All Chapters of Setiap Momen adalah Kamu: Chapter 11 - Chapter 20
40 Chapters
Bab 11
Menikmati masa cuti, membawa suasana berbeda bagi Indah. Dia tampak menikmati kebersamaan bersama Dona dan karyawan Liebe Box. Tak ada rasa canggung, yang ada suasana penuh kehangatan. “Bagaimana kesannya beberapa hari ini, menjadi bagian dari Liebe Box?” tanya Dona, saat mereka berdua bersantai di lantai dua, ruang kantor Liebe Box. “Keseruannya sulit aku gambarkan, Don. Aku kini menyadari alasanmu memilih di sini. Aku sangat menikmati segalanya.” “Ehm, kalau gitu, kami membuka pintu selebar-lebarnya, jika suatu hari nanti, kamu benar-benar bisa bergabung dengan kami. Terasa terhormat bisa mendapatkan seorang Manajer andal seperti kamu. Jelas, Liebe Box punya masa depan yang mengagumkan.” Indah menghela napas. “Jujur, beberapa waktu terakhir, aku pun mulai merasakan kejenuhan dengan aktivitasku di Big Land. Tapi aku tidak bisa meninggalkannya di saat-saat seperti ini. Aku ingin menciptakan
Read more
Bab 12
Suasana Big Land pagi ini, kembali gaduh. Lagi, seluruh anggota Direksi berkumpul di ruang rapat, dan Rakha menjadi pusat perhatian. Direktur Marketing tampak berdiri dan meletakkan beberapa koran di hadapan Rakha. Seperti biasa, Rakha tetap bersikap dingin. “Pimpinan Tower Electrics Mahakarya dan Big Land tampak mabuk-mabukkan di klab malam,” ucap salah satu anggota Direksi. Yang kemudian di sambung anggota lainnya. “Apakah Pak Rakha punya penjelasan atas berita ini?” “Ini memang benar, apa yang perlu saya jelaskan?” sahut Rakha, masih dengan sikap cueknya. “Ini jelas masalah bagi kredibilitas Big Land. Anda mungkin bebas berbuat sesuka hati, selama di Tower Electrics, tapi ingat, anda sekarang bagian dari Big Land. Anda perlu tahu, nama besar Big Land, kami tidak dapatkan dengan mudah. Jadi tolong berhati-hati bersikap!” Salah satu anggota Direksi tampak mulai menaikkan volume su
Read more
Bab 13
Sejak makan malam terakhir, hubungan Aditya dan Asti kian berjarak. Tak ada lagi waktu keduanya walaupun sekadar ngobrol. Kondisi perusahaan yang memburuk, ditambah hubungan Indah dan Rakha yang sama buruknya, turut mengganggu hubungan keduanya. Saat Aditya berusaha mendekat, Asti akan setiap saat menjaga jarak. Terlalu banyak perbedaan, makin membuat Asti menghindar. Menunggu pesanan ojek online, sebuah mobil tiba-tiba berhenti di hadapan Asti. Dan seperti biasa, sosok yang ada di dalam mobil, tidak lain adalah pria yang dihindarinya. Asti menunduk, berusaha tidak menatap ke arah Aditya. “Asti, saya mau ngobrol, bisa?” pinta Aditya. “Tidak ada lagi, yang harus dibicarakan Pak,” sahut Asti. Aditya menghela napas. Sebutan ‘Pak’, terasa sangat menyakitkan. “Please. Setelah ini, saya tidak mengganggumu lagi.” Mata pria itu berkaca-kaca. Asti kembali tidak bisa berkata-kata. Dia akhirnya menuruti permintaan Aditya
Read more
Bab 14
