Setelah menutup panggilannya dengan Arman, Rama merogoh napas panjang. Matanya masih terpaku pada layar ponsel sesaat, sebelum akhirnya dia letakkan di kursi sebelah. Rama segera melajukan mobilnya keluar dari area rumah sakit. Tangannya menggenggam erat setir, dan sesekali ia menatap jam tangannya. Hatinya gelisah, ingin segera pulang. Ingin memeluk Cinta, dan mencium kening Chiara. Dengan satu putaran penuh emosi dan amarah yang ia tahan, Rama mulai melajukan mobilnya. Sebenarnya dia ingin menekan pedal gas dalam-dalam, membiarkan mesin meraung seperti isi hatinya, panas, memburu, tak sabar. Tapi dia tahu, ini Singapura. Negara dengan aturan lalu lintas yang tak bisa ditawar. Satu kesalahan, satu pelanggaran kecil… bisa berbuntut panjang. “Tenang, Ram… tenang,” bisiknya pada diri sendiri, meski nadanya terdengar sangat jauh dari tenang. Setibanya di hotel, Rama langsung menuju kamarnya, tidak lagi sempat bersantai atau beristirahat. Rama membuka koper, dan mulai menge
Last Updated : 2025-07-09 Read more