Meisya bergegas keluar, mempersiapkan rencananya.Siang itu, mansion keluarga Fathi tampak megah dan menenangkan, dikelilingi taman bunga yang tertata rapi. Beberapa penjaga berdiri di depan gerbang, dan ketika Yama tiba, mereka memberi hormat dengan kaku—mengakui siapa dia, meski tak tunduk sepenuhnya.Yama melangkah masuk, dadanya bergemuruh. Ia mengenakan jas hitam yang rapi, tapi bayangan Dea jauh lebih kacau di benaknya.Fathi menyambutnya di ruang tengah dengan senyum tipis dan sikap yang nyaris dingin. “Terima kasih telah menepati waktu.”“Aku selalu menepati janji,” jawab Yama datar. “Di mana dia?”Fathi melipat tangan di depan dada. “Sebelum itu, aku perlu menegaskan satu hal. Pertemuan ini bukan untuk merebut Dea dari tempat ini. Dia tetap dalam perlindungan kami sampai dia sendiri yang memutuskan untuk pergi.”Yama menatapnya tajam. “Kau bicara seolah aku akan menculiknya.”“Setelah semua yang terjadi, kau tidak bisa menyalahkan kehati-hatian kami,” ujar Fathi santai. “Lagi
Terakhir Diperbarui : 2025-06-05 Baca selengkapnya