau menikmati banyak waktu berdua,” jelas Wira dengan luwesnya.Wajah Sully yang baru masuk ke kamar seketika mendengkus mendengar jawaban Wira. “Enggak pernah bohong...baru pertama kali. Tapi tiap ngarang cerita ke bapaknya lancar tanpa hambatan.”“Bagaimana pun itu bapaknya, Sul.” Oky mengintip ke luar dari celah pintu yang belum tertutup rapat. “Lama-lama...Mas Wira ini cakep juga, ya. Kemarin malam mukanya enggak begitu jelas. Baru pagi ini aku lihat jelas. Badannya bagus, Sul. Bahunya...punggungnya. Kulitnya eksotis. Duh,” kata Oky bergidik. Cepat-cepat menutup pintu kamar.Sully menyipitkan mata memandang Oky yang bersandar di dinding sa
Read more
17. Demam
Sully terperangah mendengar perkataan Wira. Laki-laki itu baru saja mengatakan hal yang tak pernah dikatakan laki-laki mana pun padanya. “Sabun itunya...buat itu .... Ngomong apa, sih? Sembarangan aja nuduh-nuduh perempuan keputihan. Geli banget ngomonginnya.” Sully berjongkok dan membuka plastik belanjaan yang dibawa Wira. Setelah mengambil keperluannya, ia membuka pintu kamar yang ditempati Oky dan meletakkan keperluannya di dalam. “Apa ini?” tanya Wira menunjuk sepiring pisang goreng berbagai bentuk. Ada yang dibelah dua, ada yang dipotong dua, ada yang dibelah banyak dan mekar berbentuk bunga. Sully sudah sampai di pintu belakang dan menoleh pada Wira. “Tadinya pisang,” sahut Sully, melanjutkan langkahnya keluar rumah. “Tadinya pisang ... sekarang apa?” Wira mengangkat piring di meja dan mengamati dari dekat pisang goreng buatan Sully. “Padahal aku cuma menyampaikan apa kata pemilik warung. Tapi bisa semarah itu. Salahku di mana?” gumam Wira, memandang pintu belakang yang baru d
Read more
18. Kamar Pengantin
Sebelum Wira masuk ke kamar membangunkan Sully, ia baru saja mendirikan tenda di depan rumah dengan bantuan warga dan di bawah pengawasan bapaknya. “Enggak ada hiburan musiknya kan, Pak?” seorang tetangga yang baru memindahkan meja bertanya pada Pak Gagah. “Enggak usah hiburan-hiburan musik. Berisik. Yang penting sudah melaksanakan kewajiban. Jadi enggak ada tetangga yang keberatan dan terus nanya siapa perempuan yang dibawa Wira.” Pak Gagah berkata sedikit keras dengan maksud menyindir tetangga yang mendekat menonton pemasangan tenda. “Itu yang beli kasur Bapak?” Wira yang duduk beristirahat di tangga teras rumah seketika berdiri melihat mobil pickup mendekat ke pagar rumah. Sebuah kasur baru yang pasti tak murah untuk kantong bapaknya terikat di bak mobil. “Iya. Kasur baru buat kamu tidur di kamar depan. Kasur Bapak sudah diangkut sama Legi. Dia minta buat kamar anaknya. Nanti yang baru ini buat kamar kamu. Bapak pindah ke belakang.” Meski nada bicaranya meninggi dan tegas, Pak
Read more
19. Baju Tidur
Sully langsung meringkuk setibanya di ranjang baru. “Selimutnya … selimutnya kurang. Masih dingin ….” “Sebentar,” Wira membuka lemari dan melongok tiap rak. Hanya ada setumpuk kain panjang milik ibunya yang tersimpan rapi dan selama ini amat disayang-sayang bapaknya. Melihat isi lemari yang nyaris kosong, Wira teringat bahwa ia belum sempat memindahkan pakaiannya ke kamar depan. “Enggak ada selimut di sini. Sebentar saya cari di kamar lain,” kata Wira, keluar kamar. “Pagi tadi padahal masih bisa ngomong sejudes itu. Sekarang malah demam.” Wira berhenti bergumam saat mengingat kemungkinan penyebab Sully yang meriang. “Mandi pagi pakai air dingin?” Alisnya terangkat. “Pak, aku masuk, ya.” Wira tak menunggu jawaban dari bapaknya dan langsung mendorong pintu kamar. “Maaf ganggu istirahatnya sebentar. Aku mau nyari selimut dan obat. Sulis badannya panas, tapi menggigil.” “Benar-benar sakit?” tanya Pak Gagah dari ranjang. Pria tua itu kembali duduk. Wira berbalik memandang bapaknya. Me
Read more
20. Pijat
Sully sebenarnya hanya ingin tidur tanpa diganggu sebentar saja. Penyakit yang sering singgah di tubuhnya memang hanya meriang karena masuk angin. Ia pernah muntah-muntah di pagi hari karena keramas tengah malam dan langsung tidur di kamar ber-AC. Ia juga pernah dilarikan ke UGD karena mual dan rasa sakit menusuk di dadanya. Setelah ditanyai dokter di rumah sakit, Sully baru teringat bahwa ia memakan nasi goreng di malam sebelumnya. Dan hari itu badannya panas hanya karena keramas dengan mandi air sedingin es.Sejak tadi Wira mengaduk-aduk kopernya. Sekilas tadi ia mendengar pria itu memintanya berganti pakaian rumah dan bertanya soal daster. Matanya belum sanggup membuka. Saat Sully mengerjap dan membuka matanya yang berat, tangan Wira berada di depan wajahnya mengibaskan lingerie yang ia sembunyikan di bagian bawah koper. Kekesalannya memuncak.Sully duduk dengan susah payah, “Apa, sih, Mas? Kenapa ini yang diambil? Tadi nanya daster, sekarang bongkar koper aku ngeluarin barang-bara
Read more
PREV
123456
...
29
DMCA.com Protection Status