Hari baru, sebuah kejutan hadir. Dimas, sudah hadir di Big Land. Sejak pagi, beliau sudah ada di ruangannya. Ekspresi tak biasa, kembali menghiasi wajah pria paruh baya itu. Koran dengan headline persoalan Rakha, menjadi halaman yang terus saja ditatapnya. “Om Dimas sudah kembali?” Rakha dan Aditya tersentak, setelah mendapati mobil Dimas, sudah terparkir di basement. “Siapkan dirimu, Bos!” ucap Aditya, memperingatkan. Namun, seperti biasa, Rakha bersikap santai, dan berjalan menuju lantai sepuluh Big Land. Memasuki ruang Pimpinan, keduanya langsung disambut tatapan dingin Dimas. “Om kenapa gak kasih kabar? Kami bisa jemput ke bandara,” ucap Aditya, mencairkan suasana. Dimas melemparkan koran yang dipegangnya, ke badan Rakha, yang masih berdiri terpaku tak jauh dari darinya. “Om tidak menyangka, menitipkan Big Land padamu, menjadi sebuah dosa besar. Om berpikir kamu sudah berubah. Te
Read more
Bab 15
Hari ke lima, Indah menikmati hari-harinya di Liebe Box.  Dia menjalani hari seperti biasanya. Senyuman hangat, selalu dia hadirkan pada siapa pun yang bertemu dengannya. Segala duka yang terus menemuinya, tampak tak sedikitpun memengaruhi perjalanannya. “Don, teman-teman kamu?” ujar Indah pada Dona, menunjuk ke arah pria-pria yang memasuki Liebe Box. Tanpa jawaban, Dona langsung menyambut di depan pintu. Indah pun langsung masuk ke dalam ruangan barista. Dia tampak mengamati keakraban Dona bersama pria-pria muda itu. “Hai, senang sekali melihat kalian kembali ke sini,” sambut Dona. “Iya dong Kak. Kami kan udah janji akan sering-sering ke sini,” sahut Desta. “Mau pesan apa?” Dona meletakkan daftar menu, di hadapan ke tiga pria itu. Dona lantas memanggil salah satu pelayannya untuk mempersiapkan pesanan yang telah dibuat. “Oh ya, Rakha kenapa gak ikutan? Aku pengen banget bertemu anak itu.” Ke tiga-nya tam
Read more
Bab 16
Dona sampai di rumah sakit. Ditemuinya sahabat-sahabat Rakha. Ade, Desta dan Beny. “Bagaimana kondisi Rakha?” tanya Dona. “Masih di ICU, Kak.” “Kenapa Rakha bisa kecelakaan seperti ini?” “Dia mabuk, Kak.” Dona menghela napas. Dia kehabisan kata, mewakili kesedihannya mendengar kondisi Rakha. Pria yang dikenalnya, hampir tak pernah bahagia. “Keluarga Rakha belum dikabari?” “Belum, Kak,” sahut Desta. “Kenapa?” tanya Dona. Ke tiga pria itu tampak saling berpandangan. Dona pun paham dengan respons itu. “Kenapa semua tampak panik?” tanya Dona, mendapati beberapa perawat keluar masuk ruangan Rakha dirawat. “Rakha butuh donor Kak. Stok darah yang sesuai kebutuhan Rakha, belum ditemukan Kak.” “Golongan darah Rakha?” “A-, Kak.” Dona terdiam. Dia tampak berpikir. “Syifa, golongan darahnya sama,” sebutnya. “Syifa? Siapa Kak?” “Putriku.” “Apakah memungkinkan bisa jadi pendonor untuk
Read more
Bab 17
Aditya kembali ke rumah sakit. Suasana penuh haru masih saja belum beranjak. “Mbak Indah?” Aditya terkejut, mendapati Indah sendiri di ruang tunggu. Indah tersenyum. “Sendiri?” “Iya, Pak. Dona izin balik, mengantarkan putrinya ke sekolah. Agak siang baru kembali ke sini.” Aditya terpaku. Wajahnya kembali diliputi keharuan. Bagaimana bisa, wanita yang paling disakiti olehnya, justru yang masih setia menemaninya? “Biar saya saja yang menjaga Rakha. Mbak Indah balik dulu, istirahat.” “Gak apa-apa Pak. Saya juga masih cuti, jadi gak ada kegiatan.” Bagaimana dia bisa sesantai ini? “Ada perkembangan tentang kondisi Rakha?” “Lagi menunggu pak Rakha dipindahkan ke ruang perawatan, Pak.” “Siapa yang ngurus administrasinya?” “Sudah saya urus, Pak,” jawab Indah, bersama senyumannya. Aditya kembali menghela napas. Dia justru merasa sangat tertekan dengan kehadiran Indah. Ent
