All Chapters of Perempuan Dalam Kotak Warisan Nenek: Chapter 31 - Chapter 40
76 Chapters
Belanjaan
Jam sudah menunjukkan pukul 3 sore, dan sampai sekarang dua sejoli itu masih belum terlihat batang hidungnya. Padahal tadi mereka janji, setelah makan siang mereka akan segera kembali kesini. Namun nyatanya, mereka sepertinya lebih asyik jalan berduaanEntah dimana mereka sekarang, setelah tadi sempat videocall untuk memperlihatkan baju yang akan dibeli untuk Ara. Tapi sampai sekarang mereka tidak mengabari lagi dan hilang seperti ditelan bumi. Aku tidak khawatir sama sekali tetang mereka yang kini mengetahui rahasiaku, aku justru sangat kesal karena mereka tidak bisa diganggu gugat seperti ini saat sedang bersama.Aku dan Ara akhirnya kembali membeli makanan pesan antar, karena kami masih belum bisa keluar rumah dan stok bahan masakan milikku sudah habis. Karena bingung memilih makanan, akhirnya aku membelikan Ara pizza. Karena menurutku, banyak orang akan suka dengan pizza.Awalnya aku sempat khawatir, kalau-kalau Ara tidak menyukai pizza itu, tapi ternyata pizza porsi besar yang a
Read more
Makeover
"Aku membelikan pakaian untuk Ara. Tidak mungkin kan aku cuma membelikan satu pasang. Aku juga membeli peralatan untuk penyamarannya, termasuk sepatu, tas, kacamata dan make-up. Tapi sayang aku hanya bisa membelikan pakaian panjang untuk Ara, padahal sepertinya badan Ara akan cocok jika memakai dress pendek.""Kalau Ara pakai dress, sama saja mengundang orang buat jadiin dia pusat perhatian. Tahu sendiri kulit Ara yang putih bercahaya, tidak mungkin orang tidak terpikat dengannya.""Maka dari itu,aku belikan yang lengan panjang. Aku juga tahu itu, Def! Ara ayo ikut aku, aku akan membantumu berganti pakaian dan mencoba penyamaran. Aku akan makeover kamu, agar bisa terlihat sama seperti kami."Eli tampak bersemangat, saat mengajak Ara untuk segera mencoba pakaian yang dibelikannya tadi."Bilang saja kamu senang kan Sayang, karena dapat mainan baru buat di makeover?""Hehe..kamu tahu aja. Temen-temenku udah pada jago dandan semua, jadi sudah lama aku tidak merias orang lain. Ini kesempat
Read more
Hasil Penyamaran
"Ini benar-benar kamu Ara?""Iya ini aku, Deffa. Bagaimana? Apakah aku bisa keluar dengan pakaian seperti ini?"Aku menatap Ara dari ujung kepala hingga ujung rambut, yang membuatku sangat takjub dengan hasil yang dibuat oleh Eli. Bagaimana tidak, saat ini Ara benar-benar terlihat lebih manusiawi. Kecantikannya tidak berkurang ssama sekali, meskipun ada kacamata dengan bingkai hitam tebal yang bertengger di hidungnya."Kamu terlihat seperti manusia biasa, pasti tidak akan ada yang tau kalau kamu dari dimensi lain.""Tentu dong, siapa dulu yang dandanin."Eli langsung menyela ucapanku, dengan nada suara yang masih tinggi. Sepertinya dia masih marah, karena candaanku terakhir kali."Terima kasih, Eli. Kamu benar-benar penyelamat kami, kemampuan dan seleramu gak perlu dipertanyakan lagi.""Huh, tadi aja ngejek sekarang muji. Lagian cuma ucapan terima kasih nih?""Ya maaf, aku kan cuma bercanda tadi. Ya kan Bim? Tenang, buat kalian aku akan bayari makan malam juga, tapi kita beda meja okey
Read more
Melihat Suasana Luar
