Semua Bab Mayat di Atas Ranjang: Bab 51 - Bab 60
84 Bab
51. Siluman
Perjalanan Anggita dan Hendi berakhir di balik bukit, di mana sepasang air terjun bertemu dan menumpahkan airnya yang memantulkan kilau warna-wani pelangi. Sungai lebar di bawahnya jernih bagai kaca, menampakkan ikan-ikan besar-kecil yang berenang meliuk-liuk di dasarnya yang berbatu. Pemandangan yang bagai lukisan itu semakin bertambah pesonanya oleh rimbunan hijau dedaunan dari barisan pepohonan dan tanaman merambat.Hendi tak bisa berkata-kata saling takjubnya.Anggita berlari kecil mendahuluinya dengan langkah-langkah ringan. Perempuan siluman itu masuk ke dalam air yang tingginya tak lebih dari lutut orang dewasa. Tanpa ragu dia melepaskan semua pakaian yang melekat di badannya, lalu berendam. “Sini, ikut mandi bersamaku!” teriaknya kencang kepada Hendi.Hendi tertunduk dengan wajah bersemu, dia sempat melihat tubuh polos Anggita. Anggita bertubuh mungil dengan sepasang buah dada yang tidak terlalu besar ataupun terlalu kecil, berpucuk merah muda. Tubuhnya putih pucat seperti por
Baca selengkapnya
52. Target
Turk berusaha melawan, dia membanting tubuh Anggita, menghempaskannya ke dasar sungai berbatu sampai-sampai tulang belulang Anggita berderak karenanya, mungkin beberapa ruas tulangnya telah patah menghantam bebatuan.Anggita menjerit kesakitan. Luka di tubuhnya membuatnya semakin murka. Dengan beringas dia lanjut melancarkan serangan ke tubuh Turk, tendangan, pukulan bertubi-tubi tanpa ampun. Kemarahannya membuat tenaganya menjadi berkali lipat. Turk babak belur, lemah, tak lagi sanggup melawan, tetapi Anggita tidak berhenti sampai di sana. Diambilnya sebuah batu kali sebesar kepala manusia, diangkatnya tinggi-tinggi sampai ke atas kepalanya, lalu dilemparkannya ke tubuh Turk.Turk mengaduh. Tubuhnya terbelah jadi dua lantaran sedemikian dasyatnya hantaman batu dari Anggita. Sungai yang tadinya mengalir air jernih, segera berubah menjadi semerah darah, darahnya Turk. Setelah itu, ikan-ikan berwarna-warni yang tadinya jinak dan indah, terpicu oleh darah siluman Turk, berubah menjadi ga
Baca selengkapnya
53. Target 2
Setelah mendapatkan penjelasan dokter yang menenangkan hatinya, Karmila setuju untuk pulang. Dia baru sebentar saja kembali ke villa, belum sempat melakukan penyelidikan apa-apa mengenai apa yang sebenarnya sedang dilakukan oleh Kandita yang berhubungan dengan kebangkitan Andaru. Apa pun itu, Karmila meyakini kalau Dirga juga terlibat.Karmila membonceng motor Dirga untuk pulang. Namun, di tengah perjalanan Karmila meminta Dirga untuk berbalik arah. Perlahan-lahan Dirga menghentikan motornya di tempat aman, merasa heran atas permintaan Karmila yang tiba-tiba dan di luar rencana.“Ada apa lagi? Apa ada tempat lain yang mau kamu datangi?” tanya Dirga. Dia menyatakan keberatannya, tak sabar ingin cepat pulang untuk menyusun rencananya selanjutnya, menawarkan darah Hendi kepada Kandita.“Ya, tapi kalau kau enggak mau anter aku, juga enggak apa-apa, sih. Aku bisa, kok, naik kendaraan umum.” Karmila berkata kesal sambil turun dari motor.“Hei! Apa-apaan, sih? Gitu aja udah langsung ngambek.