Read more
Bab 18
“Kak Rizal sebelumnya sudah pernah dekat dengan seseorang?” Rizal kaget mendengar pertanyaan Indah. Pertanyaan yang tidak disangkanya, akan terucap dari Indah, di awal pertemuan mereka. Rizal tampak malu. “Ehm, kalau untuk serius, belum pernah.” Giliran Indah yang terkesiap. “Maksudnya, Kak?” “Kalau untuk sekadar dekat, jalan bareng, sudah sering sih. Tetapi kalau untuk serius, baru kali ini.” Indah terdiam. Dia berusaha menjaga respons wajahnya. “Tetapi, kali ini, saya betul-betul serius ingin menuju pernikahan. Bukan main-main lagi,” sambung Rizal. Bayangan yang sejak lama dihapusnya dari ingatan, seketika kembali mengucap selamat datang.   “Indah?” Rizal mencoba menyadarkan Indah dari lamunannya. “Indah, kamu baik-baik saja?”   “Iya, Kak,” sahut Indah, akhirnya terjaga. “Aku senang sekali bisa bertemu kamu lagi,” sambung Rizal.   Indah kembali terpaku.   “Kamu apa
Read more
Bab 19
Setelah percakapan yang cukup serius, Rizal meninggalkan Liebe Box. Tampak Dona mendekat, menemui Indah. “Siapa pria itu? Apakah aku pernah bertemu dengan dia?” Dona mulai penasaran dengan sosok yang ditemui Indah beberapa saat sebelumnya. Indah masih terpaku. “Indah?” Dona mencoba membangunkan Indah dari lamunan. “Iya, Don.” “Kamu kenapa? Siapa dia?” desak Dona. Indah menghela napas panjang. Begitu berat baginya, kembali mundur bersama duka yang sudah sempat dia lewati. “Kak Rizal.” Dona membelalak. “Pria yang berengsek itu?!” Indah tiba-tiba tersenyum, aneh. Semakin membuat Dona bingung. “Lho kamu kenapa malah ketawa? Ada yang lucu?” tanya Dona. “Aku baru kali ini, mendengar kamu mengucapkan kata itu, Don. Biasanya kan, aku yang lebih emosional. Lho kenapa kamu malah yang lebih emosional sekarang?” “Indah, aku serius! Aku benar-benar akan sangat marah, jika kamu melakukan ini!”
Read more
Bab 20
Suasana berlanjut hening setelah kepergian Tyas. Asti masih menunggu penjelasan Aditya, atas apa yang baru saja terjadi. “Kamu yakin, akan memenuhi undangan mbak Tyas?” Aditya bangkit dari kebisuannya. “Sebenarnya saya masih bingung, Mas. Sedari tadi semuanya berjalan seperti adegan yang sangat asing di benak saya. Mas Aditya juga belum pernah bercerita sedikit pun tentang mbak Tyas dan orangtua Mas Aditya. Mas kenalkan saya sebagai calon istri, sedangkan saya sama sekali tidak mengenal keluarga Mas Aditya. “Kemudian, saya baru tahu juga, Mas Aditya tidak tinggal bersama orangtua. Terlalu banyak cerita yang sangat asing untuk saya, Mas. Apakah Mas Aditya berkenan memberikan saya kebenarannya?” pinta Asti. “Aku mohon maaf. Aku baru sadar, aku bersikap sangat egosi selama ini. Kamu selalu terbuka tentang keluarga kamu, sedangkan aku sebaliknya,” ujar Aditya. “Oke berarti waktunya sudah tiba. Apakah saya bisa mendengarkan semua ceritanya?” sambung Asti.
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status