All Chapters of Cinta Untuk Sofia (Ketika Takdir yang Memilih): Chapter 21 - Chapter 30
120 Chapters
21. Lahirnya si Bayi Mungil
"Keadaannya baik meskipun sedikit melemah, Ustazah. Wajar karena ini persalinan pertama. Alhamdulillah sudah pembukaan empat. Lebih cepat dari yang diperkirakan. Mungkin karena menjelang persalinan ibunya aktif bergerak.""Alhamdulillah," ucap mereka. "Kami bisa masuk kan, Bu?" tanya Bunda Halimah. "Sangat boleh, Ustazah, mengingat pasien butuh dorongan."Mereka akhirnya masuk ke ruangan pasien. Beruntung saat ini hanya ada dua pasien yang tengah menunggu proses persalinan. Rayhan segera mengampiri istrinya. Di elusnya punggung tangan Sofia dengan sayang. "Bunda ....." lirih Sofia. Air matanya meluruh. "Iya, Sayang. Kamu harus kuat ya, demi bayi kalian," ucap Bunda Halimah menenangkan.Sofia mengangguk. Wajahnya meringis berusaha menahan sakit. Bunda Halimah duduk di sisi kirinya seraya membelai lembut kepala Sofia yang berbalut khimar. Umi Aisyah berada di samping Rayyan. Gantian beli
Read more
22. Abai
Semenjak kehadiran Si bayi mungil, kebahagiaan dua keluarga begitu terasa. Bayi menggemaskan yang berjenis kelamin laki-laki itu membawa suka cita yang begitu berarti. Muhammad Al Fatih nama yang disematkan dengan harapan kelak dia akan seperti Sultan Muhammad Al Fatih yang begitu gagah berani dalam sejarah Islam. Sang Penakluk Konstatinopel yang saat itu masih berusia sangatlah muda. Namun, berkat keberanian serta kegigihannya lah akhirnya Konstatinopel jatuh di tangannya. Seperti itu lah harapan yang tersemat di dalam diri Rayhan sebagai seorang ayah. Nasehat dari Kiyai Jalaluddin selaku kakeknya agar memberikan nama yang begitu bermakna dan menjadi do'a untuk cucunya kelak. "Nama yang sangat bagus dan Abi setuju," ucap Ustaz Luthfi. "Kakek harap kalian sebagai orang tua mendidik anak kalian dengan baik agar nama yang disematkan bukan hanya sebuah nama semata. Akan tetapi, berguna untuk agama kita." Begitu nasehat dari Kiyai Jala
Read more
23. Rayyan Terluka
"Rayyan." Seseorang menepuk pundak Rayyan saat dia berusaha berdamai dengan hati. Perlahan dia menoleh, di dapatinya wajah yang penuh berwibawa. Ustaz Azzam. "Ustaz," ucapnya seraya meraih punggung tangan gurunya. "Bagaimana kabarmu?""Alhamdulillah, Ustaz."Ustaz Khairul Azzam kemudian mengembuskan napas pelan. Tangannya terulur menepuk-nepuk pundak anak murid kesayangannya. "Ikut saya sebentar!" titahnya. Ustaz Azzam kemudian berlalu melewatinya. Rayyan terdiam sejenak menatap punggung Sang guru. Hingga beberapa detik berlalu, barulah dia mengikut di belakang. Pikirannya sibuk menerka, ada hal penting apa yang akan disampaikan oleh gurunya. Setelah sekian lama, barulah mereka bisa bertemu dan berbincamg secara pribadi. Langkah Ustaz Azzam terhenti tepat di bawah pohon baca. Pihak Pesantren sengaja mendesain sebuah pohon beringin, di bawahnya terdapat r
Read more
24. Ketahuan