Aku heran dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh Ara, aku masih belum bisa menangkap maksud pertanyaannya itu. Tapi seakan dia menunggu jawabanku, akupun terpaksa untuk tetap bertanya kepadanya. Aku takut jika aku salah menjawab, dan membuatnya semakin bingung."Apa yang kamu maksud petang dan terang? Bukankah kalau malam hari memang gelap, karena cahaya matahari yang sudah tidak menyoroti bumi bagian yang kita tempati saat ini?""Di tempatku ada gelap dan terang, jadi di bumi menyebutnya pagi dan malam? Tapi gelap di tempatku sangat berbeda dengan malam, hanya terasa seperti cahaya hitam menyelimuti dimensi kami yang terang.""Jadi maksudmu, tidak ada malam yang yang petang seperti ini? Dan gelap di tempatmu masih ada cahaya? Bagaimana itu bisa terjadi?"Aku tidak bisa membayangkan bagaimana keadaan dan suasana tinggal disana, bahkan perbedaan antara siang dan malam pun tidak terlalu jauh. Jika mendengar apa yang di jelaskan oleh Ara, dimensi Eunoia sangat berbeda sekali dengan bumi
Read more
Penyamaran
Tanpa berpikir panjang, aku langsung menudungkan jasku ke kepala Ara. Ara yang akhirnya paham dengan maksud teriakan ku tadi, kini wajahnya terlihat sangat pucat. Dia membatu sambil menatapku dengan tajam, seperti mengatakan kalau dia benar-benar takut saat ini. Aku harus berusaha menenangkan detak jantungku terlebih dahulu yang tadinya seakan berhenti, baru aku bisa menenangkan Ara. Tapi aku sendiri masih sangat gugup, untuk bisa mengontrol detak jantungku sendiri."Maaf Mbak, pacar saya sedikit sensitif badannya. Tapi tidak apa-apa nanti balik seperti biasa."Aku mengatakan itu kepada seorang pelayan, yang ternyata sejak tadi sedang memandang kami dengan tatapan bingung. Mungkin dia juga kaget, karena teriakanku barusan. Aku tidak tahu pasti apa yang baru saja aku katakan sebagai alasan, melihat pelayan itu bertambah bingung dengan alasan yang aku buat, itu berarti alasan yang aku buat secara spontan tadi tidak masuk akal.Untunglah Elii mendatangi meja kami, karena khawatir setelah
Read more
Makanan Restoran
Ara kembali girang setelah merasakan makanannya, dia menemukan rasa baru yang pasti belum pernah dia rasakan. Kini aku bisa kembali tersenyum kepadanya, karena senyuman miliknya sangat menular. Rasanya perasaan gugup, kecewa dan sedih yang tadi kurasakan, langsung lenyap begitu saja saat melihat senyumannya. Perasaanku menjadi sangat lega, dan mau tidak mau bibirku juga tertarik membuat sebuah senyuman mengikutinya."Ini namanya steak, terbuat dari daging sapi. Jadi sapi itu salah satu hewan juga yang ada di dimensi ini, sama seperti ayam tapi bentuknya berbeda. Rasanya juga berbeda bukan?""Iya, rasanya sangat berbeda. Tapi semua rasanya sangat enak, aku sampai susah untuk berhenti memakannya.""Jangan terburu-buru, nanti kamu tersedak. Habiskan semuanya, ini aku pesankan semuanya untukmu.""Ini semua makanan? Kenapa ini terlihat sangat indah? Bahkan ada berbagai macam warna di makanannya.""Hahaha.. Itu namanya rainbow cake. Apakah di tempatmu ada pelangi?""Entahlah, aku baru dengar
Read more
Obsesi
"Kenapa kamu ketus gitu sih. Kamu belum jawab pertanyaanku, dia siapa? Kenapa kalian bisa makan malam bersama?"Aku sangat malas meladeni wanita di hadapanku ini, tapi jika aku tidak merespon pasti dia akan tetap terus bertanya sampai mendapat jawaban. Waktu awal kenal aku sempat salut kepadanya, karena sifatnya yang tidak kenal kata menyerah. Tapi setelah sekian lama dia terus berusaha mendekatiku, aku menjadi sadar kalau dia sangatlah ambisius. Dia melakukan apapun agar bisa terus mendekatiku, dan itu membuatku sangat tidak nyaman.Pricilla Alendra, dia wanita yang cukup cantik sebenarnya. Dengan fisiknya yang di atas rata-rata, tubuh dan wajahnya yang seperti model. Ditambah keluarganya yang cukup berada, membuatnya selalu dibalut dengan pakaian dan aksesoris mewah. Dan aku juga bukan pria munafik yang akan menyangkal, jika pernah tertarik kepadanya dulu. Kami sempat melakukan kencan beberapa kali, sambil saling mengenal satu sama lain. Tapi semakin aku mengenalnya, aku tidak mene
