Begitu panggilan "Ayah" keluar, wajah orang-orang di dalam ruangan langsung berubah. Mereka berpandangan, hendak membuka mulut untuk membentak Aura.Namun, Roy sudah lebih dulu menoleh. Tatapannya menyapu ke arah mereka. "Paman, kalian mau bilang apa?"Begitu ditatap Roy, wajah kedua pamannya itu malah semakin kesal. Mereka hendak menegur anak muda yang dianggap tidak tahu sopan santun itu, tetapi suara Parviz perlahan terdengar."Aurel, kamu Aurel." Suara Parviz serak dan lemah, terdengar tua. Ketika dia perlahan mengulurkan tangannya ke arah Aura, mata tua yang tadinya kosong tiba-tiba memancarkan cahaya. Hanya memandang saja, matanya sudah basah.Hati Aura ikut menegang. Meskipun selama ini dia selalu menganggap dirinya orang yang dingin tanpa banyak perasaan, saat ini dia tetap merasa sesak.Dia pun mendekat, lalu berkata dengan pelan di hadapan Parviz, "Ayah, aku pulang."Mata Parviz langsung dipenuhi air mata. Selain Roy, semua orang lain di ruangan itu saling memandang, tatapan
อ่านเพิ่มเติม