"Dek, kamu tidur gih, biar mas yang jaga Fatih," ucap Rayhan. Jarum jam menunjukkan pukul dua dini hari. Biasanya Rayhan akan bangun untuk sekedar muroja'ah atau melakukan hal lainnya. Namun, beberapa hari ini suasananya berbeda. Tangisan bayi yang mencari ASI menjadi alarm keduanya. Sofia sebagai pemula menjadi seorang ibu tentu sedikit kewalahan. Terlebih jika Fatih susah untuk didiamkan. Hal itu tentu saja menarik perhatian Rayhan sebagai sosok ayahnya. Sebagai suami yang menyayangi keluarga, tentu dia tidak ingin istrinya melakukannya sendiri. Mereka selalu bekerjasama demi anak yang disayangi. "Maaf ya, Mas, aku sudah beberapa hari ini kurang tidur. Entah kenapa Fatih susah untuk didiamkan."Rayhan tersenyum seraya mengelus rambut istrinya."Tidurlah, sekarang giliran mas."Sofia menarik selimut hingga ke bagian perut lalu memejamkan mata yang sejak tadi memberat. Rayhan beranjak dari pembarin
Read more
25. Kenyataan Pahit
"Mas ...."Rayhan bergeming. Otak dan hati belum bisa bekerja dengan baik. Kenyataan yang baru dia ketahui seolah mengempaskannya ke dalam jurang yang begitu dalam. "Mas," panggil Sofia lagi. "Iya, Dek?" jawabnya sembari tersenyum. Ya. Senyum yang hambar. "Fatih hebat loh, saat diimunisasi, anteng aja di pangkuan," ucap Sofia berusaha mengalihkan pembicaraan. Dia yakin betul Rayhan mendengar pertengkaran mereka."Oh, ya? Wah hebat dong anak abah."Rayhan terus menciumi pipi Fatih yang begitu menggemaskan. Jauh di dalam hatinya, dia berusaha menyembunyikan luka yang menganga. Sofia kembali terdiam. Dia hanya berdiri mematung di pinggiran ranjang. Suasana mendadak berubah. Hening. "Mas.""Ya," jawabnya tanpa menoleh. "Keadaannya gimana?""Alhamdulillah sudah mendingan."Hening kembali tercipta. Sungguh Sofia merasa tak tahu harus berbuat apa
Read more
26. Rahasia yang Terungkap
Suasana acara aqiqah Fatih begitu meriah, terlebih acara tersebut di selenggarakan di pesantren Ustaz Azzam. Keluarga keduanya tampak begitu bahagia. Mereka bersuka cita melantunkan shalawat. Berbeda dengan Rayhan. Semenjak mengetahui rahasia itu, raut wajahnya tak seceria dulu. Di depan khalayak, dia mampu memancarkan sinar kebahaguaan. Namun, saat sendiri, sinar itu perlahan meredup menjadi mendung. "Ada apa, Nak? Sepertinya ada sesuatu?" tanya Bunda Halimah begitu menyadari perubahan sikap menantunya. "Rayhan baik-baik saja, Bunda," ucapnya seraya berusaha untuk tetap tersenyum. "Ya sudah, bunda tinggal dulu sebentar ya? Jangan lupa makan!"Rayhan mengangguk pelan. Matanya terus mengawasi sekitar. Tampak di atas panggung duduklah bidadari dunianya yang sedang menggendong putra kesayangannya. Di samping kiri kanan ada Mbak Sarah dan Syafira-sahabat Sofia. Pandangannya tak
Read more
27. Interogasi
"Mas Azzam, maaf saya datang tiba-tiba tanpa kabar lebih dulu," ujar Ustaz Luthfi memulai pembicaraan. Ustaz Azzam tersenyum menimpali ucapan sahabat sekaligus besannya. Namun, di dalam lubuk hatinya, dia begitu gelisah. Apa yang membuat besannya jauh-jauh ke Depok di pagi hari tanpa kabar lebih dulu?"Kamu ini kayak mau ketemu orang penting saja. Kita kan sahabat juga besan, kenapa harus sekaku itu?" timpal Ustaz Azzam. "Ini adalah hal penting."Senyum ramah yang sejak tadi diperlihatkan pudar seketika. Terlebih jika melihat raut wajah sahabatnya saat ini. "Apa ini mengenai anak kita?" tanya Ustaz Azzam hati-hati. Ustaz Luthfi mengangguk. Ustaz Azzam menyenderkan tubuhnya di sofa. Rasa sesak seolah menghimpit dadanya. Firasat mengatakan bahwa kisah masa lalu mereka terkuak. "Maaf sebelumnya, Mas. Masalah ini terjadi pada putra-putri kita. Sofia ternyata sudah lama menjalin hubungan dengan Rayyan sebelum
