All Chapters of GATAKA : Kesengsaraan Berujung Kematian: Chapter 71 - Chapter 77
77 Chapters
Bersemi Kembali
"Baru kali ini aku mengalami serangkaian peristiwa horor saat mendaki dan belum sampai puncak terpaksa pulang." Ria tidak butuh respon mereka. Pada dasarnya dia gemar bicara sesuai isi kepala. Ranu menatap Kiran yang tak berpaling sedikit pun dari jendela samping. Agar tak semakin hening, dia menjawab ucapan Ria. "Ini yang terbaik, jangan terlalu kecewa." "Siapa juga yang kecewa," balas Ria sedekap dada bersandar sepenuhnya ke bangku untuk memejamkan mata sejenak. Kiran kembali ke alam sadarnya sebelum emosional. "Raka pasti sudah pulang dan baik-baik saja." Ia menanamkan keyakinan tersebut dalam memori otaknya agar tenang. Ria segera turun dan melambaikan tangan pada Kiran. Kiran sedikit terlambat membalas lambaiannya dari dalam mobil karena isi kepalanya sangat penuh sekarang. Setelah mobil Ranu melaju, Ria berkata, "Ranu nggak akan kerasukan lagi, kan?" Ketika sadar dirinyalah yang patut dikhawatirkan. "Aku juga dirasuki tadi. Sebentar, hantu itu nggak mengikuti ke sini, kan?
Read more
Jati Diri
Ria keluar dari taksi tiba di tempat tujuan menjelang siang. Tangan kanannya menghalau sinar matahari langsung ke wajah. "Aku nggak percaya harus keluar di hari libur, siang hari pula." Ipda Aswin ke luar dari kantor hendak ke area bebas merokok sekedar mengisi waktu istirahat. Ria harus mengucapkan sesuatu setelah sidang akhir Fuadi di pengadilan kemarin usai sebagai mantan istri yang baik. Ada keuntungan juga punya orang dalam di kepolisian. Ketika papasan lihat Ipda Aswin, Ria menyapanya dengan hangat. "Siang ..." Ipda Aswin mengangguk satu kali menyembunyikan sebatang rokok yang diapit di tangan kanan ke belakang punggung. "Saya kira apa yang bersinar dari kejauhan ... Ternyata kamu datang." "Dia pandai basa-basi," lirih Ria sedikit menoleh. "Saya sudah lihat kok." Ria tertawa renyah. Tidak perlu disembunyikan. Hampir semua pria merokok. Ria tidak membenci perokok. "Mau merokok, kan? Sana." Aswin ikut tertawa hambar mengedepankan tangannya lantaran ketahuan. "Ya sudah. Kamu
Read more
Amankan Rahasiamu
"Antar langsung ke rumahnya, Pak. Jangan diturunin sembarangan, ngejar soalnya." Aswin bicara dengan sopir taksi. Setelah makan bersama, Cakra menganjurkan Ria pulang, para pria mengantar sampai memberhentikan taksi. "Tolong hati-hati ya, Pak." Cakra turut memberi pesan ke sopir. "Baik, Pak." "Ck, mereka khawatir atau lagi mengejek." Ria menutup kaca setengah. "Jalan, Pak." Setelah taksi melaju, mereka kembali ke kantor. Baru selangkah masuk ruangan, Aswin terkejut dengan ekspresi juniornya sedang berdiri menganga tersenyum lebar tanpa kedip. Aswin mengibaskan tangannya depan muka Varafanu. "Rafa!" Dia teriak karena takut dia pingsan berdiri. Rafa sadar melamun lama. "Iya, Pak." "Kenapa kamu bengong ke arah pintu?" Yang dirasakan Cakra cuma angin masuk. "Oh iya. Tadi Kiran datang minta bertemu Fuadi," terang Varafanu. "Kiran?" Aswin memukul dada Cakra. "Kamu gak bilang dia mau berkunjung." Cakra juga tidak tahu bocah itu berencana datang ke kantor polisi. Lumayan lama merek
Read more
Dia yang Ditakuti Vilas dan Gataka
