"Bukan cuma kamu, Pratama, Yohan, Dimas, Bayu, juga Nyonya Ambar. Kenapa kalian semua begitu mudah percaya pada ocehan peramal gadungan? Hanya karena kata-kata mereka, kalian menyingkirkanku, menyakitiku, membenciku?""Nenek bahkan menolak ramuan yang kuolah sendiri. Dia nggak sudi melirik sedikit pun, malah menyuruh orang membuangnya tepat di hadapanku."Anggi tahu, seharusnya dia tidak menanyakan hal-hal seperti ini. Apa gunanya? Namun tetap saja, hatinya menolak untuk pasrah begitu saja."Saat Wulan datang membawa obat, dia nggak curiga sedikit pun dan langsung memakainya. Pilih kasih sekali."Berbicara sampai di sini, ekspresi Anggi tampak tenang, tetapi sorot matanya tampak sedikit bergetar. Bukan karena sedih, tapi karena dia benar-benar tidak mengerti. Sebagai sesama putri Keluarga Suharjo, mengapa semua orang di keluarga itu bisa begitu merendahkannya? Menginjak harga dirinya seakan dia bukan siapa-siapa?"Mengapa?" Ayunda menjawab dengan wajah datar. Dia bahkan tidak sudi mena
Baca selengkapnya