Read more
28. Itu sakit, Sofia!
"Rayyan, ini adalah persidangan kalian berdua. Jawab setiap pertanyaan dengan jujur meskipun itu menyakitkan untuk Rayhan!" Tegas Kiayi Jalal. "Maaf, Kek. Rayyan memang bersalah.""Sofia, Rayyan, kalian tahu hukum Islam tak memperbolehkan yang bukan muhrim untuk berkhalwat, kan?" Keduanya mengangguk. "Tapi, kenapa kalian melanggarnya?"Pertanyaan Kiyai Jalal membuat keduanya bungkam. Membela pun percuma, mereka lah yang salah. "Sofia, cucuku. Kakek tahu, semua orang berhak untuk jatuh cinta. Tapi, saat kita sudah memiliki pasangan halal, tak baik, Nak, jika kita masih berhubungan dengan lelaki lain. Terlebih kalian sama-sama memiliki rasa," tegus Kiyai Abdullah yang sejak tadi hanya menyimak. "Tapi, apakah salah memperjuangkan cinta?" tanya Sofia lembut yang justru seperti belati yang menusuk kulit begitu dalam bagi Rayhan. "Kakek tahu, tapi tetap saja ini salah, Nak.""Sofia, kamu mungkin tidak lu
Read more
29. Keputusan
"Tolong, beri aku hukuman sesuai dengan hukum syari'at di Pondok Pesantren," ucap Rayyan. Kiyai Abdullah dan Kiyai Jalal saling berbisik memutuskan hukuman apa yang pantas untuk Rayyan. Semua tampak deg-deg an menunggu keputusan yang akan dibacakan. Tak terkecuali Rayhan. Kiyai Jalal menarik napas pelan. "Sesuai keputusan dari kami berdua maka kami memutuskan untuk mengirim Muhammad Rayyan ke Pondok Pesantren Daarul Mustofa di pelosok Jawa Timur untuk mengabdikan diri selama empat tahun. Tujuan kami mengirim ke sana adalah agar Rayyan bisa memperdalam ilmunya juga menghindari hal-hal yang tidak diinginkan."Semua yang hadir tampak setuju dengan keputusan yang telah dibacakan. Rayyan hanya mampu tertunduk. Dia bersyukur bukan hukuman fisik yang didapatkan. "Kamu ikhlas kan, Nak?" tanya Umi Aisyah. "Wallahi Umi, Rayyan sangat ikhlas. Ini demi masa depan Rayyan dan juga keutuhan rumah tangga Rayhan."
Read more
30. Sofia Terluka
Semenjak kepergian Rayyan, Sofia terus saja masih melamun. Dia tak bisa menampik bahwa jauh di dalam lubuk hatinya rasa itu masih ada untuk Rayyan. Sofia sendiri bingung akan perasaannya. Dia.telah memiliki suami, tapi masih berharap pada sosok masa lalunya.Perlahan air matanya meluruh. Masih ada sesuatu yang amat menyesakkan dan perih di hatinya. Sofia belum bisa sepenuhnya untuk melupakan Rayyan begitu saja. Terlebih mereka telah lama bersama. "Dek."Sofia menyeka air matanya dengan terburu-buru. Dia.tidak ingin suaminya tahu akan isi hatinya. "Iya, Mas?"Sofia menghampiri suaminya yang masih berdiri di pintu kamar. "Kamu melamun?" Sofia menggeleng cepat. "Mas sejak tadi memanggil kamu, tetapi tidak ada jawaban."Sofia terdiam. Dia merasa seperti orang yang ketahuan tengah berselingkuh.Rayhan terus menunggu jawabannya. Sempat terlintas di dalam benaknya bahwa Sofia me
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status