Read more
Bersikap Tegas
"Kenapa aku harus peduli? Kamu datang kesini sendiri, jadi bisa pulang sendiri juga kan? Lagipula kamu lihat sejak awal kalau kami keluar dari rumahku, dan akan kembali ke rumahku. Jadi seharusnya kamu sudah paham tanpa harus aku jelaskan, hentikan sikapmu ini dan carilah pria lain yang jauh lebih baik untukmu."Setelah puas mengatakannya, aku langsung berbalik meninggalkannya masih dengan menggandeng tangan Ara. Entah apa yang dipikirkan oleh Pricill sekarang, tapi aku berharap dia bisa sadar sedang melakukan hal yang percuma. Sepertinya Pricill masih meneriakkan namaku, tapi aku tidak berbalik lagi dan terus berjalan keluar.Bima dan Eli yang melihat tontonan tadipun, langsung mengikutiku keluar dari restoran. Karena mereka membawa mobil sendiri, jadi tidak ada pertanyaan dari mereka untukku. Mereka hanya pamit untuk tidak mampir ke rumahku, dan langsung pulang ke rumah mereka sendiri."Deff, kami langsung pulang ya. Terima kasih traktirannya malam ini, kalau butuh teman cerita nanti
Read more
Perasaan Bersalah
"Deffa, kamu lihat tadi?""Lihat apa? Yang aku lihat hanya kamu yang berdiri mematung sebelumnya."Aku bingung dengan apa yang dimaksud olehnya, karena saat ini aku hanya melihatnya menatap kotak yang jatuh dengan wajah pucat."Bukan aku, tapi kotak itu! Kotak itu tadi sempat membuka, dan gerbang dimensi sempat terlihat sedikit disana!"Aku sangat terkejut mendengar penuturan Ara, tentang kotak itu yang kembali berfungsi. Dengan sigap aku langsung mengambil kotak yang dijatuhkan oleh Ara tadi, dan melihat apakah yang dikatakan olehnya benar atau tidak. Tapi setelah aku kembali membuka dan membolak-balik kotak itu, gerbang dimensi tetap tidak terlihat di sana. Kotak itu masih terlihat kosong, sama seperti terakhir kali aku melihatnya."Kotak ini masih kosong, Ara. Mungkin kamu salah lihat?""Tidak, Deffa. Aku tidak mungkin salah lihat. Tadi kotak itu bercahaya, dan gerbang dimensi terlihat walaupun belum terbuka sepenuhnya.""Lalu kenapa kotak ini jatuh?""Aku ingin mengambilnya untuk
Read more
Informan
(Dimensi Bumi)Dua sosok berpakaian hitam bersembunyi di dalam bayangan, yang bergerak dengan sangat cepat. Hingga mereka tertangkap oleh sepasang mata, dari seorang pria paruh baya yang berjalan dengan sempoyongan. Tanpa aba-aba salah satu sosok hitam mengeluarkan pedang dari sarungnya, dan langsung menodongkan kearah pria itu.Pria asing itu langsung tersadar dari mabuknya, dan seketika ekspresinya berubah menjadi pucat pasi. Dia tidak bisa mengeluarkan suara sedikitpun, karena rasa takut yang dia rasakan. Dan dia hanya melihat ujung pedang, beserta sosok hitam di hadapannya yang sedang menodongkan pedang itu secara bergantian. Rasa takutnya semakin menjadi, saat dia menatap mata sosok hitam itu yang berbentuk api menyala."Tolong ampuni saya! Jangan bunuh saya!""Sudah sewajarnya kamu hilang dari dunia ini, setelah melihat sosok kami. Jangan salahkan kami yang mengambil nyawamu, tapi salahkan keberuntungan yang tidak berpihak padamu.""Ampunnnnn.....!!!! Tolong...tolong jangan bunu
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status