Baca selengkapnya
54. Titah
Beberapa orang perawat datang tergopoh-gopoh. Mereka memegangi Nurlaila, memaksanya kembali ke ranjangnya, menahannya, lalu salah satu dari mereka dengan cepat dan lihai menyuntikkan obat penenang ke lengan Nurlaila. Perlahan-lahan Nurlaila menjadi tak berdaya dan lebih tenang, sebelum akhirnya perawat-perawat itu membaringkannya ke ranjang.“Apa ini? Kenapa Mama malah jadi kumat lagi?” tanya Karmila cemas.“Pasien dengan gangguan jiwa seperti Nyonya Nurlaila memang rawan kambuh kembali, apalagi kalau ada pencetusnya, sesuatu yang mengingatkannya akan masalah atau ketakutan-ketakutan penyebab depresinya,” ujar perawat itu, “untuk lebih jelasnya, Anda bisa menanyakan langsung dengan dokter spesialis yang menangani kasus pasien ini. Untuk saat ini, kami mohon maaf, kami terpaksa meminta Anda untuk tidak dekat-dekat dengan pasien sebelum kondisinya kembali stabil.”Karmila mengangguk pasrah, dia lalu menyeret Dirga keluar. Dia terus menyeret Dirga sampai ke bagian rumah sakit yang tersem
Baca selengkapnya
55. Pekerjaan
Titah Kandita tidak terelakkan. Saat itu juga Dirga harus melakukan sebuah pembunuhan. Namun, tak ingin dia kalau Karmila sampai tahu.“Karmila, apa ada tempat lain yang mau kau datangi?” tanya Dirga.Karmila menggeleng. “Kita pulang aja, sudah mau gelap sebentar lagi.”Dirga bergerak-gerak gelisah, dia belum mendapatkan target siapa yang akan dibunuhnya saat itu juga.“Kenapa? Apa ada tempat yang ingin kamu datangi?” Karmila membalikkan pertanyaan yang sama.“Iya,” sahut Dirga akhirnya, dia butuh memisahkan diri dari Karmila selama beberapa saat. Asalkan dia bisa menemukan target yang mudah, seharusnya tidak butuh waktu lama untuk menghabisinya. Dia bisa membuatnya seperti sebuah kecelakaan. “Apa kau mau menungguku? Enggak akan lama, kok, kamu bisa menunggu di kafe atau perpustakaan umum kota. Aku bisa mengantarmu ke sana duluan, nanti aku jemput kalau urusanku sudah selesai.”“Kalau enggak lama, biarkan aku ikut denganmu saja,” kata Karmila.“Jangan!” Dirga menyahut cepat.Karmila m
Baca selengkapnya
56. Manipulasi
Cakar-cakar hitam merayap keluar dari bawah ranjang tempat Hendi tidur, potongan tangan tanpa tubuh merangkak di atas tubuh Hendi. Matanya terpejam, tetapi batinnya tak nyaman, Hendi bisa merasakan ancaman sedang menari-nari di dalam tidurnya. Suara-suara meneriakkan namanya, wajah-wajah penuh darah, tubuh yang tercerai berai, sumpah serampah.“Bangun, Hendi, kami butuh kamu di sini. Bangun, buka matamu!”“Siapa yang bicara?” Hendi melihat seorang perempuan dengan kepala plontos. Wajah perempuan itu terasa familiar untuknya. Sebuah nama sudah ada di ujung lidahnya, tapi Hendi kehilangan kata.“Bangun!”Hendi tersentak dari tidurnya. Dia duduk dengan pakaian yang basah oleh keringat. Napasnya tersenggal-senggal, dadanya nyeri. Sesuatu yang sangat penting dirasakannya telah hilang dari dalam dirinya, tetapi dia bahkan tidak mampu mengingatnya.“Aku sudah membuka mataku, tersadar dari mimpiku, tapi yang mana yang nyata?” Hendi memandang sekitarnya.Saat itu dia berada di dalam kamar yang
Baca selengkapnya
57. Boneka
Hendi mengabaikan semua panggilan-panggilan yang ada di dalam kepalanya, semua memori yang selintas-selintas muncul. Sebab, semua hanya mendatangkan rasa sakit baginya. Dia kehilangan minat untuk mencari tahu segalanya. Pasrah.“Apa pun yang ditawarkan takdir kepadaku akan kuterima. Aku lelah.” Hendi berpikir demikian sambil memandangi Anggita yang tersenyum lembut kepadanya. “Entah siapa atau apa dirimu ini. Siluman atau bidadari, aku tak lagi peduli. Hidup matiku sendiri, aku pun tak mau lagi peduli.”Pikiran Hendi kosong, sekosong tatapan matanya. Tubuh dan jiwanya mati rasa. Dia lelah merasa cemas dan muak dengan kebingungannya sendiri. Seperti daun yang jatuh dari dahan pohon, dia membiarkan dirinya terombang-ambing di atas lautan takdir.Anggita senang akhirnya bisa menguasai Hendi seutuhnya tanpa perlu bantuan sisi gelap dirinya, sang Kanjeng Ratu. Meski demikian, sesuatu yang sudah menjadi bagian dari dirinya sejak awal dan sejak lama tidak akan semudah itu menghilang, tidak a
