Semua Bab Pembalasan sang Istri Tertindas: Bab 1511 - Bab 1520

Anwar makan sedikit bubur, lalu menerima handuk dan mengusap mulutnya.Yosep dan Senia saling menatap."Ayah, tenang saja, aku pasti akan membujuk Leah dengan baik," kata Yosep."Ya," jawab Anwar dengan singkat, jelas tidak begitu bersemangat. Dia bahkan terlihat seolah-olah sudah mengetahui semuanya, tetapi sengaja tidak menegur.Melihat situasi itu, Senia segera mengalihkan topik pembicaraan. "Jangan bahas soal ini lagi, yang paling penting sekarang adalah memulihkan kesehatanmu.""Ya. Aku capek sekali, mau tidur sebentar lagi," kata Anwar."Baik. Ayah, aku pergi tanya dokter hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan," kata Yosep yang menunjukkan sikapnya yang sangat berbakti.Anwar melambaikan tangannya sebagai isyarat agar keduanya keluar. Setelah memastikan mereka pergi, dia menatap ke arah kepala pelayan.Kepala pelayan itu langsung mendekati Anwar, lalu berbisik, "Tadi aku sudah cek sebentar, Anshon memang dokter spesialis jantung dari luar negeri. Belakangan ini dia datang ke si

Saat itu, Yvonne kebetulan menerima sebuah telepon, sehingga dia sama sekali tidak menyadari keberadaan Janice. Saat berbicara di telepon, dia berjalan melewati papan iklan tempat Janice bersembunyi."Aku juga nggak tahu kenapa dia bisa ada di sini. Tenang saja, aku sudah menghindarinya. Aku tahu, aku nggak akan bertindak gegabah," kata Yvonne di telepon.Yvonne sepertinya sedang menghadapi sesuatu yang membuatnya gelisah, sehingga dia mengernyitkan alisnya.Setelah Yvonne menjauh, Janice baru keluar dari balik papan iklan itu. Dia sangat ingin pergi ke ruang dokter dan mencari tahu kebenarannya, tetapi itu jelas akan mempersulit dokter itu. Dia hanya bisa mengirim pesan pada Arya, berharap bisa mendapatkan informasi dari temannya Arya. Setidaknya bisa memastikan apakah Yvonne masih berniat untuk hamil.Setelah itu, Janice meninggalkan rumah sakit dengan pikiran kacau. Saat sopir membunyikan klakson mobil tiga kali, dia baru menyadari ternyata Jason sudah datang menjemput. Dia pun sege

"Aku sudah berikan laporan pemeriksaan terakhir Yvonne di rumah sakitku ke Janice, dia belum kasih ke kamu ya?" tanya Arya sambil menatap Janice."Belakangan ini aku sibuk urus masalah ibuku, jadi benar-benar lupa. Laporan itu masih di tasku."Setelah mengatakan itu, Janice mengeluarkan sebuah berkas dari antara tumpukan sketsa di dalam tasnya dan menyerahkannya pada Jason. "Aku sudah melihatnya, isinya hanya pemeriksaan dasar untuk program kehamilan."Setelah memeriksanya, Jason bertanya dengan bingung, "Kenapa kurang satu lembar?""Nggak mungkin. Saat Arya memberikannya padaku, aku langsung masukkan semuanya ke dalam tas. Selama ini, aku juga nggak mengeluarkannya," bantah Janice.Jason menunjuk bagian bawah salah satu laporan yang menunjukkan masih ada halaman selanjutnya.Janice sama sekali tidak ingat soal itu karena saat itu dia hanya memang hanya membaca laporan itu sekilas. "Aku coba cari lagi.”Dia menundukkan kepala dan mengambil map dari dalam tas, lalu memeriksanya satu per

Kate menoleh ke arah Arya.Arya langsung duduk tegak dan berkata, "Kamu jangan celakai aku. Kami hanya teman baik, mana mungkin pacaran."Mendengar perkataan itu, Kate langsung tertawa sambil menutup mulutnya. "Maaf, aku hanya asal tebak saja."Begitu Kate selesai berbicara, gadis kecil di samping Kate langsung memeluk Arya. "Papa Arya, kenapa dua hari ini kamu nggak datang temani aku?""Hah? Aku ini Paman Arya. Hehe," kata Arya yang segera mengoreksi.Namun, gadis kecil itu cemberut dan menolak memperbaiki panggilannya.Kate mengernyitkan alisnya dan berkata, "Nina, meskipun bahasamu belum begitu lancar, kamu juga nggak boleh sembarangan memanggil orang begitu. Maaf ya, Bu Janice. Nina baru saja pulang ke sini, jadi belum terbiasa dengan cara memanggil orang.""Nggak, nggak perlu minta maaf," kata Janice yang sempat tertegun sejenak. Namun, dia berpikir apakah memanggil Paman Arya ini begitu sulit.Nina menarik tangan Arya dan berkata, "Papa Arya, kita makan bareng, ya?"Arya tersenyu

Jason langsung mengerti maksud dari tatapan Janice. "Ini adalah kue dadar yang paling enak yang pernah aku makan, bentuknya juga yang paling cantik. Setelah makan ini, perutku langsung hangat. Sekilas lihat saja, aku langsung tahu ini pasti buatan Vega."Vega langsung merasa malu. "Biasa saja kok. Mungkin karena aku dan Papa sama-sama pintar, jadi apa pun yang aku buat pasti bagus."Ucapan itu langsung membuat Janice mengernyitkan alis. "Apa maksudmu? Mama nggak pintar ya?"Vega segera mengoreksi, "Bukan begitu. Mama juga pintar kok, hanya saja kalah sedikit dari Papa.""Sedikit itu seberapa?" tanya Janice langsung.Vega langsung manyun dan berkata, "Hanya sedikit aja .... Sedikit sekali .... Tapi, Mama cantik, nggak ada yang lebih cantik daripada Mama.""Pandai sekali menjilat," kata Janice sambil mencubit pipinya Vega.Vega langsung melompat ke pelukan Jason, lalu membuat wajah lucu ke arah Janice. Setelah itu, dia mengangkat kepala dan berkata, "Papa, aku ingin sekolah."Jason mengg