"Aku pernah lihat Raka dan Vilas ke luar dari kantor PT SH bersama. Apa mereka dekat?" Ranu bergeming. Menjawab pertanyaan akan membuat Ria semakin penasaran. Diam mungkin mengurangi kecurigaannya, atau tidak. "Diam berarti benar," imbuh Ria menyimpulkan. "Sebagian kecil manajer memiliki koneksi dengan Vilas." Ranu beritahu sedikit. "Kalian?" "Belum sejauh itu." "Apa kamu gak pernah dengar rumor siapa anaknya Vilas, sedikit pun?" "Privasi keluarganya sangat dijaga." Sekarang Ranu merasa sangat buruk membohonginya. Ria terlalu ingin tahu. "Kalian sesama pria lebih tahu cara mendekati orang seperti Vilas. Coba selidiki." Di ambang pintu Kiran mendengar percakapan mereka sebelumnya dan tengah memandang respon Ranu. "Jangan membebani mereka dengan mendekati Vilas," ucap Kiran adil. Mereka hendak beranjak namun Kiran menyuruh mereka tetap duduk. Ia sendiri duduk di sebelah Ria. Kiran bertanya, "Kamu bertemu Fuadi tadi?" Tanpa menambahkan pertanyaan komentar konyol apa yang dia
Read more
Debat Sekilas Putri dan Sagara Paramayoga
Pena yang dipegang mengalun indah di atas kertas putih. Sedikit kerut di ekor matanya tidak mengurangi keindahan sorot sendu pria yang disembunyikan identitasnya. Kemudian dari arah belakang datang seorang remaja perempuan memakai celana kulot abu-abu dipadu sandal selop hitam menuju ke kursi tempat sang pria duduk. Gadis itu berdiri tepat di sampingnya dan membaca kalimat yang ditulis rapi."Semua yang memulai harus mengakhiri supaya hidup orang yang direnggut bisa kembali." "Kamu dari mana gak pulang dua hari tanpa izin?" tanya si pria. "Kalau Ayah gak bisa menghabisi Gataka, setidaknya aku beritahu caranya ke Kiran." "Jangan gegabah. Kamu bisa terluka." "Lebih baik ketimbang Kiran mati sedangkan Vilas tetap hidup." "Maksudmu, kamu mau menghabisi Vilas juga?" "Lagipula Vilas akan mati." "Putri ..." Sagara tidak bisa mencegah Putri yang kerap seenaknya. Putri Paramayoga sedang bicara dengan ayahnya, Sagara Paramayoga. "Sampai kapan Ayah bersembunyi? Ibu bahkan ke luar menga
Read more
Sisi Kelam Raka Hirawan
Buru-buru Kiran memungut handphone-nya yang sedikit lagi diraih Raka. Raka bertanya kenapa Kiran menjatuhkan ponselnya dan kelihatan syok. "Bukan apa-apa." Kiran masukkan benda pipih itu ke saku celana sebelah kanan, tak lupa senyum meyakinkan. "Yang benar?" "Iya." Kiran yang mengajak ke kantin dulu dan Raka mengikutinya di pinggir. Kiran tidak ingin berpikir negatif dengan memeriksa foto tadi di kantin saat masih bersama Raka, meskipun rasa ingin tahunya membludak. Raka kembali setelah membeli minuman dingin bersoda dan bolu rasa coklat bertabur keju. "Terima kasih." Kiran menerima minumannya usai tutup botol dibuka Raka. Jangan salah paham, dari zaman SMP dia sudah act of service. "Ranu masih rapat?" "Hm. Kenapa gak suruh Ranu kemari? Kita bertiga sudah lama gak makan bersama." "Hiraukan Ranu. Aku sengaja melarangnya ikut karena ingin bicara empat mata denganmu berhubung waktunya mendukung." Kiran memerhatikan Raka tanpa kedip sehingga yang diperhatikan melihat arah lain me
Read more
Ranu (Ter)Gila(Gila)?
Sekretaris Angga menatap layar ponselnya selagi mengikuti Vilas menghadiri meeting di Kantor Pusat Grup Hirawan. Bocornya informasi ruang kerja Pimpinan Utama dibobol oleh anonim diketahui dewan direksi dan komisaris dari artikel di jejaring sosial. Berita menyebar sangat cepat dibagikan puluhan ribu pengguna hingga masuk berita terkini pagi tadi. Angga selaku sekretarisnya mengabaikan telepon silih berganti dari orang-orang penting yang bersangkutan dengan Vilas. Kebanyakan dari mereka memprotes takut adanya kebocoran informasi penting perusahaan memberi dampak buruk. Ada hampir 20 orang hadir di pertemuan. Hampir seluruh raut khawatir dan kesal terlihat. Angga duduk di sisi Vilas yang mulai membuka rapat kali ini. "Saya meminta maaf sebesar-besarnya atas berita yang tersebar sangat cepat membuat semua orang khawatir." "Pak Vilas, apa artikel itu benar? Di kantor utama Grup Hirawan, yang keamanannya sangat sulit ditembus orang asing?" tanya Pak Adiyaksa, Direktur Manajemen Risik
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status