Baca selengkapnya
58. Membusuk
Di kamar rahasia yang ada di dalam villa milik Kandita, kamar yang hanya diketahui keberadaannya oleh mereka bertiga, Kandita, Dirga, dan Andaru, aroma busuk mayat menguar, menusuk-nusuk hidung. Dibutuhkan banyak usaha untuk meredam aroma itu keluar dari kamar. Kandita sengaja menyalakan dupa wangi untuk menutupi baunya atau menyebar rempah-rempah di sudut-sudut yang bisa menyerap baunya. Bau mayat itu datang dari tubuh Andaru yang membusuk.“Ini tidak bisa dibiarkan!” Kandita menatap wajah kekasihnya, Andaru, dengan sangat cemas. “Kita butuh lebih banyak lagi darah untuk menjagamu tetap hidup.”Andaru hanya diam sambil balik memandangi Kandita. Dia merasa kasihan untuk Kandita dan bukannya dirinya sendiri yang perlahan-lahan kembali membusuk setelah berhasil bangkit dari kematian. Sebenarnya Andaru sudah cukup puas dirinya dapat kesempatan untuk hidup lagi, dan melihat putrinya semata wayang hidup dengan baik.“Karmila sangat berbeda dengan Kandita. Aku harap dia bisa tetap seperti i
Baca selengkapnya
59. Goa
Suasana hati Kandita semakin memburuk. Baik Karmila maupun Andaru tidak satu pun di antara mereka yang bisa memahami dirinya, apalagi dijadikan sekutu. Kandita lalu keluar dari villa kediamannya. Villa itu dikelilingi oleh hutan kecil dan pegunungan. Di tengah-tengah hutan ada air terjun yang tidak banyak diketahui orang-orang karena letaknya yang curam dan akses menuju ke sana masih mustahil bisa dilalui orang awam. Siapa saja yang mau menuju air terjun itu harus mempunyai kemampuan khusus untuk turun ke lembah curam, menembus semak belukar, mengambil risiko bertemu dengan ular berbisa dan binatang hutan lainnya.Hanya Kandita dan Dirga yang hapal jalan menuju air terjun perawan itu sekaligus juga mampu pergi ke sana. Di tempat tersembunyi itu biasanya mereka melakukan ritual dan latihan spiritual. Di balik air terjun ada goa yang tidak terlalu dalam yang biasa dijadikan tempat semedi Dirga. Ke sanalah Kandita menuju.Sudah ada Dirga di dalam goa. Pemuda itu duduk bersila di atas lem
Baca selengkapnya
60. Ayah
Malam itu Karmila merasa gelisah. Dia keluar dari kamarnya di lantai dua menuju balkon. Langit malam itu tidak berbintang. Gemuruh guntur dan kilat sesekali bersahutan, tanda hujan akan turun. Namun bagi Karmila, semua itu adalah pertanda bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi.“Ada apa ini? Aku harus cari tahu sekarang. Waktunya mendesak.” Karmila berpikir.Dengan langkah-langkah panjang dan cepat Karmila turun ke lantai bawah. Villa tempat di mana dia tinggal saat itu suram dan sepi. Karmila sama sekali tidak melihat atau mendengar suara siapa pun.“Ibu! Dirga! Ayah!” Karmila berseru memanggil semua anggota keluarganya yang harusnya ada di dalam rumah pada waktu selarut itu. Dia bahkan sangat yakin kalau ayahnya juga ada di sana, meski ibunya bersikeras mengatakan sebaliknya.Tidak ada sahutan dari semuanya. Suaranya menggema kembali di dinding-dinding villa.“Ke mana semua orang?” batin Karmila semakin terusik.Villa yang menjadi rumahnya sejak dia dilahirkan mendadak terasa begitu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
456789
DMCA.com Protection Status